Part 50

4.2K 153 39
                                    




"Berhenti bersikap seolah kamu mencintai aku. Karena setiap kali kamu melakukan itu, ada harapan baru yang tumbuh di hatiku."


🌷HAPPY READING🌷




"Karel!"

Yang dipanggil tidak menyahut sama sekali. Jangankan menyahut, sekedar untuk berhenti dan menatap siapa yang memanggil namanya pun tidak dilakukan oleh Karel.

Remaja laki-laki itu masih melangkahkan kakinya seolah tidak mendengar panggilan yang ditujukan kepadanya. Bahkan langkah kakinya semakin cepat, kala menyadari seseorang di belakangnya tengah berlari berusaha menyusul dirinya.

Sampai akhirnya seorang gadis cantik dengan rambutnya yang dibiarkan jatuh begitu saja di punggungnya. Menatap Karel dengan ekspresi kesal dan lelah.

"Gue panggilin dari tadi kenapa gak nyahut?" tanya Salsha.

"Gak denger," jawab Karel.

"Gak denger kok malah lari."

Karel mengalihkan pandangannya dari Salsha. Tidak ingin menatap mata gadis itu untuk saat ini. Ada rasa sakit di hatinya setiap kali melihat Salsha.

"Rel!" panggil Salsha.

"Hm?"

"Kalau dipanggil, liat orang yang manggil."

"Apa?" tanya Karel masih tak ingin menatap Salsha.

Gadis itu mengerutkan keningnya aneh. Tidak biasanya Karel bersikap seperti ini kepada Salsha. Karena didorong oleh rasa penasaran, akhirnya Salsha menanyakan kenapa Karel seperti tengah menjauhinya.

Salsha menatap Karel dari atas sampai bawah. Tidak ada yang berubah dari laki-laki itu. Hanya saja, rambutnya yang sudah mulai panjang terlihat sedikit berantakan. Walaupun seperti itu, Karel masih terlihat keren dengan rambutnya.

"Lo kenapa sih Rel?" kata Salsha yang sudah mulai curiga.

"Ngapain manggil gue?" tanya Karel. Tidak ingin menjawab pertanyaan Salsha.

"Jawab pertanyaan gue dulu," ucap Salsha.

"Kalau gak ada perlu, gue pergi."

Langkah kaki Karel berhenti ketika tubuh Salsha menghadang jalannya. Perempuan itu merentangkan tangannya, membuat Karel menyadari Salsha membawa sesuatu pada tangan kanannya.

"Nanti dulu," kata Salsha berusaha menahan Karel.

"Cepet!" ucap Karel yang membuat Salsha membulatkan matanya.

"Ini," Salsha memberikan puluhan kertas yang ada di tangannya.

"Surat untuk kegiatan kemah yang kemarin di umumin. Bagiin sama temen sekelas lo. Kalau kurang, minta aja lagi sama gue. Kalau lebih, bisa lo kasih sama anak kelas lain yang gak dapet."

Tangan Karel meraih surat-surat yang disodorkan oleh Salsha. Bahkan sampai sekarang, Karel tidak ingin menatap Salsha.

Atensi Karel hanya dia jatuhkan pada tumpukan surat yang kini sudah berada tepat di tangannya. Selagi menunggu Salsha melanjutkan ucapannya, Karel menghitung jumlah surat itu.

"Oh iya! Jangan lupa minta tanda tangan wali murid. Surat ini juga harus dikumpulin besok. Yang enggak ngumpul, gak bisa ikut kegiatan kemah ini. Dan kegiatan ini wajib, jadi yang enggak hadir bakal dapet hukuman langsung dari Pak Yasir."

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang