Part 4. Zulkifli.

4.1K 363 8
                                    

Part 4. Zulkifli.

Bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Koridor sedang ramai-ramainya dengan siswa-siswi yang berjalan terburu-buru untuk pulang ke rumah masing-masing.

Putri berjalan di koridor dengan tatapan tidak lepas dari sepasang kekasih di depannya. Cewek itu mendengus memperhatikan Zahril yang meletakkan tangannya di bahu Zahra.

"Pacaran norak banget sih," guman Putri kesal. "Bikin sakit mata lihatnya."

Putri mempercepat langkahnya melewati sepasang kekasih itu dengan dengusan kasar. Ia melangkah dengan kesal menghampiri motornya yang terhimpit oleh motor-motor lain. Putri rasanya ingin mengumpat melihat itu, menyadari bahwa motornya susah untuk dikeluarkan
dari tempat parkir.

"Masa iya gue harus menunggu lagi sih?" desah Putri pasrah kemudian melangkah ke gazebo yang berada di samping parkiran.

Putri duduk dengan perasaan kesal. Selalunya seperti ini sepulang sekolah saat motornya terparkir terlalu dalam di parkiran dia hanya bisa menunggu satu persatu motor cabut dari  lingkungan sekolah dengan sabar walaupun hal itu membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit lamanya.

Matanya melirik siswa yang melintas didepannya, sedikit terpanah oleh ketampanan cowok itu. Putri langsung berdiri saat memperhatikan cowok itu sedang memindahkan salah satu motor untuk mengeluarkan motor miliknya.

"Kak!" panggil Putri. "Bisa minta tolong, nggak? Sekalian keluarin motor gue juga, kak."

Cowok itu mendongak, menatap putri dengan sebelah alis terangkat. "Boleh," sahut pria itu.

"Yang mana motornya?"

Putri tersenyum senang. "Itu kak," tunjuknya pada motor matik berwarna hitam putih.

Cowok itu mengangguk, dengan cekatan memindahkan beberapa motor, membuka jalan untuk motor Putri bisa keluar. Dengan senang, Putri melangkah saat melihat motornya sudah bisa keluar, dia menghampiri motornya dan langsung menaiki nya.

"Terimakasih, kak!" teriaknya sambil menggunakan helm.

"Sama-sama," cowok itu mendekat ke Putri. "Nama lo siapa?"

Putri memperhatikannya dan baru menyadari bahwa cowok itu juga memakai jas almamater Osis.

"Kakak anak Osis, ya?" bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya, Putri  malah bertanya balik.

Cowok itu mengerutkan dahi. "Iya, gue anak Osis. Kenapa?"

Putri menggeleng. "Nggak. Jadi kakak kenal dong kak Zahril?"

Cowok itu mengangguk lagi. "Iyalah, gue kenal. Dia bawahan gue."

"Hah? Maksud kakak?"

Cowok itu menggeleng. "Lo nggak kenal gue? Lo gugus berapa sih?"

"Gugus tiga, kak."

"Ohhh.." cowok itu manggut-manggut. "Pantesan lo nggak kenal gue, nggak sempat masuk di kelas lo kemarin." Cowok itu mengulirkan tangan kanannya ke arah Putri. "Kenalin, nama gue Zulkifli. Panggil aja Zul. Gue ketua osis di sini."

PUTRI (Selesai) Where stories live. Discover now