Part 23

6.2K 212 20
                                    




🌹Bonus pict Karel🌹

Kalau ada typo tolong tandain ya💫
Makasih🙏

🌷Happy Reading🌷









Ini sudah hari kedua setelah kejadian Salsha yang menjambak rambut Iqbaal. Mereka juga tidak pernah bertemu dan berkomunikasi lagi. Atau mungkin, lebih tepatnya Salsha yang selalu menghindar. Setiap Iqbaal melihatnya, Salsha langsung mengalihkan pandangan. Dan memutar arah agar tidak sepapasan dengan Iqbaal.

Salsha juga sempat menceritakan kejadian ini kepada kedua temannya, Cassie dan Steffi. Kedua temannya sampai tidak percaya dengan apa yang dilakukan Salsha. Bahkan, mereka sampai kasihan dengan Iqbaal.

Mereka berdua juga sempat menyarakan Salsha agar meminta maaf kepada Iqbaal. Tapi, apalagi masalah wanita jika bukan tinggi sekali rasa gengsinya. Selain itu, Salsha juga malu bertemu Iqbaal setelah kejadian itu.

Namun, setiap hari Salsha tidak tenang karena terus memikirkan Iqbaal. Dia merasa sangat bersalah dengan perilaku tercelanya. Tapi mau buat apa? nasi sudah menjadi bubur.

"Aghhh!" Salsha menjambak rambutnya kasar.

Iqbaal benar-benat membuatnya depresi. Bayangannya selalu tidak mau pergi. Selalu mengisi pikiran dan enggan untuk meninggalkan. Benar-benar membuat uji kesabaran.

"Telpon enggak?" ide yang selalu muncul di otak Salsha kini timbul lagi.

Gadis berambut sepunggung itu selalu berinisiatif untuk menelpon tapi selalu ia urungkan. Membuatnya kesal sendiri dengan kelabilan diri.

"Telpon, enggak." Salsha mengucapkan kata-kata itu terus, sambil mencabut mahkota bunga mawar yang tadi ada di meja belajarnya. Bunga itu dari Karel, katanya dia ngambil dari halaman tetangga sebelah.

"Telpon, enggak."

"Telpon, enggak."

"Telpon, enggak."

"Telpon, enggak. Telpon, enggak. Telpon," kata-kata yang sedari tadi Salsha ucapkan akhirnya berhenti dengan kata telpon, ketika mahkota bunga mawar itu sudah habis.

Kini, hanya tatapan tak percaya yang ada di wajah putihnya. Bagaimana bisa, dunia berkata lain dengan hatinya. Dengan gerakan sangat ragu, Salsha mengambil ponselnya. Dan mencari nama Iqbaal di kontak miliknya. Lalu dengan perlahan dan rasa takut, Salsha menekan gambar telepon.

Suara panggilan tersambung dari ponsel Salsha terdengar sangat jelas. Padahal Salsha tidak ada menekan tombol speaker untuk mengeraskan suara.

"Halo," suara orang dari dalam ponsel Salsha terdengar begitu mengerikan di telinganya.

"Ha-halo," dengan menahan napas Salsha menjawab sapaan dari orang di seberang sana.

"Kenapa nelpon?" tanya suara yang sangat Salsha kenal, dia benar Iqbaal.

"Baal," yang dipanggil hanya berdehem singkat menanggapi.

Salsha menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan kasar. "Soal kejadian kemarin gue minta maaf!"

Gadis itu mengucapkannya dengan begitu lantang. Bukannya seperti orang yang meminta maaf, Salsha seperti sedang marah karena berbicara begitu semangat.

"Oke," jawab Iqbaal singkat.

"Lo masih marah Baal? gue kan udah minta maaf."

"Enggak."

FRIENDZONEWhere stories live. Discover now