Part 59

3.1K 180 80
                                    



"Pada dasarnya kita saling mencintai. Hanya saja tidak berani mengungkapkan isi hati."

🌷HAPPY READING🌷


Dengan perlahan kedua kelopak mata salsha terbuka. Yang pertam kali gadis itu lihat adalah ruangan bercat putih dengan keadaan yang sepi. Salsha menyapu pandangannya ke seluruh sudut ruangan ini. Namun tidak ada satu orang pun yang salsha lihat.

Setelah dia mendapatkan kembali kesadarannya, Salsha baru ingat jika tadi dia sempat pingsan sebelum akhirnya terbangun di tempat ini. Jika dilihat dari bengunannya, Salsha seperti tidak asing dengan ruangan ini.

Baru saja Salsha ingin duduk. Suara pintu terbuka menghentikannya.

Kini atensi salsha jatuh pada remaja laki-laki yang tadi sempat dia cari ke sana ke mari sampai membuatnya harus tertidur di sini. Pandangan salsha masih fokus kepada Iqbaal yang kini tengah bejalan ke arah dirinya. Dengan tangan kanan yang membawa sebungkus plastik berwarna hitam.

“Udah bangun dari tadi?” tanya Iqbaal tepatdi samping Salsha.

“Barusan,”jawab Salsha singkat tanpa menatatap wajah Iqbaal.

“Lo kenapa bisa pingsan?”

“Gara-gara nyari lo!” jawab Salsha sinis.

“Kok jadi gue?” Iqbaal yang masih belum mnegerti ucapan Salsha menatap gadis itu dengan heran.

“Lagian lo gue telpon gak diangkat,”ujar Salsha dan mnegalihkan pandangannya.

Karena merasa bingung dengan ucapan Salsha, Iqbaal memilih memberikan bubur ayam yang tadi dibelinya. “Nih makan,” kata Iqbaal.

“Eng—“

“Gak usah nolak. Lo belum makan,” tebak Iqbaal yang tepat sasaran.

Salsha mengambil sekotak bubur ayam yang Iqbaal berikan. Selain karena lapar, Salsha juga malas harus berdebat dengan Iqbaal. Jadi dia menerimanya tanpa banyak bicara.

Ketika Salsha sibuk makan, Iqbaal memperhatikan Salsha dengan sangt intens. Seolah tidak mengizinkan Salsha meninggalkan satu sendok makanan yang dia berikan.

Tapi hal tesebut tentu saja membuat Salsha jadi salah tingkah. Diperhatikan selekat itu oleh Iqbaal mampu membuat pipinya bersemu merah dan memanas.

“Berhenti liatin gue,” celetuk Salsha yang merasa tidak enak diperhatikan sejak tadi oleh Iqbaal.

“Salah?” tanya Iqbaal.

“Enggak sih,” ucap Salsha yang bingung dengan jawabannya sendiri.

“Yaudah,” kata Iqbaal yang menanggapi jawaban dari Salsha.

“Tapi kan gak enak dilatin terus.”

Gadis itu menatap Iqbaal yang masih setia dengan kedua mata yang terus menatapnya. padahal Salsha sudah mengatakan untuk berhenti melakukan itu.

“Lo salting?”

“Enak aja!” komentar Salsha dengan intonasi suara yang dia naikkan satu oktaf.

“Yaudah.”

“Dari tadi jawabnya yaudah mulu,” kata Salsha yang mengikuti carabicara Iqbaal.

“Hm.”

Salsha memutar bola matanya malas. Gadis itu berpikir jika Iqbaal memiliki nilai yang sangat rendah di pelajaran Bahasa Indonesia. Buktinya adalah jumlah kosa kata yang diketahui Iqbaal. Jumlahnya benar-benar sangat sedikit.

FRIENDZONEWo Geschichten leben. Entdecke jetzt