Part 22. Akhir dan Awal

3.1K 323 32
                                    

Part 22. Akhir dan Awal.

Happy Reading
Share cerita dan Jangan lupa Vote serta Komen untuk dukungannya.

😊😊😊

~~~~~~~

Putri akhirnya tiba di kelas setelah lari dari kantin dengan rasa malu dan umpatan tertahan untuk Mang Dani. Putri langsung menuju ke bangkunya, duduk, berdiri, duduk lagi dan berdiri lagi. Kedua tangannya memukul-mukul kecil meja dengan perasaan grogi bercampur malu.

"Akhh!!!" Pekik Putri menarik-narik rambut panjangnya dengan gemas. "Sial, gobl*k banget sih gue."

"Kak Zahril tahu! Kak Zahril tahu!" Putri melotot dan duduk kembali di bangkunya dengan perasaan tidak nyaman. "Mau taruh di mana muka gue nanti ketemu Kak Zahril."

"Bodoh, bodoh, bodoh." Putri menenggelamkan wajahnya di kedua lipatan tangannya di meja. "Lo bodoh amat sih jadi manusia, Put?"

Bunyi pintu yang dibuka membuat Putri langsung menegakkan tubuhnya menatap ke gerombolan teman sekelasnya yang baru saja masuk dengan peluh di tubuh mereka masing-masing. Matanya terus memperhatikan hingga dia melihat Zahra yang baru saja masuk.

"Zahra!" Pekik cewek itu langsung menghampiri Zahra yang masih merasa lelah berkat lari keliling sekolah untuk pengambilan nilai olahraga, Putri menarik Zahra keluar kelas dan berakhir di bangku taman sekolah.

Putri dengan greget mengayunkan tangan sahabatnya itu. "Zah. Gue bodoh. Percayalah, gue g*blok, gue bodoh, gue-" Putri membasahi tenggorokannya yang sudah sedari tadi kering. "Pokoknya itu."

"Hah?" Zahra menatap Putri dengan bingung.

"Gue bodoh, Zah!"

"Aku nggak ngerti apa yang kamu bicarakan."

Putri menggeleng. "Kakak, Lo!" Wajah cewek itu sudah merah seperti buah tomat saking malunya.

"Emang kenapa sama Kakak aku?" Tanya Zahra masing tidak paham dengan apa yang di katakan Putri.

"Gue malu, Zah. Di kantin ada Kak Zahril. Gue dan Mang Dani cerita soal gue yang cinta dia eh malah Kak Zahril dengar. Malu!" Putri menceritakan apa yang terjadi di kantin dengan tubuh yang tidak bisa diam.

Zahra tertawa pelan, dia menatap Putri dengan geli. "Bukankah itu yang kamu mau selama ini? Kak Zahril tahu perasaan kamu?"

"Ishh... Tapi nggak gitu juga. Nggak di saat gue punya pacar." Ujar Putri sedih saat otaknya mengingat Adhi kembali.

"Putusin Kak Adhi aja sudah itu nggak usah pacaran sama sekali." Kata Zahra. "Nanti aku suruh Kak Zahril untuk khitbah kamu. Biar langsung nikah aja."

"Yeeee... Enak aja lo ngomong," Putri memukul lengan Zahra. "Ya udah. Sana bilang noh sama Kakak lo. Gue siap di khitbah, mau cepat-cepat nikah kalau cowoknya Kak Zahril." Kata cewek itu sambil tertawa tanpa tahu seseorang di belakangnya mendengar semua kata yang diucapkan mereka berdua.

.
.
.
.
.

Bel pulang telah berbunyi dua puluh menit yang lalu, Putri menatap sebal ke arah Pak Reno yang masih saja setia berdiri di depan kelas bercerita. SEKALI LAGI! BERCERITA!Bukannya menjelaskan materi malah cerita masa hidupnya mengalir dengan halus keluar dari mulut guru itu.

"Pak, waktunya sudah habis." Bagas menyahut lagi untuk mengingatkan Pak Reno, tapi guru itu hanya mengangguk kemudian pembahasan berubah ke materi yang akan dibahas minggu depan membuat sebagian dari mereka mendesah kesal. Apalagi bagi cowok kelas itu, mereka diam-diam mengumpati guru mereka.

PUTRI (Selesai) Where stories live. Discover now