Part 12. Perasaan Asing yang Mulai Hadir.

3.2K 299 7
                                    

Part 12. Perasaan Asing yang Mulai Hadir.

Kajian baru saja selesai, Putri berdiri dari duduknya dan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku karena kelamaan duduk.

"Ma, Putri ke sana dulu, ya." Ujar Putri kepada Fatma yang sedang sibuk dengan teman-temannya.

"Jangan terlalu jauh, nanti susah mama cari kamu."

"Iya, ma. Putri cuma mau ketemu teman kok."

Fatma mengangguk. Putri berbalik, berjalan menjauh lebih masuk ke dalam Masjid, menyunggingkan senyum saat melihat Zahra berdiri dengan wanita dewasa yang Putri yakin adalah Ibu dari Zahra.

Putri tidak sengaja melihat Zahra tadi saat kajian baru saja di mulai, cewek itu duduk didepan tidak jauh dari tempatnya duduk.

"Zahra!" Panggil Putri.

Zahra berbalik, cewek itu terkejut melihat Putri yang menyengir, bukan hanya terkejut dengan kehadiran Putri di sini tapi penampilan cewek itulah yang membuatnya lebih terkejut lagi. Zahra memperhatikan Putri dari bawah ke atas, menatap penampilan cewek itu yang berbeda dari biasanya.

"Putri?"

Putri mengangguk dan beralih ke wanita di samping Zahra "Halo, Tante." Sapanya
.
"Hai. Teman Zahra, ya?"

"Iya, tante. Kami teman sekelas." katanya sambil mengulurkan tangan.

"Lia." Sahut wanita itu mengulurkan tangannya membalas uluran Putri.

"Putri, Tante."

Lia tersenyum. "Cantik, ya. Jadi mau jodohin sama anak tante." Ujarnya bercanda sambil tertawa.

Putri membulatkan mata, kemudian matanya berubah berbinar dengan pipi memerah. "Putri siap tante kalau dijodohin sama kak Zahril."

"Oh. Kenal Zahril?"

"Iya, dong. Tidak sulit kenal dengan Kak Zahril. Orangnya terkenal di sekolah. Ganteng, sih." Celetuk Putri membuat Lia dan Zahra tertawa.

"Kamu bisa aja. Eh iya, Zahril mana, ya?"

"Masih di tempat panitia kayaknya, Ma. Kak Zahril masih sibuk dengan acara." Ujar Zahra.

"Ya udah. Mama mau samperin Papa ke mobil, Zahra mau pulang sama Mama dan Papa atau sama Kak Zahril?" Tanya Lia.

"Pulang sama Mama, aja. Kayaknya kak Zahril masih lama."

Lia mengangguk. "Ya udah. Sana cari Kakak kamu. Bilang kita pulang duluan, Mama tunggu di mobil."

Setelah Lia keluar masjid, Zahra dan Putri berbalik dan berjalan lebih kedepan, tempat khusus panitia.

"Oh iya, kamu sama siapa ke sini? Kok aku baru liat kamu, ya? Kemarin-kemarin nggak ada." Tanya Zahra saat berjalan di samping Putri.

Putri nyengir, menggaruk belakang kepalanya yang dilapisi khimar, "Dipanggil sama Mama. Baru pertama kali ikut kajian di sini."

"Oh.. pantes. Aku agak terkejut melihat kamu di sini, apalagi pakai gamis. Tapi kamu lebih cantik pakai pakaian tertutup kayak gitu."

"Oh ya? Tapi gue nggak nyaman pakaian kayak gini, bukan style gue. Nggak cocok." Celetuk Putri sambil mengangkat gamisnya hingga kedua kakinya yang sedang memakai kos kaki berwarna moca terlihat.

Zahra tersenyum memaklumi,"Aku yakin. Kalau kita saudaraan, sudah lama Kak Zahril omelin kamu, dia nggak suka cewek yang nggak tutup aurat."

Putri terdiam, memikirkan perkataan Zahra barusan. Zahril tidak suka cewek yang mengumbar auratnya seperti dirinya. Tiba-tiba mood cewek itu kembali jatuh.

"Eh, itu Kak Zahril." Kata Zahra sambil menunjuk Zahril yang sedang berbicara dengan seorang cewek bergamis maroon.

Putri mengangkat kepalanya dan menatap ke arah yang dimaksud Zahra, Putri tersenyum seiring
dengan jantung yang lagi-lagi berdetak tidak normal saat berada di sekitar cowok itu.

"Kak Zahril!" Panggil Zahra.

Zahril berbalik dan langsung tertegun menatap cewek yang berdiri di samping Zahra dengan wajah yang merona. Zahril tiba-tiba saja merasa ada yang lain dengan dirinya saat melihat Putri tersenyum tipis kepadanya. Perasaan ini sangat asing dan jauh berbeda dengan perasaan yang dia rasakan ketika didekat Nanda.

Terasa aneh.

Sejenak dia merasakan jantungnya berdetak keras dengan rasa kebahagiaan dan kesejukan saat melihat Putri memakai pakaian tertutup.

"Astaghfirullah." Ujarnya tersadar sambil menundukkan kepalanya.

"Kenapa, kak?" Tanya Zahra.

"Nggak apa-apa. Ngapain di sini?" Tanya Zahril masih menunduk.

"Mama sama Papa mau pulang, Zahra ikut mereka juga. Mau pamit, Kak."

"Kamu pulang sama Kakak. Soalnya Nanda mau pulang bareng, dia nggak ada yang jemput."

"Kakak masih lama pulangnya?" Tanya Zahra. "Zahra mau pulang cepat, ada tugas."

"Nggak kok, ini udah mau pulang. Kakak masuk dulu ambil jaket." Setelah mengatakan itu Zahril berlalu untuk mengambil jaketnya di ruang kepanitiaan.

"Hai, kak." Sapa Zahra ke Nanda yang sedari tadi diam.

Cewek itu tersenyum. "Ini teman kamu, Zah?"

"Iyya, Kak. Teman sekelas."

"Ouh... Salam kenal, saya Nanda, tetangga Zahra."

Putri menatap dalam Nanda, meneliti penampilan cewek itu yang ia sadari adalah tipe cewek idaman Zahril.

"Salam kenal juga, gue Putri."

Zahril kembali dengan membawa jaket jinsnya, dia melirik sebentar ke Putri sebelum menatap Zahra. "Teman kamu pulang sama siapa?" Tanyanya sambil berdehem pelan.

"Kamu pulang sama siapa?" Tanya Zahra kepada Putri yang dari tadi hanya diam.

"Pulang bareng Mama kok." Jawab Putri pelan. "Ya udah. Gue mau ke mama dulu, takut dicariin."

Setelah melirik Zahril sebentar yang ternyata juga menatapnya dengan pandangan lain, Putri langsung berbalik dan pergi dari sana.

.
.
.
.
.


Semenjak hari itu, Zahril tidak bisa menepis bayangan Putri yang sedang memakai gamis dan khimar. Cewek itu memenuhi pikirannya, merasa sangat sulit baginya untuk menepis bayangan cewek itu. Apa lagi saat dia berpapasan dengan Putri di koridor atau saat menunggu Zahra pulang, jantungnya akan berdetak dan tubuhnya langsung keringat dingin, grogi sendiri berada di dekat Putri. Dan dia mulai kesulitan menundukkan pandangannya saat dirinya bertatapan dengan mata berbinar Putri saat melihatnya.

Seperti saat ini, saat dia membuka pintu rumah setelah mendengar ketokan pintu. Ia merasakan tubuhnya merespon lain melihat Putri berdiri di depannya dengan rambut panjang cewek itu yang jatuh menutupi punggungnya.

"Assalamualaikum, kak Zahril. Zahra ada kan di rumah?"

TBC

PUTRI (Selesai) जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें