Tertolak

7 0 0
                                    

Lelaki itu sedang menunggu. Bukan sedang menunggu kepastian. Ia sedang menunggu gadis-nya yang berwajah sok cuek.

Meskipun, berwajah sok cuek tapi gadis itu tak pernah dingin padanya. Ia selalu membagi rasa hangatnya. Ditambah lagi sikap polosnya, membuat dirinya betah berlama-lama dengan dia.

Lelaki itu adalah Bintang yang sedang setia menunggu Bulan. Siapa lagi yang akan ditunggunya selain dia?

Namun Bulan-nya tak kunjung datang, yang datang malah temannya. Kalian jangan mengira itu Alvira. Temannya kali ini adalah Zharifa.

Entah apa yang dimau oleh teman gadis-nya itu. Selalu menghampirinya, lalu menangis. Berkata bahwa dia sayang, sebagia seorang teman ia hanya menenangkan dan memilih kata yang berada di sekitar pikiran tanpa tahu apa yang dikatakan.

Bahkan gadis bernama Zharifa itu sering memeluknya. Padahal gadis-nya pun jarang sekali memeluknya. Sebenarnya Bintang risih, tapi apa daya ia merasa kasihan.

Sekarang pun gadis itu berada dihadapannya. Ia tersenyum, sedangkan Bintang membalasnya.

"Tang, gue sayang sama lo."

Apa kata Bintang juga. Dia selalu berkata sayang padanya. Bulan juga tak pernah berkata kalimat itu dengan jujurnya. Membuat kikisan pada hatinya.

"Iya."

Gadis itu tersenyum, lalu memeluk tubuh Bintang lalu melepaskannya. Membuat Bintang menegang, ia tak habis sangka dengan gadis didepannya.

"Kenapa lo peluk gue?"

"Sebenarnya,"

Bintang semakin malas berhadapan dengan Zharifa. Bagaimana kalau Bulan cemburu padanya? Yah, mana ada tuh Bulan cemburu. Orang dia diemin Bulan mulu.

"Gue suka sama lo."

Alisnya naik, ia tidak mengerti yang dikatakan oleh Zharifa suka dalam maksud apa.

"Gue suka lo bukan sebagai teman. Tapi lebih dari itu Tang."

Bintang terkekeh. Ia malas dengan gadis yang suka menyalah artikan. Selalu membawa perasaan apabila diperhatikan. Sungguh menyebalkan.

"Tang, lo mau gak jadi pacar gue?"

Kalau Bulan yang mengatakannya sekarang Bintang akan jungkir balik. Tapi kali ini Zharifa, jadi ia memutar malas matanya.

"Kalau lo diem gue anggap iya."

Apa-apaan? Gadis di depannya ini sungguh cepat memutuskan.

"Gak."

"Maksud lo?"

Bintang mengusap kasar mukanya. Kesal karena kebaikan dirinya. Kesal karena banyak sekali gadis yang menyalah artikan kebaikannya. Apakah ia akan berperan sebagai lelaki jahat saja?

"Gue gak mau jadi pacar lo. Gue gak suka sama lo."

Zharifa meneteskan air mata. "Bukannya lo sayang sama gue?"

"Sayang itu luas artinya. Sebagai teman kita harus saking sayang kan?"

"Lo jahat."

Salahkan saja Bintang. Salahkan! Ia tak berniat membuat harapan. Hanya saja gadis bernama Zharifa yang berharap padanya.

"Gue pergi, jangan tahan gue."

Siapa sih yang mau menahannya. Sungguh memang dia siapa, harus ditahan-tahan segala. Sekiranya ia menahan, pasti ia akan menahan Bulan.

Karena lelah berhadapan dengan drama dan gadis-nya tak kunjung mendatanginya. Ia pun berjalan menuju motornya. Tanpa tahu, bahwa sepasang mata terluka olehnya.









Siapa yang sakit?
Bulan sakit, Bulan sakit hati🎶
Bintang terbangkan ke atas Bulan🎶
Lalu jatuhkan ke dasar jurang🎶

Penghuni MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang