Part 36

4.3K 173 30
                                    






"Nikmati saja dulu sendirimu. Siapa tahu itu awal dari kebahagiaanmu."







🌷HAPPY READING🌷


"Udah lama Baal?" tanya Salsha memastikan.

"Barusan," jawab Iqbaal singkat.

Setelah mendengar jawaban dari Iqbaal, Salsha hanya mengangguk hal. Tangan kanannya masih setia memegang buah-buahan yang tadi di beli oleh Karel.

"Buruan naik," kata Iqbaal dengan sedikit penekanan.

"Eh, iya-iya."

Salsha langsung naik ke atas kuda besi milik Iqbaal. Tak berselang lama setelah Salsha naik, Iqbaal menjalankan motornya.

Tak ada percakapan di antara keduanya. Hanya dinginya angin malam yang hadir di antara mereka.

Perjalanan ini terasa sangat lama menurut Salsha. Atau memang Iqbaal yang mengendarai motornya dengan kecepatan rendah. Jika saja yang di depannya ini Karel, pasti sekarang mereka sudah membahas kucing tetangga yang hamil di luar pernikahan.

Kadang Karel memang seabstrak itu. Tapi Salsha selalu merasa nyaman jika ada di dekat Karel. Lelaki itu seperti memberi Salsha kebahagiaan setiap saat.

Kenapa Salsha harus memikirkan Karel di saat dia bersama Iqbaal?

Salsha menggelengkan kepalanya, bingung dengan dirinya. Sedangkan Iqbaal yang ada di depannya selalu memperhatikan Salsha, lewat spion motornya. Termasuk ketika gadis itu menggelengkan kepala.

Motor yang Salsha naiki kini berbelok, menuju rumah sakit ternama di kotanya. Ramai, satu kata yang menggambarkan tempat itu. Begitu banyak orang berlalu lalang. Mungkin mereka tengah mengujungi teman, tetangga atau bahkan saudara mereka yang sedang sakit.

Salsha turun dari motor begitu pula dengan Iqbaal. Salsha hanya mengikuti  ke mana langkah Iqbaal. Langkah-langkah kecil Salsha kini mengantarkan gadis itu ke suatu ruangan bercat putih dengan bau obat yang sangat khas.

Tak ada orang di ruangan itu, tidak ada sama sekali. Entah perasaan Salsha saja yang merasa aneh.

Kenapa Iqbaal membawanya ke ruangan kosong seperti ini? Katanya dia akan menganjak Salsha utuk menjenguk bundanya. Tapi kini di mana bundanya?

"Baal, kok ke sini sih, Mana bunda lo?" tanya Salsha penasaran.

Iqbaal menoleh menatap Salsha dengan pandangan yang sulit diartikan. Hal itu sontak saja membuat Salsha aneh. Dia takut terjadi hal-hal yang tidak baik.

"Bunda," panggil Iqbaal.

Tapi tak ada jawaban. Iqbaal mendekati ranjang yang ada di depannya. Biasanya bundanya tengah tertidur di atas situ. Namun hari entah ke mana.

Raut cemas sangat kentara di wajah Iqbaal. Dan Salsha tahu apa yang terjadi dengan Iqbaal.

"Mungkin lo salah ruangan Baal," kata Salsha.

"Gue gak pikun," jawab Iqbaal sekenanya.

Sebenarnya kalimat tersebut sedikit membuat Salsha kesal. Padahal Salsha berusaha menenangkan, tapi dijawab ketus oleh Iqbaal.

Tapi setelah diingat-ingat, bukankah Iqbaal memang seperti itu. Kata-katanya memang lebih sering menyakitkan. Dasar lidah silet, setidaknya itu yang Salsha pikirkan.

Dari pada menanggapi ucapan Iqbaal. Lebih baik Salsha membantu mencari, dari pada sakit hati lagi.

Salsha pergi ke kamar mandi, siapa tahu bunda Iqbaal ada di situ. Biasanya kalau di sinetron-sinetron seperti itu. Tokohmya pasti ditemukan di dalam kamar mandi, dengan keadaan tergeletak tak berdaya.

FRIENDZONEWhere stories live. Discover now