Part 54

4.1K 165 60
                                    

"Hujan tak selamanya diawali gerimis. Dan perasaan tak semuanya berbuah manis."

🌷HAPPY READING🌷

"Udah beres kan?" tanya Salsha memandang tenda-tenda yang baru saja didirikan.

"Udah Kak," sahut adik kelas yang rambutnya dikepang dua.

"Udah Sal," sambung seorang gadis dengan topi di kepalanya.

"Udah beres semua!" kata Steffi lalu merenggangkan kedua tangannya.

Salsha mengangguk menanggapi semua ucapan teman-teman dan adik kelasnya. Urusan tenda anak perempuan sudah beres. Masalah tenda kaum adam, itu tugas Iqbaal.

Setelah kejadian di bis tadi, mereka tidak mengobrol lagi. Hanya sebuah pembagian tugas yang Iqbaal lakukan agar semuanya cepat selesai.

Ternyata menjadi pengurus OSIS bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika sedang melakukan suatu kegitan ataupun acara. Salsha merasa, bahwa semua tanggung jawab ada di pundaknya.

"Sekarang waktunya kalian istirahat. Jangan keluyuran, kalau mau lihat sunset jangan jauh-jauh. Dan misalnya ada apa-apa panggil aja gue. Oke!" teriak Salsha berusaha menjelaskan agar semuanya mengerti dan mendengarkan suaranya.

"Okee!!" jawab mereka semua yang memfokuskan pandangan dan pendengaran pada Salsha.

"Steffi, Cassie, gue ke sana dulu ya!" tunjuk Salsha pada tas ransel yanh tadi sempat dia tinggalkan di dekat batu besar.

"Oke, jangan lama-lama!" kata Cassie. Sedangkan Salsha hanya menanggapi dengan anggukan kepala.

Kaki Salsha menelusuri setiap pasir yang dia lewati. Memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong. Menghembuskan napasnya perlahan.

Perkataan dokter yang menyuruhnya untuk banyak istirahat selalu mengganggu pikirannnya akhir-akhir ini. Bagaimana Slasha bisa istirahat jika dirinya sendiri takut untuk memejamkan matanya.

Banyak hal yang Salsha tidak bisa ceritakan kepada orang. Termasuk hal yang selama ini dia derita. Salsha hanya belum siap untuk menceritakan semua yang dia alami padahal dirinya sendiri belum bisa menerima semua itu.

Takut, hanya itu yang ada dipikiran Salsha. Gadis itu belum siap dengan semua tatapan mengasihani yang akan dia lihat.

"Ngapain jalan sendirian?"

Kepala Salsha tertoleh ke sumber suara. Seketika wajah Iqbaal menyapa retinanya.

"Sekarang gak sendirian lagi," celetuk Salsha.

"Iya lah, kan ada gue. Lain kali kalau mau jalan hubungin. Nanti gue temenin. Biar gak kelihatan jomblo banget," kata Iqbaal menatap Salsha santai.

Sedangkan gadis dengan rambut sepunggung itu menatap Iqbaal aneh. Jarang-jarang remaja itu berbicara panjang. Ada apa?

"Tumben lo banyak omong. Biasanya juga kalau ditanya cuma jawab iya sama enggak," ucap Salsha memincingkan matanya. Meneliti setiap bagian tubuh Iqbaal. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Mungkin saja ada tergores.

"Emang salah?" tanya Iqbaal menaikkan sebelah alisnya.

"Enggak sih. Cuma aneh aja," kata Salsha berusaha tak perduli.

Kaki Salsha kembali menapaki pasir-pasir yang basah karena air laut. Membuat setiap jejaknya tercetak dengan jelas.

"Kalau gitu, mulai sekarang lo harus terbiasa."

Iqbaal meraih tangan Salsha. Membawa gadis itu untuk lebih mendekat ke bibir pantai.

"Lepas sepatu lo Sal," kata Iqbaal yang kini tengah melepas sepatu nya.

FRIENDZONEWhere stories live. Discover now