part 17

8K 233 9
                                    



Happy Reading💐
Kalau ada typo tandain ya
Bonus pict Salsha



Salsha kesal setengah mati dengan Cassie dan Stefi. Dari tadi keduanya selalu memojokkan Salsha dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. Ditambah dengan kata-kata receh mereka yang terus menggoda Salsha.

Bahkan ketika jam istirahat pun mereka berdua masih saja membicarakan perihal Salsha yang berangkat bersama Iqbaal. Stefi dan Cassie memergoki Salsha saat si area parkir tadi. Yang lebih parahnya lagi mereka berdua sempat-sempatnya memfoto Salsha dan Iqbaal.

"Udah deh Sal, jujur aja. Ada hubungan apa lo sama Iqbaal? " Cassie sangat bersemangat saat membahas Iqbaal dan Salsha. Menurutnya itu sangat menarik, jika kedua orang yang tak pernah dekat dengan lawan jenis ini akan saling suka.

Sedangakan Salsha, telinganya sudah panas mendengar ocehan kedua sahabatnya. Ingin rasanya Salsha mencabik mulut Stefi dan Cassie, lalu memotong lidahnya. Untung saja Salsha masih punya hati, jadi ia tidak melakukannya.

"Bodo amat! " ketus Salsha dan kembali memakan nasi gorengnya. Ia jadi tidak selera makan, padahal tadia ia sangat lapar.

"Eciee, ngambek. " Cassie tertawa paling kencang. Memang, Cassie itu mulutnya kayak petasan.

"Udah lah Cas, kasian Salsha. Liat tuh mukanya udah kayak kepiting rebus. " Sialan memang kedua temannya ini.

Salsha hanya diam, dikomen pun tidak akan mempan. Karena mereka itu sangat suka merecoki hidup orang. Kadang Salsha berfikir, kenapa dia bisa berteman dengan Cassie dan Stefi.

Tapi walau begitu, Salsha selalu merasa bahagia. Menurutnya lebih baik berteman dengan para brengsek yang memiliki banyak kekurangan, tapi selalu menampilkan kejujuran. Ketimbang berteman dengan mereka yang penuh kemunafikan, yang bersikap baik di depan padahal merendahkan di belakang. Salsha merupakan pembeci seorang munafik.

"Salsha, " panggil suara yang Salsha yakin dia mengenalnya.

"Apa? " tanya Salsha.

"Nanti pulang sekolah kita rapat osis. Dan jangan lupa, gue mau bahas soal pemilihan ketos. " Setelah mengatakan itu, Iqbaal pergi tanpa kata penutup atau sekedar salam pun tidak. Memang tidak tahu sopan santun, tapi setelah difikir, memang salsa memiliki sopan santun? Bukankah ia tidak jauh beda dengan Iqbaal.

"Busettt, itu tadi Iqbaal beneran? " tanya Stefi dengan tatapan terkejutnya.

"Iya lah pinter! lo kira di sekolah ini ada gitu yang mukanya seganteng Iqbaal? " Cassie sewot sendiri menjawab pertanyaan tak berbobot Stefi.

"Masalahnya, Iqbaal ngomongnya panjang banget. Jangan-jangan dia hidup udah gak lama lagi deh. Gue mau minta maaf sama dia deh. " Salsha memukul kepala Stefi dengan sendok yang dia gunakan untuk makan tadi.

"Mulut lo perlu di sekolahin, " Salsha menggelengkan kepala mengahdapi kedua temannya. Mulutnya emang gak jauh beda, sama-sama asal ceplos, gak di saring dulu.

"Ibu negara marah woi! " Cassie menggebrak meja kantin, membuat seluruh mata tertuju padanya. Tapi bukannya malu, Cassie malah bersikap seperti tidak tahu. Ini lah namanya manusia tidak tahu malu.

"Apaan deh Cas, jayus lo. "

Cassie mngerlingkan matanya kepada Salsha, yang dibalas pelototan mata.

"Lo kan bentar lagi jadi wakil ketos. Dan bentar lagi lo jadi ibu negara Nusa Bangsa. " Cassie menyunggingkan senyuman bangganya. Harusnya kan Salsha yang bangga, tapi karena Cassie gila jadi dia yang bangga.

FRIENDZONEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora