Part 7. Terlambat.

4.1K 323 5
                                    

Part 7. Terlambat

Masa orientasi siswa telah usai, siswa-siswi yang tadinya memakai seragam putih biru telah berganti dengan pakaian Putih abu-abu. Seperti pagi ini setelah bangun dan salat subuh, Putri sibuk dengan penampilannya sendiri, memutar tubuhnya berkali-kali di depan cermin hanya untuk memastikan tidak ada yang cacat dari tampilannya. Seragam putih nya sudah melekat di tubuh gadis itu dengan rok abu-abu di bawah lutut.

"Ok pas!"

Putri beranjak dari depan cermin, meraih tas dan jas almamater maroonnya dan dengan terburu-buru keluar kamar.

"Ma!" Putri berteriak sambil berlari menuruni tangga dan berjalan ke arah dapur. "Ma, Putri berangkat."

"Tidak sarapan dulu sayang?" Sahut Fatma yang sudah duduk di kursi meja makan. "Nanti diantar ayah aja, ya. Mama mau pakai motor pergi ngaji sama ibu-ibu kompleks."

"Ya....Mama. Putri kan mau pakai ke sekolah, hari ini upacara, Ma, Putri nggak mau telat," Putri cemberut dengan mulut mengerucut.

"Sama Ayah saja, dia kan mau pergi kerja juga."

"Tapi kan Putri bisa terlambat kalau perginya sama Ayah."

"Putri berangkatnya sama Ayah, titik!"

"Isshh.. Mama ngeselin." Putri mengambil roti yang telah dilumuri cokelat dan memakannya dengan perasaan kesal. Menatap Mamanya dengan pandangan protes tapi Fatma malah memalingkan wajahnya dan bersikap tidak peduli.

"Hei... Putri Ayah. Bagaimana kabarmu sayang?" Sosok pria jangkung masuk dari pintu ruang makan dan langsung menghampiri Putri, memberinya kecupan di puncak kepala gadis itu sebelum duduk di samping Fatma.

"Anak Ayah baik, kok. Nggak marah walaupun Ayah pulangnya sekali sebulan." Putri mendengus.

Setelah roti di tangannya habis, gadis itu meraih gelas yang berisi susu cokelat dan meminumnya hingga habis.

"Ayah, Putri tunggu di depan," sahut gadis itu kemudian beranjak berdiri dan menyalami Fatma sebelum melangkah keluar untuk duduk di ruang keluarga.

.
.
.
.
.

Putri mengerutkan dahi saat melihat dari kejauhan gerbang sekolahnya sangat sunyi, jantungnya mulai berdetak kencang saat menyadari pagar berwarna putih itu sudah tertutup rapat. Dengan cepat gadis itu melirik jam tangannya, Putri mendesah pasrah melihat jarum pendek tepat di pukul tujuh.

"Ayah sih tidak ngebut tadi, kan Putri jadi telat. Ini kan hari pertama masuk sekolah sebagai siswa Sma, Yah." Putri menggerutu saat mobil telah berhenti, mengulurkan tangan untuk bersalaman dan pamit kepada Ayahnya.

"Iya deh, maafkan Ayah sayang, Ayah tidak sengaja, tadi kan macet." Sahut Idris bersalah.

"Ya udah, Putri masuk dulu, Assalamualaikum," Putri membuka pintu mobil setelah mendengar balasan salam dari Idris.

Putri mendesah panjang di depan gerbang, kedua tangan gadis itu memegang pagar besi, menatap lingkungan sekolahnya yang sepi dengan suara lagu Indonesia Raya mengalun dari lapangan sekolah dibalik gedung.

Hari pertama sebagai siswa Sma dan Putri malah terlambat. Ini diluar rencana Putri. Seharusnya gadis itu berada di dalam, berbaris dengan teman sekelasnya dengan tangan terangkat hormat ke arah bendera merah putih, bukannya berdiri di luar gerbang dengan suasana panik seperti ini.

PUTRI (Selesai) Where stories live. Discover now