Part 18.2 Camping

3.1K 307 8
                                    

Part 18.2 Camping.

Happy Reading
Jangan lupa vote dan komen

~~~~~~

Rahman mengendarai mobil melewati gerbang sekolah, Bus-bus sudah berjejer rapi di parkiran sekolah dengan siswa kelas XI dan XII yang sudah ramai mengelilinginya. Rahman memarkirkan mobilnya tepat di samping Bus kelas XI IPS 2 dan XII IPA 2.

"Pa, Kami berangkat dulu, Ya." Pamit Zahril kemudian mengecup punggung tangan Papanya.

"Jaga adekmu di sana. Jangan biarkan dia pergi sendiri, kamu tahu kan betapa ceroboh nya Zahra. Papa percayakan Zahra sama kamu."

Zahril mengangguk. "Kakak turun dulu, Pa. Assalamualaikum."

"Walaikumussalam."

Zahril keluar dari mobil dan berjalan kebelakang untuk mengambil tasnya yang ada di bagasi mobil.

"Nih," ujar Zahril sambil memberikan Tas kepada Zahra yang berdiri di sampingnya.

"Berat, Kak. Aku nggak bisa bawa." Zahra cemberut menatap Zahril yang masih sibuk mengeluarkan barang-barang mereka.

"Biar gue yang bawa. Bus lo dimana?" Ujar Zul yang entah sejak kapan sudah berada di samping Zahra dan mengambil ransel cewek itu.

Zahra mundur satu langkah saat dirasanya Zul terlalu dekat. "Eh, Kak Zul. Itu kak." Tunjuknya pada Bus yang berada tepat di sampingnya.

"Oke." Zahra memperhatikan Zul yang berjalan masuk ke dalam Bus, di Bus itu sendiri sudah ramai dengan teman sekelasnya dan kelas XII IPA 2. Sebenarnya masing-masing kelas mendapatkan satu Bus, hanya saja karena prinsip konyol "Tak kenal maka tak sayang" yang diajukan salah satu pengurus osis, makanya setiap dua Bus terdiri dari dua kelas yang telah diatur oleh pengurus osis juga.

Sebelum berangkat, mereka semua dikumpulkan di lapangan upacara untuk mendengar sedikit sambutan dari kepala sekolah yang mengamanahkan segala urusan acara kemah ini ke wakasek kesiswaan yang bersedia mengurusnya dilanjutkan dengan penyampaian Zul sebagai ketus osis yang sebentar lagi akan melepaskan jabatannya untuk lebih serius ke bidang akademik untuk ujian nasionalnya nanti.

Setelah penyabutan itu, semuanya bersiap untuk pergi, segala peralatan kemah masing-masing kelas sudah berada di bagasi mobil dan satu persatu siswa juga menaiki Bus untuk segera berangkat. Zahra menyimpan Tasnya di samping kaki kursi yang dia duduki, cewek itu memilih kursi di tengah-tengah Bus.

"Zah, Sorry ya gue nggak bisa temani lo duduk. Ada Adhi." Sahut Putri menyesal.

Zahra mendongak. "Nggak apa-apa, kok. Kayaknya Kak Zahril juga di Bus ini deh."

Putri tersenyum. "Oke. Gue duduk di belakang lo aja deh, gue nggak bisa jauh-jauh dari lo kayaknya." Becandanya.

Tidak lama setelah Putri duduk, Adhi muncul berserta teman sekelasnya. Putri melambai, Adhi menghampirinya dan duduk di samping cewek itu. "Udah lama?" ucapnya pelan, tangan cowok itu terangkat memperbaiki rambut Putri yang menutupi sebagian wajah cewek itu dan menyelipkannya di telinga.

"Baru aja."

Adhi mengangguk-ngangguk.

Zahril baru masuk ke dalam Bus saat mobil akan berangkat, keberadaan cowok itu di dalam Bus mendapatkan pekikan dan siulan dari fans-fans nya. Zahril mencari keberadaan Zahra dan mendapatkan cewek itu sudah tertidur dengan kepala bersandar ke kaca jendela Bus.

Zahril menggeleng dan segera duduk di samping Zahra tanpa tahu menahu siapa yang duduk di belakang mereka.

Dengan pelan karena tidak ingin membangunkan Zahra, Zahril memindahkan kepala Zahra untuk bersandar kepadanya, dia tidak mau adik kesayangannya akan merasakan pegal di leher saat terbangun nanti.

Bus berangkat lima menit setelah Zahril duduk, cowok itu hanya menatap keluar jendela melihat gedung-gedung tinggi sepanjang jalan Bus keluar kota mengabaikan keributan yang berasal dari belakang Bus.

"Bila nanti saatnya tlah tiba..
Ku ingin kau menjadi istriku...
Berjalan bersama dalam terik dan hujan..
Berlarian kesana-kemari dan tertawa
Namun bila saat berpisah tlah tiba..
Izinkanku menjaga dirimu
Berdua menikmati pelukan diujung waktu..
Sudilah kau temani diriku..."

Zahril ikut bersenandung kecil saat semua penumpang Bus bernyanyi, senyuman tipis muncul saat pikirannya mengukir satu nama yang sangat sulit dia hapus dari hatinya.

Dan tidak menyadari bahwa dirinya telah menghadirkan harapan untuk bersama kelak seseorang itu.

Zahril terkekeh miris, tidak habis pikir kenapa hatinya bisa menatap pada satu gadis itu, Putri. Padahal jika dilihat lagi, Putri bukannya tipenya selama ini, sangat jauh bahkan dari harapannya.

Sekarang dia mengerti asumsi bahwa cinta itu buta. Tanpa niat untuk melihat rupa paras atau bahkan untuk meliriknya, dia datang tanpa di tau-tau. Menghadirkan rasa yang semakin hari semakin dalam.

"Hey, kamu bisa bersandar di bahu ku." Perkataan lembut dari arah belakangnya sukses membuat Zahril keluar dari pikiran nya. Tangan cowok itu mengepal, dia sangat tahu siapa pemilik suara itu.

"Nggak apa-apa, nanti aja deh. Aku nggak mau bahu kamu pegal. Kepalaku berat, loh." Kekeh suara laki-laki.

Zahril menghembuskan nafas panjang, rasa cemburu benar-benar hadir sekarang. Rasanya dia ingin mengganti kan posisi cowok itu di samping Putri. Memilih mengabaikan suara di belakangnya, Zahril memejamkan mata dan memaksa dirinya untuk tidur sepanjang jalan.

.
.
.
.
.

Lokasi perkemahan yang dipilih berada di lembah dekat sungai yang berada tiga kilo meter dari tempat pemberhentian Bus. Jadi mereka harus berjalan sejauh itu untuk sampai di lokasi perkemahan, mendaki gunung lewat di lembah adalah medan yang akan mereka lewati.

Kelas-kelas lain sudah jauh didepan saat Bus yang membawa Putri dan lain-lain baru tiba. Putri memperhatikan keadaan lingkungan yang baru baginya. Pohon-pohon tinggi dengan semak-semak mengelilingi membuat cewek itu ngeri sendiri membayangkan dia akan berjalan di antaranya, belum lagi serangga dan hewan liar yang ada di dalam sana.

"Kok aku tiba-tiba takut, ya?" Ujar Putri berbalik kepada Adhi yang bersiap untuk turun dari Bus. "Pasti di sana banyak hewan liar. Ihhhh.. kalau ada ular gimana?"

Adhi menatap Putri, tangannya sibuk memperbaiki letak tas di punggungnya. "Ada aku. Kalau kamu dalam bahaya, beritahu aku segera."

Putri tersenyum malu. Dia menganggukkan kepalanya dan menerima uluran tangan Adhi.

"Ayo."

Putri bergeser untuk keluar dari deretan kursi Bus, Adhi menariknya untuk keluar Bus.

"Kenapa?" Tanya Adhi saat Putri berhenti.

"Ini. Kak Zahril dan Zahra tidur," Ujarnya melihat Zahril yang menyandarkan pipinya di kepala Zahra.

"Minggir sedikit biar aku bangunin." Adhi bergeser hingga berada tepat di dekat kursi Zahril.

"WOI!! BANGUN, WOI!" Teriak Adhi tepat di dekat telinga Zahril membuat cowok itu terperanjak bangun. "UDAH SAMPAI. LO MAU DITINGGAL APA?"

"Gue udah bangun." Desis Zahril tidak suka melihat Adhi di sampingnya.

"Santai Bro. Gue cuma bangunin." Adhi terkekeh dan menepuk pundak Zahril sekali sebelum meraih tangan Putri dan membawanya keluar Bus.

Zahril memperhatikan keduanya hingga keluar Bus, kedua tangan cowok itu mengusap kasar wajahnya dan mendesah berat. "Sial."

"Zah?" Zahril menggerak-gerakkan bahunya hingga Zahra bangun. "Ayo, udah sampai."

Zahra mengangguk. Setelah mengambil tasnya dan juga tas Zahra, Zahril keluar Bus dengan Zahra yang mengikutinya di belakang.

.
.
.
.

TBC.

PUTRI (Selesai) Where stories live. Discover now