Part 26. Ujian Tersulit untuk lelaki.

3.3K 327 16
                                    

Part 26. Ujian Tersulit untuk lelaki

Happy Reading
Jangan lupa Vote dan Komen.

~~~

Putri merenung di kamarnya. Cewek itu sedang duduk di tempat tidur dengan pandangan ke dinding kamar yang bercat putih. Wajahnya kembali memerah saat mengingat kejadian di perpustakaan kemarin. Kedua tangannya meremas bantal yang ada di pangkuannya dengan gemas.

Dia masih tidak percaya dengan pendengarannya. Mana mungkin Zahril yang selalu bersikap cuek kepadanya ternyata menyukainya juga? Bagaimana mungkin Zahril yang sangat jarang berada di sekitarnya memiliki perasaan seperti dirinya. Tapi dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa dia sangat senang Zahril membalas perasaannya.

Putri memekik kesenangan. Memegang wajahnya yang terasa hangat di telapak tangannya. "Gue masih nggak percaya! Kak Zahril juga suka sama gue?"

Putri membayangkan jika saja setelah ini dia meminta Zahril jadi pacarnya akankah cowok itu mau? Menyatakan perasaannya juga kepada ke dia. Putri senang bukan main jika Zahril jadi pacarnya. Tapi mengingat sikap Zahril yang anti pacaran membuat semangat Putri menurun.

"Nggak mungkin Kak Zahril mau pacaran. Dia anti yang kayak begituan. Mending langsung ajak ta'aruf dan nikah deh." Putri menganggukkan kepala antusias kemudian terkekeh dengan perkataannya sendiri. "Lalu kami akan pacaran setelah menikah. Dan impian gue selama ini untuk kencan dengan Kak Zahril akan terkabulkan. Kemudian kami akan punya anak yang lucu nya mirip Kak Zahril dan cantik kayak gue. Lalu kami akan menua bersama dan mati bersama. Romeo dan Juliet masa kini deh pokoknya."

Putri mengangguk-angguk antusias lalu terdiam seketika saat mengingat percakapan Zahril dan kedua orang tuanya saat di meja makan waktu dia tinggal di rumah Zahra. Bahwa Zahril sudah dijodohkan dengan seseorang dan yang pasti itu bukan dirinya.

"Gue harus tanya Zahra soal ini." Putri beranjak kemudian mengambil ponselnya yang berada di dalam tas di atas meja belajar.

Putri langsung menelfon sahabatnya itu, deringan ketiga baru Zahra menjawabnya. "Assalamualaikum, Putri," salam Zahra di sebelah sana.

"Walaikumussalam." Putri menjawab salam dan memperbaiki posisinya kembali seperti semula, bersandar di kepala tempat tidurnya. "Gue mau ngomong sesuatu hal yang sangat penting. Lebih penting dari hidup lo."

"Isshh... Apaan sih kamu Putri." Zahra berdecak kesal.

Putri terkekeh selalu suka saat Zahra sudah bersikap seperti ini. "Ini beneran. Waktu gue tinggal di rumah lo kan terakhir kali. Gue nggak sengaja dengar Papa dan Mama lo ngomong tentang perjodohan sama Kak Zahril."

Putri menarik nafas kemudian melanjutkan kalimatnya." Gue penasaran apa benar Kak Zahril udah mau nikah?"

"Hah?" Zahra membeo. "Aku nggak pernah dengar tentang itu. Mama sama Papa nggak pernah ceritain ke aku soal perjodohan. Mungkin kamu salah denger."

"Masa? Gue jelas-jelas denger malam itu Papa dan Mama lo." Putri mengerutkan dahi, tangannya memindahkan ponsel yang berada di telinga kirinya ke telinga kanannya.

"Aku nggak tahu."

Putri menghela nafas. "Ya udah deh. Biar gue cari sendiri." Putri menelan ludah. Cewek itu tidak pernah bisa menyimpan isi hatinya sendiri. Harus ada yang tahu semua kejadian dan peristiwa yang dia alami selama ini. "Gue denger lo sama Kak Zahril kemarin di perpustakaan."

"Hah?"

"Iya, gue denger. Emang bener Kak Zahril suka juga sama gue?" Tanya Putri langsung.

Zahra terdiam cukup lama hingga Putri mengira sambungan ponsel mereka terputus. "Zah?"

PUTRI (Selesai) Where stories live. Discover now