Part 32

5.2K 187 23
                                    


"Jangan suka bercanda soal perasaan. Karena kamu tidak tahu bagaimana akibatnya ke depan."



🌷HAPPY READING🌷





"Mereka kenapa liatin kita sih?"

"Atau mereka liatin lo ya Baal?" tanya Salsha karena risi dengan keadaan sekitar.

Iqbaal mendongak dan mendapati wajah Salsha yang sangat menyiratkan ketidaksukaannya. Lalu dengan santainya Iqbaal melahap baksonya lagi.

"Lo kok diem aja sih. Gue nanya," kata Salsha sedikit kesal.

"Mereka liatin lo," ucap Iqbaal santai.

"Masa iya cewek liatin gue? lesbi kali."

"Terus kalau sesama cewek pegangan tangan sama pelukan lesbi?" bukannya menjawab Iqbaal malah balik bertanya.

"Ya, itukan beda!"

"Yaudah sama aja," kata Iqbaal.

"Apanya yang sama?" tanya Salsha.

Namun Iqbaal sama sekali tidak menjawab. Jangankan menjawab, menatap Salsha saja tidak. Apa Iqbaal selalu seperti ini jika diajak bicara? Kalau dalam agama ini termasuk perilaku tercela. Tidak menatap mata saat bicara itu tidak baik.

Bukan masalah baik atau tidak. Kesannya Salsha seperti tidak dihargai jika begini. Seperti berbicara sendiri, padahal ada Iqbaal di depannya.

"Baal gue nanya." Salsha mencubit lengan Iqbaal yang tengah memegang sendok.

"Aw! sakit Sal."

"Makanya dijawab!" kata Salsha dan menatap Iqbaal tajam.

"Jawab apa?" tanya Iqbaal menatap Salsha sepenuhnya.

Salsha yang ditatap seperti itu jadi salah tingkah sendiri. Pipinya panas, dan Salsha yakin sekarang sudah memerah. Karenanya, Salsha memamilingkan muka dari Iqbaal. Agar laki-laki itu tidak melihatnya.

"Telat, gue udah lihat."

Iqbaal meminum jus jeruknya dan menatap Salsha datar. Coba saja tatapan Iqbaal tadi seperti ini, Salsha kan tidak akan salting.

"Lihat apa?" tanya Salsha was-was.

"Pipi lo,"ujar Iqbaal.

"Pipi gue emang kenapa?" tanya Salsha takut.

"Merah."

Caranya berteleportasi bagaimana? Salsha ingin mempraktekkannya sekarang. Demi apapun! bagaimana caranya? Tolong beritahu Salsha sekarang.

"Lo bohongin gue kan?" Iqbaal menatap Salsha lagi, dan tatapannya susah diartikan. Salsha jadi gugup sendiri. "Lo bohong, katanya pipi lo merah karena alergi kata-kata manis. Kata Aldi sama Kiki itu gak ada. Pinter banget bohongnya, belajar dari mana?"

Ingin sekali Salsha menangis sekarang. Kenapa bisa-bisanya hal itu dibahas lagi. Oh ayolah, itu bukan hal yang menarik untuk dibicarakan. Lama-lama mie ayam Salsha bisa mengembang, dan tidak enak dimakan.

"Gue udah tahu semuanya," tambah Iqbaal.

Salsha hanya diam menatap Iqbaal. Sendi-sendi Salsha rasanya kaku semua. Entah apa yang terjadi dengan dirinya. Apakah Salsha punya penyakit?

Ah iya, Salsha punya. Hampir saja dia lupa.

"Cepetan makan, bentar lagi masuk."

Masih sama, tidak ada gerakan dari tubuh Salsha. Iqbaal menatap Salsha bingung, sebenarnya apa yang terjadi dengan Salsha. Apa dia alergi lagi?

FRIENDZONEWhere stories live. Discover now