19.Friends? Sungren ver.

5.4K 559 64
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


.

"Lele kalau mau kencan gausah bawa bawa Jisung juga kali ish." Rajuk Jisung sambil memonyongkan bibirnya.

"Gaada yah lo kudu nemenin gue, gue kaga mau cuman berduaan sama Seonho. Takut gue"

"Yahh bukan kencan dong kalau bukan berduaan! Ish nyebelin." Jisung berdecih dalam cemberutnya. Bukan Jisung cemburu atau apa lah itu, hanya saja dia tak mau jadi nyamuk. Tapi apa lah daya sahabat cinanya ini sudah menyeretnya sampai ke café tempat Seonho janjikan untuk kencan.

"Pokoknya kau harus ikut, setidaknya menghantarku."

"Tapi a-"

Adu bacot mereka terhenti sesaat karna Jisung yang tiba tiba berhenti. Chenle yang tadi tangannya menarik lengan Jisung pun ikut terhenti.

Mata si bayi ayam itu terpaku pada garden yang berada beberapa senti di luar café, tepatnya pada dua sosok yang sangat dikenalnya. Renjun dan Jeno.

Chenle juga perlahan lahan melihat ke arah yang sama dengan pandangan Jisung.

Terlihat kedua orang itu, Renjun dan Jeno sedang berargumen. Dan detik kemudiannya Chenle membekap mulutnya shock.

Jeno menampar keras pipi Renjun sehingga titis titis darah keluar dari sudut bibir tipis itu.

"Kau menamparku untuk mempertahankan dia yang coba mencelakaiku. Siapa sih pacarmu? Aku atau dia?!" Ucap Renjun di sela sela air matanya. Tak ada isakan hanya suaranya saja yang terdengar bergetar.

"Dia bilang padaku kau menamparnya karna kau cemburu dia dekat denganku! Kau kekanakan!"

"Justru dia yang menamparku! Hiks.. kau tak pernah menghargaiku kau tak mengenal peribadiku! Kau lebih percaya omong kosong orang lain!.. apa guna hubungan 3 tahun ini padamu sebenarnya?.." Suaranya hampir tak terdengar pada kalimat akhir. Ia... Lelah

Jeno... Terpaku. Terbesit rasa bersalah tapi

"Tak ada gunanya" dengan santainya ia mengeluarkan kata kata yang dia sendiri tak tahu akan penyesalan di akhir waktu.

Renjun ingin membalas perkataan Jeno tapi terpotong saat tiba tiba ada tangan yang menariknya jatuh ke sebuah pelukan hangat.

"Tak apa hyung, uljimayo ne?" Ucap si pelaku pelukan, Park Jisung. Jisung kemudiannya mengelus punggung Renjun dengan tangan kekarnya yang lain melingkar erat di pinggang si hyung manisnya.

Dan tak lama tangis Renjun pecah di pundak Jisung, si bayi ayam yang sering menjahili tinggi badannya.

Jisung tak henti hentinya mengelus punggung sempit Renjun dan sesekali memberi kata kata penenang agar si hyung manisnya berhenti menangis.

Disamping itu, Jisung juga sempat melempar pandangan sinis pada Jeno. Jisung sudah mempercayai Renjun pada Jeno, tapi kalau sudah sampai tangis Renjun pecah, Jisung meragui kepercayaan itu.

"Silap besar aku mempercayai Renjun hyung padamu, kau sama saja brengsek!" Maki Jisung.

Jeno hanya mampu merenung kesalahannya.

Setelah merasa Renjun lebih tenang, Jisung langsung menangkup kedua pipi si hyung manisnya. Ia membersihkan sekitar wajah manis itu dari air mata lalu ia menarik lengan Renjun untuk pergi menjauh. Menjauh dari pria brengsek Lee itu.

"Kita putus.." lirih Renjun pada si pria Lee sebelum menerima tarikan Jisung.

Degupan jantung Jeno seakan terhenti, ia tak berfikir dua perkataan itu akan lolos dari bibir tipis Renjun. Ia mematung.

"Ternyata bahagiamu bukan dengannya hyung, tapi tak apa, mulai sekarang aku adalah bahagiamu. Aku tak akan mempercayaimu pada siapa siapa lagi."

Our Love Story?Where stories live. Discover now