18.I smile Noren ver.

5.4K 568 77
                                    

Renjun menghiris senyum. Senyuman yang sengaja ia torehkan ntah dengan alasan apa, ia memaksakan senyum walau sensasi ngilu dan perih itu sedang bersarang di dadanya perlahan lahan menjalar mengganggu sistem pernafasannya membuat ia kesulitan bernafas.

Air bening yang ingin keluar dari kelopak mata bermanik Hazel itu ia tahan. Ia tak mau terkesan lemah hanya karna tak mampu melawan perasaan.

Nct baru saja selesai jadwal praktis dance mereka.
Mata bermanik Hazelnya menatap ke arah pojok ruangan, jelas ke retinanya kedua sejoli itu Lee Jeno dan Na Jaemin sedang tertawa bahagia ntah karena apa.

Setelah merasa kakinya sudah mampu, ia langsung berdiri pamit pada Taeyong lalu meninggalkan membernya yang lain yang sibuk dengan aktivitas masing masing.

Ia sambar jaket serta tasnya lalu bergegas keluar dari ruangan praktis. Satu tujuannya,rooftop.

.






.




.




.



Sekilas mata yang basah itu melirik ke lensa smartphonenya. 01.37 am.

Hah,sudah berjam jam ia menangis ternyata, ia ke sini tadi sekitar jam 8 hm, 5 jam lebih? Wah ini rekod baru seorang Huang Renjun. Bagaimanalah mata itu kiranya...

Si manis Renjun mendudukkan dirinya di atas tembok pembatas rooftop dengan kedua kaki itu terjulur ke bawah.
Ia kembali mendongakkan kepala bersurai madunya ke langit, stargazing sesekali tidak buruk kan? Angin malam yang menusuk kulitnya tak ia pedulikan walau bibirnya membiru karna kedinginan pun ia tak peduli.

Ia hanya ingin mencari ketenangan.

Renjun sudah mengabari Taeyong dan manager mereka kalau dia akan pulang lewat jadi ia tak perlu bimbang jika yang lain akan menunggunya pulang.

Kelopak mata itu Renjun tutup seiring tiupan angin menyentuh permukaan wajahnya. Suara angin malam benar benar menenangkan baginya. Ia merasa sakit dibahagian perutnya juga sensasi pusing di kepalanya tapi ia abaikan. Renjun tau maaghnya kambuh mengingat dari malam kemaren ia tak menyentuh makanan.

Sedang sibuk ia mengamati sentuhan angin di kulitnya, tiba tiba ia rasa ada tangan yang menarik pinggangnya paksa ke belakang sehingga tubuh mungilnya terjatuh dalam dakapan si pelaku yang menariknya.

Renjun shock tentu saja.

Tangan kekar si pelaku masih mengalung erat di pinggangnya. Punggung Renjun dan dada si pelaku menempel membuat Renjun bisa merasakan detakan tak beraturan dari balik dada si pelaku. Deru nafasnya juga berantakan.

Renjun kenal pemilik tubuh ini.

Cara orang ini bernafas juga-

"Jeno lepas" ucap Renjun memaksa lepas tangan kekar yang mengalun di pinggangnya itu tapi nihil. Si pelaku malah semakin mengeratkan tangannya di sana membuat Renjun kalah tenaga.

"Tidak." Balas si pelaku Lee Jeno dengan suara beratnya. Tangan berotot itu memaksa badan Renjun berputar menghadapnya. Kedua tangannya mencengkram erat bahu sempit Renjun.

Renjun menunduk, tak sanggup melihat wajah orang yang ia cintai selama ini secara diam diam.

"INI SUDAH DINI HARI BODOH!" maki Jeno.

"Kau tau seberapa khawatirnya aku saat terbangun tadi kau masih tak ada di kasurmu?! Aku bahkan berlari kesetanan dari dorm ke sini untuk mencarimu! Tidak bisakah kau lihat jam berapa sekarang?! Kau tahu kau senang drop kenapa hobi sekali menyusahkan kami?!" Bentak keras pemuda Lee itu lagi dengan tangan yang semakin erat mencengkram bahu Renjun.

Renjun hanya menunduk tak membalas apapun pada bentakkan Jeno barusan. Kalau bisa jujur Renjun tersinggung dengan kalimat akhir Jeno, melalui kalimat itu Jeno seolah olah mengatakan bahawa Renjun hanya si pembuat masalah yang menyusahkan di mata Jeno.

Detik kemudian Renjun melepas paksa tangan Jeno dari bahunya. Dan setelah itu baru lah Jeno sadar sesuatu... Renjun sakit... Lebih tepatnya ia sudah menyakiti si mungil itu.

"Maaf aku sangat menyusahkan aku sadar diri tapi aku tak pernah memintamu untuk menyusahkan diri untukku." Lirih Renjun. Tangannya mengambil tasnya yang tergeletak di atas tembok pembatas.

Ia ingin pergi. Pergi dari hadapan orang itu.

Sesuatu dibalik dadanya sakit begitu juga perut dan kepalanya.

Tapi belum juga Renjun sempat pergi Jeno kembali menggenggam erat tangan kanannya. Mencegah Renjun dari pergi.

"Ren maaf aku tak bermaksud seperti itu, aku hanya khawa-"

Belum sempat Jeno menghabiskan kalimatnya Renjun terlebih dahulu melepas paksa tangan mungilnya dari genggaman Jeno.

"Jangan mengkhawatirkanku, aku tak layak."

Renjun melangkahkan kakinya pergi setelah berbicara karna merasa sakit di perutnya semakin menjadi jadi. Namun suara Jeno kembali menghentikan langkahnya.

"Bagaimana aku bisa tidak mengkhawatirkanmu kalau Aku mencintaimu?!"

"Aku mencintaimu Huang Renjun! Aku tidak bisa tidak mengkhawatirkanmu..." Lirih Jeno.

Ntah Renjun saja atau memang dunia sedang berubah aneh, Renjun merasa dunianya berputar laju, kepalanya sakit pengelihatannya juga perlahan lahan mengabur.

Brukk

Tubuh mungil itu jatuh menimpa lantai.

.

.

.

Kelopak mata kecil itu mengerjab beberapa kali agar pengelihatannya tidak kabur lagi. Jemarinya terangkat untuk menggosok area mata namun tertahan. Ada tangan yang menghalangnya dari melakukan itu.

"Jangan gosok nanti perih" ucap orang itu dan Renjun tahu siapa orang itu, orang yang sama yang menyatakan cinta padanya di rooftop waktu itu.

"Jeno..." Gumam Renjun hampir tak terdengar. Mata mungilnya melirik jam nakas, sudah jam 8 pagi dan untunglah jadwal mereka kosong hari ini.

"Maaf sudah membentakmu tadi..."

"Tak apa.."

"Apa kepalamu masih sakit? Perut? Mau makan sekarang?"

"Sakit Sedikit, nanti saja Jeno aku masih mengumpul tenaga.."

Hening seketika, tapi detik kemudian Jeno bergumam.

"Njun..Soal aku mencintaimu itu... Aku benar benar memaksudkannya."

Renjun terdiam, tapi setelahnya tersenyum. Menghiris senyum.

"Jangan, aku tak mau mengganggu kau dan Nana..."

"Kami hanya teman! Lagian Nana kan sudah ada Mark hyung."

Our Love Story?Where stories live. Discover now