迷いますJaedoren ver.[3]

6.5K 573 198
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







.















.








Sudah sejak tiga hari lepas Renjun pulang ke rumah keluarganya. Tak ada apa yang berubah dari keluarga Jung itu kecuali si sulung Jung sendiri.

Si kecil sulung Jung itu tampak... Takut.. lebih lebih lagi untuk bergabung bersama kedua orang tua juga adik kecilnya.

Seperti saat ini yang dilakukan si kecil Jung Renjun itu hanyalah memeluk boneka moomin putihnya dengan kedua tangan sambil duduk di kolong meja belajarnya. Ntah kenapa dia melakukan itu. Si kecil hanya rasa lebih... Terhindar dari bahaya mungkin.

Iya,Jaehyun memang sengaja menyimpan meja belajar di kamar Renjun karna hobi anak sulungnya itu yang sangat suka menggambar.

"Moomin... Injun apal..." Lirihnya pada si boneka moomin yang berada di tangannya. Perut kecilnya sudah sedari tadi bersuara memberi isyarat pada si kecil bahawa dia butuh makan.

Bibirnya melengkung ke bawah seraya tangan kurusnya memeluk erat boneka moominnya tanda bahawa sakit di perutnya semakin kuat.

Tak ada pilihan lain, dia harus ke dapur.

Dengan masih memeluk boneka moomin yang besarnya setengah dari badan si kecil itu, dia keluar dari tempat persembunyiannya.





.






Mata kecil bermanik cokelat hazel cantiknya memandang ke segala arah di ruangan dapur yang bisa dibilang cukup luas itu mencari cari sesuatu yang bisa ia makan.

Lantas ia membuka kulkas berharap akan ada makanan apapun disana agar monster di dalam sana berhenti menyakiti perut kecilnya.

Matanya berbinar, temannya si boneka moomin sudah ntah hilang kemana. Tangan kecilnya menggapai susu kotak kecil berwarna pink disana lalu meminumnya dengan sedikit rakus.

Bila difikirkan kembali, kasihan sih nasib si sulung Jung ini. Pola makannya yang tidak teratur, diusia yang masih cukup muda dirinya yang kecil harus mandiri untuk mandi sendiri karna orang tuanya yang sangat sibuk mengurus si putra baru Jung, ditambah lagi perhatian orang tuanya yang sangat tipis beberapa bulan ini sangat mengganggu mentalnya untuk berkembang.

Bagaimana yah... Dia berasa tidak diperlukan lagi.

Habis meneguk sekotak kecil susu berperisa stroberi itu, kaki kaki mungilnya lantas menuju ke bakul sampah untuk membuang kotak susu kosong itu.

Walau hanya susu, setidaknya perut kecilnya terisi.

Baru beberapa langkah setelah selesai membuang kotak itu, si kecil dibuat terkejut dengan suara si mama yang sepertinya berada di ruang tengah.


"Astaga Jung Renjun! Berapa kali harus mama bilang mainannya jangan ditaruh merata rata!"

Kaki kecilnya bergetar begitu maniknya menangkap si mama yang kelihatan marah.

"Kenapa moominmu bisa disini?! Mama bilang apa sebelumnya Renjun?! Susah sekali yah mendengar kata kata mama?!"


Si kecil itu menunduk. Tentu saja dia takut.




"Yanhaeyo.."[mianhaeyo] gumam si kecil Renjun dengan suara bergetar. Setitis demi setitis air matanya jatuh menyentuh permukaan lantai namun tidak ada isakan. Kaki kecil itu berjalan ke arah boneka moominnya lalu mengambil boneka itu.

Dapat mata Doyoung tangkap bagaimana bergetarnya tangan si kecilnya menandakan si kecil itu sedang ketakutan.



For God Sake, si mama muda itu benar benar menyesali perbuatannya yang sempat membentak anak manisnya. Terlihat jelas olehnya air mata dan sedikit sisa susu mengotori pipi putih si anak.

Terulur tangannya untuk menyentuh pipi itu namun si kecilnya mengelak dengan kedua mata kecilnya yang tertutup rapat. Setelahnya si kecil Renjun langsung membawa kaki dan tangannya yang memeluk erat boneka moomin itu ke kamarnya.

Sakit menghantam dada Doyoung seketika melihat bagaimana anak manisnya yang manja itu menolak tangannya saat akan menyentuh si kecil. Bukan hanya itu, air mata tanpa isakan si kecil itu juga secara tidak langsung menghiris setiap sudut jantungnya.

Ya tuhan, jam berapa sekarang? Renjunnya belum makan apapun sedari pagi.

Kepalanya mengedar ke dinding tepatnya ke jam yang melekat kemas pada permukaan dinding itu. Mata bulatnya terbuka besar saat jarum jam sudah menunjuk ke angka 2.35 siang.

Anak manisnya belum memakan apapun...


Tanpa memikirkan apapun, kaki panjangnya langsung membawanya ke kamar anak manisnya. Tak peduli air matanya yang sudah mengalir sejak tadi.

Dibukanya pintu bermotif putih itu namun tidak matanya tangkap sosok si anak manis di mana mana.

"Injunie yah..." Panggilnya lembut. Namun tak ada sahutan sampailah telinganya menangkap suara isakan halus.

Ia yakin suara itu milik anak manisnya.

Dengan mengikut gerak hatinya, si mama muda itu menunduk melihat ke kolong kasur di kamar Renjunnya.

Betapa hancurnya hati Doyoung ketika melihat putra manisnya meringkuk dibawah sana, mengubur wajahnya pada boneka moominnya sambil tubuh kecil itu bergetar menangis.


"Aegie ah.." panggil Doyoung pada si kecil manisnya dengan mata yang semakin lebat menurunkan kristal beningnya. Suaranya bergetar.



Tanpa arahan, Doyoung langsung ikut memasuki tubuhnya ke kolong kasur. Memeluk tubuh kecil Renjunnya erat sambil keduanya menangis.

"Kesayangan mama hiks mama mian hiks" tangis si mama sebaik mendekap si kecilnya. Manakala sekecil hanya mampu menyembunyikan wajahnya di dada Doyoung agar tangisnya teredam.

Tangan besar si mama mengelus sayang helaian rambut halus putra sulungnya. Boneka moomin yang berada di antara mereka tadi sekali lagi ntah kemana. Doyoung membuangnya asal tadi.

Begini kah rasa memeluk putra sulungnya kembali? Kali terakhir ia memeluk dan mencium si manisnya ini saat beberapa bulan yang lepas.

Tubuh kecil yang dulu gembul ini pun sekarang sudah mengurus, Doyoung benar benar merasa ditampar oleh perbuatannya sendiri.







End








Our Love Story?Where stories live. Discover now