Part 35.1 Ketetapan Allah.

2.2K 245 7
                                    

Part. 35.1 Ketetapan Allah.

Happy Reading
Jangan lupa Vote dan Komen,ya.

~~~

Zahril berlari ke dalam rumah sakit. Di belakangnya Ananda juga berlari. Mereka langsung menuju ruang operasi setelah suster yang berjaga memberitahu mereka dimana letak ruang operasi. Zahril dapat melihat Rahman yang bersandar ke dinding rumah sakit. Cowok itu langsung menghampiri ya.

"Pa, bagaimana?" Tanya Zahril dengan suara serak. Nafas nya masih memburu.

Rahman menatap anaknya kemudian menggeleng. Rasanya jantung Zahril berhenti sebentar. Ketakutan nya kembali. Dia berjalan mendekat ke Papa nya. "Zahra?"

"Di kamar inap dengan Ilyas," Sahut Rahman pelan.

Zahril memandang pintu ruang operasi yang tertutup. Di belakang Pintu transparan itu ada pintu yang terlihat kabur, membatasi pandangan mereka.

Zahril diam. Meremas rambutnya frustrasi. Dia menatap ke arah Ananda yang berdiri tidak jauh dari nya. Cewek itu hanya diam. Memandang Zahril dengan sorot kasihan bercampur sedih.

Langkah kaki yang terdengar membuat Zahril memindahkan tatapan ke lorong rumah sakit. Di sana ada Putri yang memandang nya. Wajah cewek itu pucat.

"Kak Zahril bagaimana dengan Zahra?" Tanya nya saat berdiri di depan Zahril.

Zahril mengerikan dahi. Berpikir dari mana cewek ini tahu bahwa Zahra kecelakaan. "Aku nggak tahu."

Putri berpindah ke Rahman. "Om?"

"Zahra berada di kamar Mawar nomor 15." Ucapnya. Pandangan pria dewasa itu tidak sedikitpun goyah menatap ruang operasi. Berharap seorang dokter keluar untuk memberinya kabar.

Putri mengangguk. Tersenyum kepada Zahril untuk memberinya semangat. "Tante Lia orang yang kuat. Putri yakin dia bisa melewati ini."

Zahril mengangguk. Tersenyum tipis kepada Putri. "Makasih, Putri."

Putri mengangguk. "Aku ke Zahra dulu."

Putri berjalan meninggalkan Zahril yang dalam keadaan kacau. Cowok itu tidak bisa berhenti memikirkan Mamanya. Bagaimana keadaan Lia di dalam sana? Apakah mamanya baik-baik saja.

Cukup lama mereka menunggu hingga Ilyas-Suami Zahra datang. Pria itu menggunakan Jas dokter nya. "Udah ada kabar?" Tanya nya kepala Zahril.

"Belum ada. Kenapa operasinya lama?" Zahril mendesah. Sekali lagi meremas rambutnya kemudian menatap ke arah Ilyas yang berdiri memperhatikan pintu ruang operasi. "Zahra baik-baik saja?"

Ilyas berbalik menatap Zahril. "Dia juga belum sadar. Mungkin sebentar lagi. Kebanyakan luka nya luka luar."

Pintu operasi terbuka membuat fokus mereka hanya kepada seorang dokter yang keluar dengan pakaian operasi. "Keluarga Lia?"

Rahman langsung menghampiri dokter itu. Begitupun Zahril, Ananda dan Ilyas.

Dokter itu menatap satu persatu kemudian tersenyum. "Maaf karena memberitakan ini. Pasien sedang dalam masa kritis. Saat operasi berlangsung detak jantung pasien sempat berhenti. Pembengkakkan dan pendaran parah di otak karena benturan benda keras. Saat ini kita hanya bisa berdoa kepada sang maha pencipta untuk perkembangannya."

PUTRI (Selesai) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt