Part 46

4K 134 30
                                    

"Dari sekolah itu awalnya aku hanya rindu jam kosongnya. Tapi kali ini ada rindu yang diam-diam menyapa. Yaitu, rindu akan senyum manis yang terbit di wajahnya."


🌷HAPPY READING🌷


"Nomor 1."

"Jadi, pemenangnya adalah pasangan nomor urut 1, yaitu Iqbaal dan Salsha. Yang memiliki jumlah suara paling banyak!"

"Yeeaayyy!!!" Steffi menatap Salsha yang ada di sebelahnya dengan mata berbinar.

"Lo menang Sall! Salsha menang woi!" teriak Steffi sambil menggoyang-goyangkan tubuh Salsha.

Padahal Salsha yang menang terlihat biasa saja. Tapi respon Steffi memang tidak terduga. Gadis itu terlalu bahagia.

Cassie yang ada di samping Steffi hanya diam tak berkedip sekalipun. Mulutnya yang terbuka lebar membuat Steffi menyumpalnya dengan tisu bekas mukanya.

"Hmphh."

"Steffi kampret! Jorok tahu!" umpat Cassie lalu membuang sembarangan tisu yang sudah masuk ke dalam mulutnya.

"Lo sih, Salsha lagi seneng lo malah bengong."

"Salsha yang seneng, apa lo? Salsha mah diem aja dari tadi. Lo-nya aja yang lebay!" kata Cassie yang memberikan tatapan sinis kepada Steffi.

"Hehehe.... Gue kan sebagai perantara Salsha," bela Steffi.

"Perantara apa? Lo kira Salsha mister Limbad, yang kalau ngomong harus lewat perantara orang pilihannya?" tanya Cassie yang masih dendam.

"Siapa tahu Salsha mau jadi penerusnya. Soalnya tadi Salsha bilang dia mau jadi pesulap."

"Udah deh, ribut terus lo berdua. Capek telinga gue dengernya," kata Salsha melerai Steffi dan Cassie.

Sehari mereka berdua tidak bertengkar itu mustahil. Pasti ada saja yang mereka perebutkan. Entah itu soal jumlah nilai yang mereka dapatkan, atau jumlah pilus dalam kemasan.

"Kepada Iqbaal dan Salsha silahkan maju ke depan, untuk meresmikan bahwa mereka sudah menjadi Ketua dan Wakil OSIS."

Suara wanita cantik yang memegang microfone kembali terdengar. Dia adalah anak kelas XII yang menduduki posisi sebagai sekretaris dalam OSIS. Dan sebentar lagi masa jabatannya akan berakhir, tepat saat Iqbaal dan Salsha sudah dilantik.

"Ayo maju Sal," kata Steffi sekaligus mendorong bahu Salsha sehingga gadis itu terdorong ke depan.

Salsha maju, dan semua mata memandangnya. Salsha merasa aneh saat semua mata kini tertuju padanya. Seperti ada yang aneh dengan penampilannya.

Karena malu, Salsha menundukkan pandangannya. Berharap, semua yang tengah memandangnya berhenti karena tak menemukan lagi wajahnya. Setidaknya sampai suara Iqbaal terdengar di telinganya.

"Seorang pemimpin itu gak boleh menunduk. Angkat kepalamu, lihat ke depan. Banyak orang yang menunggu kehadiranmu penuh harapan."

Salsha mengangkat wajahnya. Menemukan Iqbaal yang kini tengah menatap ke depan. Raut wajahnya terlihat sangat tegas. Rahangnya yang kuat menambah kesan tak terbantahkan pada Iqbaal. Serta mata elangnya yang menyorot tajam ke dapan.

Iqbaal sangat terlihat sempurna saat ini–ralat, setiap saat. Tapi kali ini, Iqbaal memancarkan aura yang berbeda. Jiwa-jiwa pemimpin sangat terlihat jelas pada dirinya. Mungkin itulah yang membuat dia terpilih menjadi Ketua OSIS.

Tidak tahu kenapa, Salsha merasakan perjalanannya untuk menuju ke tempat yang sudah disediakan sangat lama. Seperti waktu bergerak dengan begitu lambat. Sengaja, membuat Iqbaal dan Salsha lebih banyak bicara.

FRIENDZONEWhere stories live. Discover now