Tiga Puluh Lima

78 13 0
                                    

Happy Reading!

Acara selesai. Murid dan alumni Panorama sudah keluar dari Gor, mereka bergegas pulang karena hari telah petang. Apalagi ditambah cuaca mendung dengan gerimis rintik-rintik. Setelah membereskan area stan, photo both dan menyapu lantai, semua anak Bahasa tak lupa mengambil foto bersama di depan panggung. Selain itu mereka keluar-menuju lapangan basket. Daniela membagikan balon satu per satu tiap anak Bahasa. Vizco pun sedang mengsetting kameranya untuk mengabadikan momen ini. Semua anak Bahasa sudah ditata dengan rapi, menghadap kamera. Vizco meminta bantuan Lingga untuk memotret mereka. Banyak foto dengan berbagai gaya dan formasi, kini saatnya untuk membuat boomerang dengan ponsel Yudha. Sampai, Vizco meminta Lingga lagi untuk memvidiokan mereka ketika anak Bahasa menerbangkan balon ke angkasa.

"Bahasa!" Dikomando oleh Isha dan disusul teriakan dari anak lainnya.

"Love your language, yes!" Bersamaan dengan itu balon di tangan masing-masing mereka lepas ke udara, bersama harapan-harapan yang mereka panjatkan dalam hati.

Kini, langit yang sedikit mendung itu dihiasi oleh balon warna-warni. Lingga mengabadikan momen itu lewat kamera. Ia dapat melihat keakraban dan kekeluargaan anak Bahasa sangat berbeda dengan kelas lain. Kelas Bahasa terasa lebih hangat. Kini Lingga beralih menyorot wajah-wajah bahagia anak Bahasa yang dipenuhi tawa. Dari mereka yang saling bergandeng tangan, berpelukan, menari-nari kecil dan tersenyum menatap langit sore itu.

"Thanks, Pak Ketua," ucap Vizco sambil menepuk pundak Lingga saat pemuda itu mau dimintai bantuan.

"Sama-sama," balasnya.

Kembali memasuki Gor, di sana hanya beberapa anak saja. Kebanyakan anak kelas dua belas. Para pemuda membantu membereskan panggung, sementara pemudi dua belas Bahasa sibuk mengambil foto dan gosip tipis-tipis.

"Jadi total uangnya ada berapa?" Nah sampai lupa kalau tadi mereka berjualan. Sekarang Jingga dan Aura menghitung uang hasil jualan roti bakar. Kedua gadis itu duduk lesehan, padahal masih ada kursi dan meja-meja yang belum dikembalikan.

"Bentar, kita hitung dulu dari awal beli bahan." Jingga menyobek kertas, tak lupa mengeluarkan kwitansi belanjaan kemarin.

"Awal kita belanja kan totalnya dua ratus tigapuluh empat tiga ratus. Terus tadi nitip roti tawar ke Aini dapat murah kan? Itu tadi enam puluh ribu. Jadi totalnya dua ratus sembilan puluh empat tiga ratus," jelas Jingga pada Aura yang masih menghitung uang di depannya.

"Semoga kita nggak rugi," gumam Aura. Jingga hanya mengangguk membenarkan. Takut juga kalau rugi, sudah keluar modal banyak dan tenaga. Gadis Naira itu kini ikut membantu menghitung uang.

"Wah ... kita dapat uang banyak, Ra." Mata Jingga berbinar tak menyangka.

"Gue udah deg-degan kalau rugi.''

"Gue tulis dulu." Gadis Naira itu menulis jumlah uang yang mereka dapatkan beserta keuntungannya.

Total Belanja
Rp. 134.300
Rp. 100.000
Rp. 60.000
Total: Rp. 294,300

Jual Roti Bakar
Harga roti bakar: Rp. 6000
Jumlah uang: Rp. 660,000
‣Rp. 660,000 - Rp. 294,300 = Rp. 365,700
Untung: Rp. 365,700

"Udah beres, masukin plastik sini Ra uangnya."

Aura mengangguk, memasukkan semua uang ke plastik. Kertas coret-coretan Jingga tadi juga dimasukkan ke dalam kertas. Setelah selesai, mereka memberikan uang hasil jualan itu pada Daniela.

"Dan," panggil Jingga saat gadis berlesung pipi itu mengambil foto bersama Minna dan Anggia. Oh, ada Isha yang sibuk dengan ponsel juga. "Nih uang hasil kita jualan roti bakar. Jumlahnya enam ratus enam puluh. Udah gue kasih catatan tuh."

Kombinasi | New VersionWhere stories live. Discover now