Part 49

4K 129 51
                                    

"Aku dan kamu itu seperti kutub utara dan kutub utara. Tidak akan pernah bisa bersama, meskipun memiliki rasa yang sama."

🌷HAPPY READING🌷

Mata Salsha terbuka. Menatap sekelilingnya, dan mendapati dirinya yang sudah berada di dalam kamarnya. Memperhatikan keadaan luar dari jendela kamarnya yang masih terbuka.

Nampak jelas, keadaan di luar sudah gelap. Salsha mencoba mengingat kejadian apa yang terjadi sebelum dia bangun di kamarnya.

Gadis itu ingat, sebelumnya dia pingsan di pelukan Iqbaal. Namun kini, Salsha tidak menemukan keberadaan Iqbaal. Padahal Salsha berharap, ada Iqbaal yang tengah menunggu dirinya bangun dari pingsan.

Jika Iqbaal tidak ada di sini, lalu siapa yang membawa Salsha kemari? Apa mungkin Iqbaal, lalu setelahnya laki-laki itu pulang.

Salsha mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara pintu terbuka. Menatap kaget, orang yang tengah berdiri diam di sana. Sepertinya sama terkejutnya seperti Salsha.

"Udah bangun?"

Tidak ada jawaban dari Salsha, dia memilih untuk duduk dan menyandarkan tubuhnya. Menatap seseorang yang kini sudah mendekat ke arahnya dengan membawa piring dan gelas yang diletakkan pada nampan.

"Kepala lo pusing?" tanya Iqbaal dan menyentuh dahi Salsha.

"Tadi badan lo panas banget. Gue sampe pegel ngompres lo."

Iqbaal menunjuk sebuah mangkuk berisi air dan kain yang ada di meja sebelah tempat tidur Salsha. Lalu Iqbaal menyodorkan segelas air kepada Salsha.

"Minum dulu, biasanya orang demam suka dehidrasi. Apalagi lo tadi pingsannya lama," kata Iqbaal yang sukses membuat hati Salsha menghangat.

Apa kalimat dan tindakan itu termasuk ke dalam sebuah perhatian. Walaupun Iqbaal hanya memberikan Salsha minum, tapi gadis itu tersentuh karena berarti Iqbaal memperhatikannya.

Tangan Salsha menyambut gelas yang disodorkan oleh Iqbaal. Tidak ada acara membatu minum dalam jadwal kegiatan Iqbaal. Laki-laki itu hanya memberikan segelas air dan diterima oleh Salsha. Lalu selesai

Apa yang dilakukan Iqbaal mungkin terkesan biasa saja bagi orang lain. Namun menurut Salsha ini adalah hal yang luar biasa.

Iqbaal itu dingin, tidak banyak bicara. Tapi sekarang, Iqbaal seperti sangat cerewet karena tidak berhenti bicara. Walaupun apapun yang Iqbaal ucapakan tidak lebih dari tiga kalimat.

"Makasih," kata Salsha lalu memberikan gelas itu kembali kepada Iqbaal.

Gelas itu diambil dan diletakkan kembali di nampan yang sudah Iqbaal letakkan di meja belajar Salsha. Iqbaal meraih kursi kayu berwarna putih sebagai pasangan meja belajar milik Salsha, dan duduk di kursi tersebut.

Remaja laki-laki itu meraih piring yang berada tepat di sebelah gelas yang tadi diberikannya kepada Salsha. Sedangkan Salsha sudah tersenyum, membayangkan hal yang akan terjadi selanjutnya.

Selanjutnya Iqbaal mengambil sendok yang ada di atas piring tersebut. Lalu menyendokkan nasi goreng yang ada di piring dan menggiringnya masuk ke dalam mulut Iqbaal sendiri.

Salsha menganga melihat itu. Sekali lagi Iqbaal membuatnya salah mengartikan apa yang akan laki-laki itu lakukan.

Atau jangan-jangan Salsha juga salah dalam mengartikan sikap Iqbaal selama ini kepada dirinya. Salsha takut salah dalam menilai semua perilaku Iqbaal yang ditunjukkannya kepada Salsha.

"Apa liat-liat?" tanya Iqbaal.

Bahkan tanpa Salsha sadari dari tadi dia memperhatikan Iqbaal. Dan, ada hal yang lebih parah lagi.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang