Part 38

4.5K 154 23
                                    

"Friendzone itu ibarat main sepeda di pinggir pantai. Seru sih, tapi susah."

🌷HAPPY READING🌷

Sebenarnya Iqbaal sudah menyiapkan visi misinya. Hanya saja dia juga butuh pendapat dari Salsha. Iqbaal tidak mau membuat keputusan hanya dari satu belah pihak saja.

Menurut Iqbaal itu tidak adil. Lagi pula Iqbaal dan Salsha itu satu tim. Jadi, kerja sama sangat diperlukan.

Iqbaal menatap Salsha yang tengah menulis dengan tidak tenang di depannya. Nampak dari sorot matanya bahwa dia tidak suka.

Tapi Iqbaal suka saat Salsha mengetukkan penanya di kepala, dan bibirnya yang mengerucut. Salsha lucu, itu yang ada di benak Iqbaal saat melihat Salsha.

Gadis itu memang cantik, tapi Iqbaal lebih suka Salsha yang lucu. Salsha begitu menarik di mata Iqbaal.

"Nih udah selesai!" kata Salsha dengan kesal.

Iqbaal mengambil kertas yang disodorkan Salsha. Membaca kalimat yang Salsha buat. Iqbaal hanya mengangguk dan menggaris bawahi beberapa kata yang nanti akan dia tanya maksudnya apa.

Lalu Iqbaal mengambil selembar kertas dari katong bajunya dan memberikannya kepada Salsha. "Baca," kata Iqbaal singkat.

Salsha mengambil kertas tersebut dan melihat isinya. Sedikit terkejut saat dia tahu isinya.

"Ini lo udah buat visi misi, kenapa nyuruh gue buat lagi?!" tanya Salsha kesal.

Iqbaal tidak menjawab dia hanya diam. Dan meneruskan aktivitasnya tadi.

"Woi Iqbaal! gue nanya. Ish, budeg ya lo?"

Baru kali ini Iqbaal dengar Salsha mengata-ngatai dirinya. Memangnya Iqbaal salah apa?

"Apa?" tanya Iqbaal tanpa merasa bersalah.

Memang susah bicara dengan orang cuek. Butuh kesabaran yang ekstra. Jika tidak ingin emosi seperti Salsha.

"Ini lo udah buat visi misi, kenapa nyuruu gue buat lagi? Buang-buang waktu aja," Salsha menunjuk kertas yang diberikan Iqbaal tadi.

Iqbaal hanya menarik napas lelah. Memang susah berbicara dengan wanita. Apalagi yang tidak mengerti dirinya.

Seperti Salsha, gadis itu memang terlihat pendiam jika dilihat sekilas. Tapi aslinya dia benar-benar gadis yang heboh dan cerewet.

Pada dasarnya wanita memang selalu berisik. Tapi tidak semua wanita berisik di setiap waktu. Kadnag ada yang menyembunyikannya karena merasa tidak perlu. Apalagi jika sudah menjadi seorang ibu, Iqbaal yakin yang pendiam sekalipun akan berbicara jika menyangkut anak kesayangannga. Setidaknya itu yang Iqbaal amati dari wanita.

"Kita itu satu tim Sal. Gue gak mau egois dengan ngambil keputusan sendiri."

Kini Salsha mengerti maksud Iqbaal. Gadis itu merasa tidak enak karena sudah marah-marah dengan Iqbaal. Padahal niat laki-laki itu baik.

Salsha jadi bingung harus bagaimana. Hasilnya dia hanya mengangguk dan meneruskan membaca visi misi yang dibuat Iqbaal.

Sudah hampir setengah jam lebih, dan akhirnya pembahasan mengenai visi misinya bersama Iqbaal selesai. Salsha merentangkan tangannya karena lelah menulis. Cukup banyak coretan pena yang gadis itu hasilkan.

Sedangkan Iqbaal, remaja itu tengah membereskan beberapa buku yang tadi sempat dia baca. Kakinya melangkah menuju rak-rak buku yang cukup tinggi menurut Salsha. Karena tubuh gadis itu yang lebih pendek dari Iqbaal.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang