Part 17. Brengsek

3.1K 305 7
                                    

Part 17. Brengsek

Happy reading
Jangan lupa vote dan komennya

~~~~~

Putri mendesah saat menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam, dia menatap bergantian antara jam dengan ponselnya yang sedari tadi diam tidak mendapatkan notifikasi apapun.

Tidak ada pesan.
Tidak ada telfon.

Putri mendesah bosan. Beneran malam ini gue habiskan hanya duduk dan meratapi nasib gue yang tidak mengenakkan ini?

Putri menelungkup kan wajahnya di bantal, memilih menyalakan ponselnya dan membuka aplikasi WhatsApp.

Jari tangannya menekan kolom pesan grup kelasnya. Eleven two social atau disingkat ETS SQUAD. Grup kelas sedang ramai membahas acara camping yang diadakan sekolah tiga hari ke depan di puncak. Mereka ramai membahas apa yang akan dibawah dan disiapkan untuk kelasnya.

Putri memilih tidak ikut nimbrung, mood nya sedang tidak baik sekarang untuk meladeni cek cok teman sekelasnya. Cewek itu memilih mengirimkan pesan untuk Zahra.

PrincessPutri. Zah?
PrincessPutri. P
PrincessPutri. P
PrincessPutri. Keluar, yuk? Gue yang traktir.
PrincessPutri. Dua puluh menit lagi gue jemput. Lo siap-siap yang cantik.

Putri beranjak dari tempat tidur, mandi dan bersiap-siap dengan cepat, memoleskan pelembab wajah dan pelembab bibir untuk mempercantik dirinya. Sebelum keluar kamar, Putri meraih ponsel dan tas selempang yang tergantung di dinding kamar.


Putri tersenyum saat melihat Fatma duduk di sofa ruang tamu sedang menonton sebuah acara live. "Ma!" Putri memeluk Fatma dari belakang membuat Fatma sedikit terkejut.

"Astaghfirullah, nih anak ngagetin aja." Fatma memukul pelan lengan Putri yang memeluknya dengan remot tv.

Putri terkekeh, cewek itu kemudian mencium pipi Fatma. "Ma, Putri mau keluar dulu, ya?"

"Sama Adhi?" Sahut Fatma. Fatma mengenal Adhi karena selama pacaran dengan Putri, Adhi tidak pernah absen untuk menjemput Putri dan menyapa Fatma.

Putri tiba-tiba cemberut. "Nggak, Putri keluar sama Zahra."

Fatma menatap anaknya. "Ouh Zahra? Udah lama mama nggak liat anak itu."

"Nanti Putri ajak Zahra mampir ke sini."

Fatma mengangguk, "ya udah, sana berangkat. Jangan terlalu malam pulangnya." Ujarnya sambil mengusap pipi Putri sayang.

Putri meraih tangan Fatma yang mengusapnya dan mencium tangan tersebut. "Putri berangkat, Ma."

Fatma mengangguk. Putri sekali lagi mencium pipi Fatma sebelum berjalan keluar rumah menghampiri mobilnya.

Mobil Honda Jazz berwarna merah terparkir di halaman rumah Putri, mobil pemberian Zafran-Ayah Putri sebulan yang lalu.

Putri masuk ke dalam mobil dan meletakkan ponselnya di jok samping pengemudi kemudian menyalakan mobil tersebut.

Bunyi klakson mobil membuat satpam rumah Putri dengan terburu-buru membuka gerbang rumah, dengan perlahan Putri menjalankan mobil tersebut keluar lingkungan rumah dan mengarahkannya ke jalan raya yang ramai pada malam minggu ini.

Dua puluh menit kemudian Putri sudah berada di depan rumah Zahra. Tidak lama, Zahra keluar dari rumah membuat Putri memutar matanya melihat penampilan Zahra.

"Sekali-kali kek pake baju yang lagi tren."

Zahra tidak ambil pikir sahutan Putri barusan. Gadis itu memilih duduk dengan nyaman di kursi mobil.

.
.
.
.
.

Zahril membawa mobilnya masuk ke dalam parkiran kafe, Zul menelfonnya tadi untuk menemui cowok itu di kafe ini, ada hal yang penting katanya

Zahril keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam kafe, dia melihat Zul melambai kepadanya dengan tangan yang kemudian berada di mulut, memberi isyarat agar Zahril untuk diam.

Zahril mengerutkan dahi, tapi dia melangkah ke arah Zul yang berada di meja pinggir kafe, sangat sudut hingga memungkinkan untuk bersembunyi dari keramaian kafe ini.

"Cepat, Bro. Ada yang menyenangkan di sini." Sahut Zul saat Zahril duduk di depannya.

"Apa?" Tanya Zahril langsung.

"Santai, Bro. Nih minum kopi dulu, gue sudah memesannya tadi." Ujar Zul sambil mengedipkan dagunya ke arah gelas yang berisi kopi hangat di depan Zahril.

Zahril menghela nafas, meraih gelas tersebut dan menyesapnya sedikit.

"Lo pasti tidak percaya dengan apa yang gue lihat di sini." Sahut Zul akhirnya. "Gue lihat hal yang Fantastik."

"Apa?"

"Gue lihat Adhi merangkul cewek masuk kafe ini. Dia berada di lantai atas." Zul bercerita dengan antusias sambil mengarahkan jari telunjuknya ke atas.

Zahril mengerutkan dahi. "Putri?"

"No. No. No." Zul menggeleng. "Bukan, cewek lain. Dari sekolah sebelah, dia kenalan gue dulu, cewek yang hampir jadi pacar gue sih kalau gue nggak ketemu bidadari gue. Gue hampir khilaf."

Zahril menatap serius ke arah Zul yang balik menatapnya. " Adhi selingkuh. Lo masih punya kesempatan, Bro. Jangan sedih dulu, lo masih bisa sama sang pujaan hati."

"Gue nggak percaya. " Ujar Zahril masih sedikit tidak percaya, tapi entah mengapa dia merasa sesuatu terangkat di hatinya, benda berat perlahan terangkat dari hatinya yang selama ini membuatnya merasa sesak sendiri.

"Mau gue tunjukin? Tunggu aja sepuluh menit lagi, mungkin cowok itu akan keluar." Ujar Zul enteng sembari meminum kopinya juga.

Zahril terdiam tapi matanya menatap ke arah tangga yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai atas, sekali-kali orang-orang menggunakan tangga itu, ada yang melangkah ke atas yang membuat Zahril greget sendiri dan menghela nafas saat melihat orang-orang turun bukannya Adhi.

"Kenapa gue harus lakukan ini?" Tanya Zahril pada dirinya sendiri, merasa heran.

"Itu karena lo penasaran. Gue yakin lo kalau lihat Adhi nanti akan emosi tapi juga merasa senang sendiri."

Zahril memdengus, tapi tidak mengelak.

Tiga puluh menit kemudian tepat seperti apa yang diucapkan Zul, Adhi berjalan melewati tangga dengan seorang cewek di rangkulan cowok itu. Zahril mengepalkan tangan saat melihat senyum di wajah cowok itu. Ingin rasanya dia ke sana dan memberi pelajaran pada cowok brengsek itu.

Cekrek.

Zahril berbalik saat mendengar bunyi ponsel mengambil gambar, Zul sedang memegang ponsel dan mengarahkannya ke Adhi yang sudah hilang dibalik pintu masuk kafe.

"Sebagai barang bukti. Besok, gue yakin Putri akan menangis di tangan gue. " Kekehnya yang mendapat dengusan dari Zahril.

"Oh iya. Gue hampir lupa juga," sambung Zul terdengar lebih antusias. "Camping besok, kelas kita gabung dengan kelas XI IPS 2." Kata Zul yang mendapatkan lirikan dari Zahril.

"Tapi jangan senang dulu, karena IPA 2 juga gabung dan bahkan satu bus sama IPS 2. Kelas kita satu Bus dengan IPS 1."

.
.
.
.

TBC.

PUTRI (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang