Part 19

7.2K 236 14
                                    











Happy Reading
Kalau ada typo tolong tandain yaaa
Makasihhh
Bonus pict Salsha




















Pagi hari yang cukup baik menurut Salsha. Ia tidak kesiangan dan tidak mendapat kesialan dihari ini. Mungkin belum, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi siang nanti, sore nanti atau bahkan malam nanti.

Salsha sudah siap dengan seragam sekolahnya. Pakaiannya sudah melekat dengan rapi di tubuhnya yang proposional.

Banyak yang mengatakan, tubuh Salsha itu bagus, body goals, cocok menjadi artis. Tapi Salsha tidak pernah menganggap itu nyata. Menurutnya itu tidak penting, tapi kebahagiaan lah yang penting.

Salsha selalu mengabaikan apa kata orang, tapi entah kenapa Salsha selalu menganggap perkataan orang itu penting terlebih lagi penilaiannya. Jadi, sebenarnya Salsha hanya bersikap acuh tak acuh kepada penilaian seseorang, padahal ia sangat acuh.

Salsha menuruni anak tangga dengan sangat santai, ini masih pagi dan ia yakin ia tidak akan terlambat. Salsha mendekat ke meja makan, dan menarik satu kursi lalu mulai mengoleskan selai cokelat pada roti. Salsha lebih suka sarapan dengan roti ketimbang nasi, menurutnya nasi cocok dimakan untuk siang nanti.

"Eh non Salsha, maaf bibi gak sempet siapin sarapan. Soalnya bibi baru pulang dari pasar. " Bi Siti menghampiri Salsha dengan tangan yang penuh dengan belanjaan.

"Iya Bi, gak pa-pa. " Salsha hanya menganggguk mengiyakan ucapan Bi Siti barusan. Lagi pula menyiapkan sarapan sendiri itu bukanlah hal yang berat bagi Salsha. Ia bukan anak kecil lagi, yang semuanya harus disiapkan dengan rapi.

"Sekali lagi bibi minta maaf non. Kalau gitu bibi ke dapur dulu, " pamit Bi Siti.

"Eh bi, tunggu dulu. "

"Iya ada apa non? " tanya Bi Siti, membuat Salsha mendengus. Sudah berapa kali Salsha bilang tapi Bi Siti masih saja melakukan, Salsha merasa tidak enak.

"Bi, gak usah panggil aku gitu. Panggil Salsha aja ya, aku gak enak sama bibi. " Salsha menatap Bi Siti dengan harap, selain tidak enak dengan Bi Siti, Salsha memang tidak suka dipanggil dengan embel-embel 'non'.

"Gak enak gimana non? " tanya Bi Siti lagi. Menurut Bi Siti yang seharusnya merasa tidak enak itu harusnya dia, karena tidak memanggil Salsha dengan embel-embel seperti biasanya.

"Bi, " tegur Salsha dan menatap tegas kearah Bi Siti. "Nurut aja kenapa bi, " Salsha sudah sangat gemas dengan Bi Siti. Ia sangat risih dengan panggilan itu, berasa tua banget.

"Eh, iya no- eh Salsha maksudnya. " Bi Siti menjawab dengan terbata-bata karena tidak terbiasa menyebut Salsha menggunakan nama saja.

Salsha tersenyum mendengar ucapan Bi Siti barusan. Awal yang baik lagi menurut Salsha. Ia berdiri lalu mengambil tas sekolahnya yang sempat ia taruh di atas meja. Lalu berjalan mendekat ke arah Bi Siti.

"Bi, aku berangkat sekolah, " Salsha menarik tangan Bi Siti lalu mencium telapak tanganya. Sudah lama ia tidak melakukan ini, ia sangat rindu pelukan hangat seorang ibu.

Bi Siti hanya dapat diam, melihat anak majikannya melakukan hal yang sangat menyentuh hati seseorang wanita. Bagaimanapun, Bi Siti adalah seorang ibu. Dia juga memiliki anak di desa, dia juga sangat merindukan anaknya. Perlakuan Salsha tadi, membuatnya teringat akan anak kandungnya.

Salsha menatap Bi Siti sebentar lalu melanjutkan jalannya. Salsha merasa cukup canggung saat mencium tangan Bi Siti tadi. Rasanya ia terlalu lancang melakukan itu, bahkan ia tidak meminta izin terlebih dahulu dengan si empunya tangan.

FRIENDZONEWhere stories live. Discover now