Part 48

4.1K 132 59
                                    


"Kisah cinta kita itu hanya sebatas andai kata. Yang tak akan pernah menjadi sebuah kisah nyata."

🌷HAPPY READING🌷




"Semoga kita bisa menjalankan kegiatan ini dengan lancar. Semangat semuanya!"

Itu adalah kata-kata terakhir yang Iqbaal ucapkan dalam rapat OSIS yang dilakukan saat pulang sekolah. Semua pengurus OSIS setuju dengan ide yang Iqbaal sampaikan.

Semuanya sudah tersusun secara rapi. Dari apa saja yang perlu disiapkan. Sampai jam berapa akan berangkat ke tempat tujuan.

Tadi Iqbaal sudah meminta kepada Gina–sekretaris baru OSIS, untuk membuat surat izin yang akan diserahkan kepada wali murid masing-masing. Sebagi bukti bahwa kegiatan ini wajib dan merupakan kegiatan sekolah.

Sekarang sudah setengah jam semenjak rapat itu selesai. Namun, Salsha tak kunjung melihat angkutan umum yang lewat. Semua anak-anak OSIS yang tadi mengikuti rapat sudah pulang.

Hanya ada sebagian dari mereka yang masih ada. Mungkin sedang menunggu jemputan. Jika saja ponsel Salsha tidak mati, pasti dia sudah menelpon Karel untuk menjemputnya.

Hari sudah semakin sore, matahari sudah mulai tenggelam. Menyisakan warna orange pada langit yang tampak begitu menawan.

Tin...tin....

Suara klakson motor mengagetkan Salsha. Membuat atensinya jatuh pada sosok pria yang duduk santai di atas kuda besinya. Bersama baju sekolah yang masih setia melekat di tubuhnya.

"Kenapa Baal?" tanya Salsha.

"Ayo naik!"

"Oke," kata Salsha langsung naik ke motor Iqbaal.

"Tumben cepet kalau di ajak bareng. Biasanya pake acara nolak-nolak dulu." Setelahnya Iqbaal segera melajukan motornya, takut Salsha berubah pikiran.

Iqbaal mengatakan hal yang biasa terjadi jika dia menawarkan tumpangan. Salsha akan selalu menolak untuk diajak pulang bersama. Kecuali mereka memang memiliki janji.

Gadis itu harus dipaksa atau diancam dulu agar mau ikut bersama Iqbaal. Namun, kali ini baru sekali perintah langsung menurut.

"Pengen cepet pulang," kata Salsha dengan senyum manis di wajahnya.

"Kenapa?" tanya Iqbaal.

"Laper, hehe."

Tidak sepenuhnya salah. Salsha memang lapar, tapi rasa sakit di kepalanya lah yang membuat dia lebih ingin pulang.

"Sebenernya gue ngajak lo bareng karena ada—"

"Ada maunya kan?" tebak Salsha.

"Lumayan benar," kata Iqbaal diselingi kekehan kecil dari mulutnya.

"Mau ke mana?" tanya Salsha pada intinya.

"Ke pantai. Sekaligus cari spot yang bagus untuk kemah nanti."

"Yaudah ayo. Tapi nanti liat sunset dulu. Mau pamer sama Karel soalnya," kata Salsha.

Gadis itu membayangkan bagaimana ekspresi Karel saat tahu bahwa dia melihat sunset di pantai. Karel dan Salsha memiliki banyak kesamaan. Salah satunya, menyukai peristiwa saat matahari tenggelam.

"Ngapain pamer sama Karel?"

"Biar Karel iri. Dari kemarin Karel itu ngebet banget ngajakin gue liat sunset di pantai. Tapi, gue nya males, soalnya banyak tugas. Dan sekarang gue duluan yang bisa liat, pasti nanti Karel bakalan ngamuk-ngamuk."

FRIENDZONEHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin