Part 61

2.8K 154 84
                                    

"Bagaimana kamu akan bisa, jika mencoba saja takut?"

Ps: maaf kalau banyak typo:)

🌷HAPPY READING🌷


Salsha duduk di kursi yang tadi baru saja dipersilahkan oleh seorang pria paruh baya kepadanya. Menarik napas panjang sebelum mendengarkan apa yang akan diucapkan oleh pria berjas putih di hadapannya.

"Kamu kelihatan lebih baik Sal."

"Saya juga ngerasa gitu dok," sahut Salsha dengan senyuman yang sangat tulus.

Dokter tersebut tersenyum menanggapi sahutan dari Salsha. Lalu mulai membacasecarik kertas yang ada di atas meja kacanya.

"Perasaan kamu sesuai dengan hasilnya. Kondisi kamu lebih baik dari minggu kemarin," papar sang dokter.

"Alhamdullilah," kata Salsha.

"Apa ada hal yang ngebuat kamu bersemangat?" ujar dokter tersebut.

"Maksud dokter?" tanya Salsha tak mengerti.

Salsha diam, dia tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Apakah benar dirinya jatuh cinta? Jika iya pada siapa?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang selalu hadir di pikirannya. Jujur saja, saat mendapat pertanyaan seperti itu dari dokter pribadinya. Yang ada dipikiran Salsah hanya satu nama, yaitu Iqbaal.

Gadis itu tidak mau mengakui bahwa dirinya jatuh pada pesona Iqbaal. Karena dirinya juga masih bingung perasaan apa yang sebenarnya dia rasakan.

"Saya dapat melihat jawabannya di mata mu."

Tidak ada jawaban. Salsha hanya diam, menunggu apa lanjutan dari ucapan pria di hadapannya.

"Walaupun kondisi kamu sekarang membaik, gak ada kemungkinan itu bakal kambuh. Apa kamu sering mengalami gejalanya lagi?"

"Iya," jawab Salsha dengan lirih.

Dokter itu menghembuskan napasnya lelah. Salsha sudah lama menjadi pasiennnya. Setiap kali melihat gadis itu datang menemuinya selalu membuat dokter itu sedih. Dia merasa gagal menjadi seorang dokter. Karena tidak bisa membuat pasiennya itu sembuh.

"Sampai kapan kamuakan bertahan dengan obat itu Sal?"

"Kamu harus cuci darah," lanjut sang dokter.

Andai saja Salsha bisa melakukan hal itu. Tapi tidak bisa. Salsha tidak punya uang sebanyak itu.

Sebenarnya Salsha bisa saja melakukan hal itu jika dia memberi tahu kedua orang tuanya. Tapi hal itu tidak gadis itu lakukan, karena salsha belum siap memberi tahu mengenai penyakit yang dia derita kepada kedua orang tuanya.

Salsha tidak ingin membuat kedua orang tuanya cemas. Salsha tidak ingin menambah beban mereka, dengan kodisinya yang sekarang.

Hening, tidak ada topik obrolan lagi. Hanya ada suara hembusan napas masing-masing.

"Ini, jangan lupa tebus obatnya. Jika kamu tidak mau melakukan cuci darah. Kamu harus patuh minum obat," kata Dokter itu sambil menyerahkan secarik kertas yang sudah berisi daftar obat-obatan yang harus Salsha minum.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang