Ekstra Part. Kehilangan (Bagian 2)

2.6K 284 49
                                    

Ekstra Part. Kehilangan.

Happy Reading!

~~~

Waktu berjalan dengan cepat. Hari ini acara perpisahan siswa kelas dua belas. Parkiran sekolah penuh bahkan ada beberapa kendaraan yang parkir diluar lingkungan sekolah. Aula tempat berlangsungnya acara sangat dipadati siswa dan orang tua mereka, guru-guru dan para tamu undangan.

Putri tersenyum. Di tangannya terdapat tiga buket bunga hadiah kelulusan dan boneka beruang berwarna putih berukuran mini. Fokus nya ke depan, memperhatikan Kepala sekolah yang sedang berpidato di atas sana.

"Selamat kepada anak-anakku yang dinyatakan lulus. Semoga hasil yang kalian peroleh bisa membanggakan diri kalian sendiri dan kedua orang tua." Ujarnya kemudian mengakhiri pidato yang memakan hampir tiga puluh menit. Sorakkan dan tepuk tangan terdengar membahana di aula. Setelah acara salam-salam plus pelukan kepada guru yang menguras air mata. Putri menjauhi keramaian. Duduk di bangku taman yang berada di sudut depan sekolah. Diletakkan semua hadia yang dia dapatkan di sampingnya. Tangannya bergerak menarik pita yang mengikat rambut panjangnya. Membiarkan rabutnya tergerai menutupi punggungnya .

Putri kemudian mendongak, membiarkan wajahnya disinari cahaya matahari yang menelusup disela-sela dedaunan pohon mangga yang cukup lebat. Semilar angin menambah kesejukan dengan anak rambutnya yang bergerak mengikuti kemana angin itu. Putri menarik nafas dalam, berusaha mencari ketenangan yang belakangan ini sangat sulit dia dapatkan.

Selagi menikmati suasana tenang ini, Putri berusaha untuk tidak memikirkan hal yang bisa membuat perasaan dan hatinya kembali merasakan sakit berkat kepergian seseorang yang masih bertahta di hatinya. Beberapa minggu ini, Putri berusaha menghindari sesuatu yang bisa membuatnya ingat. Dia masih berusaha dengan mati-matian agar dia bisa lupa dalam waktu dekat. Karena ketahuiah bahwa memikirkan seseorang yang bukan hak kita untuk memiliki sungguh rasanya tidak nyaman. Kerinduan agar bertemu orang itu selalu menelusup kepikiran dan di satu waktu kita tidak berdaya untuk melakukan apapun. Hanya diam dengan pengharapan semu belaka.

Seminggu ini juga Putri berusaha menambal hatinya yang terdapat lubang besar menganga berkat kepergian seseorang itu. Karena itulah mengapa dia berusaha dengan keras untuk lupa. Dia tidak mau usahanya sia-sia karena kelemahan hatinya.

Putri menghela nafas. Dia harus kembali ke aula agar mamanya tidak khawatir karena tidak menemukan anaknya dimanapun. Dia kembali meraih hadiahnya dalam satu pelukan. Karena tidak ingin repot terlalu lama dengan hadiah-hadiah itu, Putri menyimpannya terlebih dahulu di dalam mobil. Dia meletakkannya di jok belakang. Putri menutup pintu dan menegakkan tubuhnya kemudian berbalik untuk pergi.

Langkah Putri terhenti, kakinya tidak bisa bergerak saat matanya melihat ke sudut parkiran lain yang jauh dari tempatnya, berdiri dua orang yang sedang berbincang. Bahkan dengan jarak yang lumayan jauh pun Putri dapat mengenal sosok cowok yang berdiri dengan seorang gadis berjilbab.

Pertahanan Putri langsung runtuh bahkan saat tembok yang dibangunnya belum kokoh. Masih dalam keadaan dia berusaha membangun untuk melindungi hatinya. Disaat dia mengira tembok itu akan bertahan lama, tembok itu hancur lebur dan rasa sakit menghantam kembali hatinya. Putri masih memerlukan waktu yang lebih lama untuk bisa menghadapi hal seperti ini. Dia masih butuh waktu untuk menghadapi Zahril dan Ananda. Dia belum siap sekarang.

Dengan cepat Putri berbalik dan melangkah menjauh pergi dari parkiran untuk menyelamatkan hatinya yang bahkan dia tidak tahu apa masih bisa diselamatkan.

.
.
.
.
.

"Aku nggak percaya kamu beneran kuliah di Yogyakarta. Aku bakal kangen banget sama kamu." Ujar Zahra memeluk Putri dengan erat.

Putri terkekeh. Dipeluknya juga Zahra dengan erat. Hari ini dia berangkat ke Yogyakarta. Dia diterima untuk kuliah di sana, di kota tempat kelahirannya. Dia akan pulang. "Gue juga nggak percaya kalau Universitas Indonesia nerima lo jadi mahasiswanya."

Zahra memukul pelan bahu Putri. Dia melerai pelukannya dan menatap Putri. "Isss... itu semua berkat Allah yang mengisinkan aku untuk kuliah di sana."

"Iya deh. Aku pamit. Keretanya juga udah mau berangkat. Titip salam buat orang rumah. Bilang princess yang cantik ini pamit."

Zahra terkekeh dan melambaikan tangannya kearah Putri yang mulai melangkah menjauh kemudian masuk ke dalam kereta yang akan membawanya ke bagian lain pulau jawa. Zahra memandang Putri yang berada di dalam kereta, mereka berpandangan dan sekali lagi melambaikan tangan. Zahra tersenyum. "Seharusnya kamu nggak usah lari dari rasa sakitmu. Kuharap kamu akan kembali ke sini. Karena ada seseorang yang akan menunggumu untuk kembali." Ujar Zahra bersamaan dengan pintu kereta yang tertutup. Perlahan kereta mulai berjalan meninggalkan stasiun.

"Kamu terlambat, kak." Sahut Zahra kemudian berbaik menghadap seorang pria yang berdiri di depannya dengan tubuh setengah membungkuk dan kedua tangan di lutut. Cowok itu mendongak, Zahra bisa melihat peluh yang jatuh dari wajah tegas cowok itu. Dia saja masih mengatur nafasnya yang memburu.

"g..gue terlambat?"

.
.
.
.

Putri memandang keluar jendela. Menatap pada sawah yang membentang luas. Putri tersenyum. Sudah saatnya untuk melupakan. Mungkin jarak akan membantunya untuk lupa. Mungkin juga untuk memikirkannya sudah tidak mengambil waktu terlalu lama. Tidak ada kenangan yang bisa dia ingat di sana. Setelah dia tiba, dia yakin semuanya akan baik.

Untuk terakhir kali. Putri membiarkan dirinya untuk larut kembali dalam kesedihan karena kehilangan seseorang itu. Sekali saja. Putri membuka lembaran demi lembaran buku note-nya hingga dia menemukan lembaran kosong. Menuliskan rangkaian kenangan bersamanya.

29, juni, 2018.

Aku melakukan perjalanan ke Yogyakarta dengan penuh suka cita. Kutinggalkan semua beban pada satu langkah terakhir sebelum menaiki kereta ini. Kutinggalkan juga kenangan bersama seseorang di langkah itu. Aku sungguh tidak ingin mengingatnya lagi. Sudah cukup untuk sekarang.

Untuk terakhir kali, aku membiarkannya masuk ke dalam pikiranku. Aku berjanji hanya untuk yang terakhir kali. Aku memiliki waktu setidaknya delapan jam untuk menikmati kebersamaan yang kuciptakan sendiri dalam pikiranku. Menikmati wajahnya yang tampan walaupun dengan ekspresi datarnya, menatap mata yang selalu menyorot tajam. Setidaknya dalam kurun waktu delapan jam itu aku bisa merasakan tangan besar nan hangat yang seolah-olah menggenggam sebelah tanganku. Atau pada bahu lebar yang sedia untuk aku sandari. Menyiptakan hanyalan saat lengan tangan itu merangkul bahuku.

Betapa romantisnya.

Hayalan-hayalan yang aku tahu tidak akan pernah terjadi menemani perjalanan malam ku hari ini. Membiarkan seseorang itu mengambil alih pikiranku. Aku menikmatinya. Ya. Walaupun aku tahu saat aku membuka mata dan menyambut hari esok segalanya hanya akan menyisahkan kepahitan untuk diriku sendiri. Tapi sudah ku katakan diawal, setelah kaki ini menapak nanti di kota pelajar itu, aku akan melupakan segalanya.

Segalanya. Sosok dirinya yang berhasil mengajarkan aku rasa kehilangan yang sebenar-benarnya. Akan hilang pada esok hari.

Kepada sosok yang berhasil menghancurkan hatiku. Z.M

PrincesPutri.

TBC.

Tulis di sini bagaimana perasaan kalian setelah sampai pada Part ini!

Dua part lagi benar-benar ending.

PUTRI (Selesai) Where stories live. Discover now