23.鎮痛剤 Noren ver.

4.8K 461 22
                                    

Dia bisa berbohong sepuasnya, kemukakan pada dunia kata bahagia dan senyum manis itu. Aku tetap tak akan tertipu.

Kami bersahabat dari masih balita, tanpa dia bersuara pun aku sudah tau apa yang terjadi.

Malam ini, aku ke rumahnya karna mama dan papa Huang tak ada di rumah. Aku tak mau dia mengambil kesempatan ini untuk melukis corak di kulit putihnya lagi.

Akhir akhir ini aku sering lihat kesan kesan gores di kulit tangannya, tangan indah itu... ah Bodoamat, aku harus segera ke kamarnya.

Mudah bagiku untuk masuk ke rumah keluarga Huang karna kedua keluarga kami bersahabat jadi aku bebas masuk ke sana. Selain itu, rumah kami bersebelahan jadi yah, tinggal jalan aja. Memandangkan rumah kami modern, lock door kami berbentuk retinal scanner(pengimbas retina), mataku sudah di set pada scanner sejak dulu karna itu aku bisa masuk sesukaku.

Cklek

Pintu kamarnya aku buka, dia di sana sedang duduk di atas ranjang luasnya membelakangiku, dia fokus dengan buku di tangannya sampai tak sadar aku sudah berada beberapa senti di belakangnya.

Tanganku melingkar erat di pinggangnya, dia tampak terkejut. Tubuh mungil berlapis piyama putih itu ku tarik sehingga menempel di dadaku.

"J-Jeno?!" Lirihnya kaget.

Ku lirik buku yang sedang ia baca, ah rumus Biology ternyata.

"Jangan terkejut begitu aku bukan hantu"

Dia cemberut.

"Bagaimana aku tidak terkejut kalau kau datangnya tiba tiba begini?" Ucapnya. Haha manis sekali nadanya seperti merajuk.

Masih dalam keadaan berpelukan, aku menariknya sehingga berhadapan denganku.

"Kau masih mengkonsumsi anti depressants?" Tanyaku, bagi yang tidak tau anti depressants itu seperti sleeping pills dan Painkillers.

Dia menggeleng perlahan.

"Jujur Renjun" paksaku.

"Aku jujur Jeno, lihat mataku membengkak. Aku tidak bisa tidur selama tidak mengkonsumsi pain killers." Ucapnya sambil memandangku tepat dimata.

Okay, kali ini aku percaya. Terbesit rasa kasihan dalam benakku melihat mata bengkak itu, tapi Renjun harus terbiasa tanpa obat penenang. Lama kelamaan dia akan ketagih,aku tak mau itu terjadi.

"Okey fine, I believe. Now explain me what did you just did to your skin." Bukan mau sok english yah, aku dan Renjun memang dilahirkan bilingual.

"Y-you see it..?" Suaranya mengecil seraya kepala bersurai kecokletan itu menunduk.

"I did."

Beberapa menit aku menunggu jawapan darinya, tapi tak ada tanda tanda dia akan menjawab.

Ku lepas helahan nafasku lalu menarik dagunya supaya mendongak melihatku tepat di mata.

Matanya basah.

"Renjun.."

"Mian hiks"

Ku biarkan dia menangis sepuasnya di pundakku, tanganku melingkar di pinggangnya dan yang satunya mengelus tengkuk si manisku.

Iya dia si manisku.

Dia milikku.

"Stop cutting your skin from now on. Promise me?"

"Janji hiks"

Biar ku beritahu,

Renjunku menghidap depresi.

Hidup tak sesenang memetik bunga, banyak yang terjadi dalam kehidupannya. Dan aku tahu,

Aku harus ada untuknya setiap waktu.



End

....
For those yang minta sequel dari part part sebelumnya, akan aku usahain yah. Have a nice day!

Our Love Story?Where stories live. Discover now