Dua Belas

191 22 13
                                    

Happy Reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading!

Yourself, ourself sama themself itu kan bentuk singular. Kalau yourselves, ourselves dan themselves itu bentuk plural,” cakap cowok itu sambil menuliskan di buku Sastra Inggris milik gadis di sampingnya. “Yourself Itu cuma merujuk ke seorang aja, maksudnya yang lagi dibicarakan. Kalau yourselves, merujuk ke lo tapi orang banyak, lo semua gitu loh.” Tak hanya itu, ia memberi catatan kecil sebagai contoh kalimat dengan kata tersebut.

“Oke, paham. Terus kalau themself itu bentuk singular tapi nonstandard. Dan itu nggak digunakan lagi, jadi penggunaan umum themselves yang berarti mereka sendiri, iya kan?”

Cowok di sampingnya balas mengangguk. Setelah pelajaran pertama, mereka mereview kembali materi-materi yang telah diajarkan, salah satunya reflexsive pronoun.

Menipiskan bibir, gadis itu merancau, “Gila, sekarang aja paham. Tapi nanti nggak tahu, apa yang di otak mendadak hilang kalau dibutuhin.”

“Nggak salah lagi sih. Emang suka gitu.” Cowok itu terkekeh.

Mereka duduk lesehan di bawah, tepatnya di depan meja gadis itu. Cowok di sampingnya menyedot kopi yang tadi dibeli dari kantin, lantas ia menoleh ke arah gadis itu. “Tapi, kalau benar-benar paham nggak bakal lupa sih.”

Gadis itu meringis, agaknya merasa tersindir. Sebab, ia lebih sering hafalan kebut semalam. Bukan memahami materi-materi yang telah diajarkan. Ia membalik bukunya, hendak bertanya lagi. “Oh, ya, by the way ... penggunaan did sama do itu gimana sih cara bedainnya? Kadang gue sering ketukar.”

Meneguk kopinya lagi, cowok itu sedikit merapat pada gadis di sampingnya. Ia mulai menjelaskan. “Kayak ini.” Menunjuk buku itu. “Did itu kan perubahan bentuk dari do, ini tuh digunakan untuk tindakan masa lampau. Did dalam kegunaannya pass lesson juga diletakkan pada kalimat tanya dan negatif. Kalau nggak salah sih gitu.”

“Duh, gue masih belum paham.”
“Pelan-pelan aja, nanti juga paham,” ujarnya di sela-sela tawa. “Emang nilai bahasa Inggris lo berapa, sih?”

“Cuma delapan puluh enam, sih,” jawab gadis itu sesantai mungkin. Pada kenyataannya memang nilai bahasa Inggrisnya segitu. Tetapi, memang otaknya terkadang suka tak bisa diajak kerja sama. Jangan heran kalau ia sering lupa.

“Anjing. Cuma? Delapan puluh enam udah lulus KKM, lah!
Cowok itu benar-benar terkejut. Bagaimana bisa nilai delapan puluh enam dilatakan ‘cuma’? Ia pikir nilai segitu lebih dari cukup. Cowok itu tak habis pikir. Ini orang yang ada di sampingnya merendah untuk meroket atau bagaimana?

“Hehehe ... ”

Pelajaran kedua seharusnya Agama Islam, tetapi, sampai sekarang gurunya belum masuk juga. Alhasil, kelas menjadi ramai. Ada yang rumpi di meja Anggia, ada yang main game online di belakang sampai terdengar umpatan-umpatan berisik. Ada yang pergi ke kantin dari tadi belum pulang-pulang. Bahkan, masih pagi seperti ini ada yang goleran. Seperti Aura, gadis itu menyumpal telinga dengan earphone dan memejamkan mata. Lalu, ada juga yang telah membuka bekal meski belum waktunya istirahat.

Kombinasi | New VersionWhere stories live. Discover now