Part 52

4.4K 157 70
                                    







"Kalau cemburu beri tahu. Agar aku tidak lagi melakukan hal itu."




🌷HAPPY READING🌷




"APAA!!!"

"KOK BISA?!"

"ISH! KENAPA BARU BILANG?!"

"Berisik deh Cas!" kata Steffi lalu melemparkan tatapan sinis kepada gadis berkulit putih di sebelahnya.

"Lanjut Sal," pinta Steffi.

"Ya gitu, gue bingung harus gimana. Takut canggung juga kalau ketemu," jelas Salsha.

"Iya sih, pasti bakalan aneh rasanya. Tapi lo udah ketemu belum sama Karel semenjak kejadian kemarin?" tanya Steffi.

"Belum," kata Salsha yang disertai dengan gelengan kepala.

"Gue kira yang bakalan bilang suka sama lo itu Iqbaal. Eh, ternyata Karel. Di luar prediksi," celetuk Cassie.

Salsha diam, membenarkan ucapan Cassie. Dia juga berpikir seperti itu. Apalagi saat kejadian di pantai. Salsha bahkan sudah membayangkan bagaimana jika Iqbaal mengatakan bahwa selama ini dia menyukai Salsha.

Tapi ternyata semua itu salah. Kenyataan menampar Salsha. Mengatakan bahwa semua yang Salsha harapkan hanyalah khayalan semata.

Namun, kejadian kemarin memang tidak pernah Salsha duga. Tiba-tiba Karel mengatakan apa yang dia rasakan. Menyatakan kejujuran yang selama ini dia pendam.

Benar-benar tidak pernah terpikirkan. Semua kenyataan seolah ingin menampakkan dirinya secara beruntun di kehidupan Salsha.

"Jadi lo nangis semaleman karena ini?" tanya Steffi.

"Gue gak nangis," elak Salsha.

"Harusnya bilang Sal kalau ada masalah. Kita kan sahabat lo, pasti bakalan bantu. Kalau butuh temen curhat juga bilang. Kita siap kok dateng walau hujan menghadang!"

Ucapan Cassie barusan menyadarkan Salsha. Bahwa dia memiliki dua sahabat yang sangat luar biasa. Yang selalu menemani dirinya. Dan yang selalu memberikan Salsha semangat.

"Tumben lo pinter Cas," celetuk Steffi dan memandang Cassie takjub.

"Yee, gue emang pinter kali!"

"Abis makan apa lo?"

"Tolak angin," kata Cassie menanggapi ucapan Steffi.

"Kok tolak angin?" tanya Salsha bingung.

"Kan orang pinter makan tolak angin," jawabnya sombong.

"Dasar korban iklan!" Steffi memukul pelan dahi Cassie. "Lagi pula, tolak angin diminum bukan dimakan ogeb," kata Steffi.

"Kalau gue dimakan. Soalnya, bungkusnya juga gue cerna."

Ketiganya tertawa bersama-sama. Hal yang akan selalu Salsha rindukan dari mereka. Steffi dan Cassie selalu tahu cara menghibur Salsha. Sampai pada akhirnya Salsha takut kehilangan mereka.

"Makasih ya Stef, Cas. Kalian selalu ada buat gue," kata Salsha tulus.

Steffi dan Cassie memandang Salsha haru. Mereka sudah bersama sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama. Tentu saja, sudah banyak hal yang mereka lewati bersama. Terlalu banyak kenangan yang tercatat dan tersimpan manis di memori mereka.

"Gak usah makasih. Kita kan ada untuk saling bersama," kata Steffi memandang Salsha dan juga Cassie.

Menanggapi ucapan itu, Salsha dan Cassie mengangguk. Membenarkan perkataan Steffi.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang