Part 23. Harapan yang Perlahan Memudar.

3.1K 324 34
                                    

Part 23. Harapan yang Perlahan Memudar

Happy reading
Jangan lupa vote dan komen
Untuk part Ini.

~~~~~

Putri menatap nanar jalanan di depannya, tatapan cewek itu kosong. Sedang di sampingnya Zahra sedari tadi berusaha menenangkan sahabatnya.

"Udah, dari awal aku kan sudah bilang. Pacaran nggak ada manfaatnya. Mungkin Allah menegur mu dengan cara seperti ini. Dia tidak ingin melihat kamu tenggelam dalam dosa semakin dalam. Allah sayang sama kamu, Put." Zahra memeluk Putri yang sedari tadi masih saja bergetar hebat.

Zahra menghela nafas, dia kemudian melempar pandangan ke Zahril yang juga sedari tadi diam dalam ketegangan, rahang cowok itu masih mengeras dan sekali-kali meremas kuat stir mobil. "Kak! Langsung ke rumah aja. Di rumah Putri nggak ada orang."

Zahril hanya mengangguk kemudian berusaha fokus dengan jalan di depannya.

"Aku mau pulang." Ujar Putri berbalik ke Zahra. Mata cewek itu memerah dengan air mata yang membendung.

"Di rumah kamu kan nggak ada orang. Aku takut terjadi sesuatu sama kamu." Itu saja dan keadaan di dalam mobil itu diam lagi hingga sampai di rumah Zahra.

"Ayo." Ajak Zahra turun.

Terdengar bantingan pintu sebelum Zahra dan Putri turun dari mobil membuat kedua cewek itu terkejut. Zahra menatap Zahril yang sudah berjalan masuk ke dalam rumah dengan wajah yang masih saja mengerikan.

Zahra mengerutkan dahi, tidak mengerti dengan apa yang terjadi dengan Kakaknya itu. Cewek itu kembali menatap ke arah Putri dan mengajaknya turun kembali.

"Assalamualaikum," salam Zahra sebelum masuk ke dalam rumah.

Lia dan Rahman sedang berada di ruang tamu bersama dua orang lain yang terlihat seperti pasangan. "Walaikumussalam." Jawab mereka bersamaan.

Lia menghampiri Zahra sambil menatap dalam Putri. "Teman Zahra kenapa?"

Zahra melirik Putri sebentar sebelum kembali menatap Mama nya. "Lagi nggak enak badan, Ma. Zahra pamit mau bawa teman Zahra ke kamar dulu."

"Oh iya. Ada Brownies di kulkas, nanti ambilkan untuk teman mu." Ucap Lia tersenyum.

"Iya, Ma." Zahra mengajak Putri yang masih saja diam seakan kehilangan nyawanya.

.
.
.
.
.

Zahril mengatur nafasnya yang memburu, kedua tangan cowok itu meremas rambutnya dengan frustasi. Ingatan tentang Putri yang hampir dicium oleh Adhi masih terbayang-bayang di kepalanya membuat hatinya bergemuruh dengan emosi.

"Astaghfirullah." Ucapnya beristigfar saat emosinya yang kunjung reda. "Astaghfirullah."

Zahril menghela nafas panjang saat emosinya mulai mereda sedikit. Cowok itu memilih mandi terlebih dahulu sebelum bersiap ke Masjid untuk sholat Magrib.

Hanya butuh sepuluh menit lebih untuk Zahril membersihkan tubuhnya dari keringat seharian ini. Cowok itu melangkah ke lemari dan mengambil sarung dan koko kemudian bersiap-siap.

PUTRI (Selesai) Where stories live. Discover now