Tiga Puluh Satu

104 14 1
                                    

Happy Reading!

Menurut jurnal filsafat yang pernah Senja baca, setiap manusia dari kodratnya ingin tahu. Every man has by nature desire to know. Dimulai dengan hasrat untuk ingin tahu, atau keheranan. Dalam kaitannya dengan ini, peran akal budi sangat diminta. Karena setiap manusia dari kodratnya mempunyai desakan untuk mengenal, mencari tahu, dan mengejar pengetahuan.

Siang sehabis salat zuhur Senja menyelesaikan bacaannya, jurnal tentang filsafat moral. Agak berat sekaligus membosankan memang, tapi apapun itu ia baca. Banyak yang beranggapan bahwa filsafat itu musyrik, sesat dan sebagainya, namun Senja bukan bermaksud menyekutukan Tuhannya. Ia tetap taat pada-Nya.

Lagi pula selama itu ilmu, kenapa tidak? Seperti yang telah dijelaskan, bahwasanya manusia selalu ingin mencari tahu. Nah, dan Senja termasuk orang yang selalu ingin mencari tahu, mengupas rasa penasarannya. Selagi ia masih muda, ia harus mengeksplor banyak hal. Pikiran harus luas. Sebagai manusia harus memiliki banyak pengetahuan, banyak-banyak belajar dari hal apapun.

“Gila, baca apaan sih lo? Lihatin hp mulu,” tanya Raja sambil menyipitkan mata, menahan cahaya matahari yang menyilaukan. “Jangan-jangan lihat yang enggak-enggak ya, lo? Ngaku!”

Di lapangan basket SMA Panorama, Senja dan ketiga sahabatnya tengah menikmati waktu istirahat kedua. Tak peduli akan matahari yang sedikit terik. Keempat pemuda itu berbaring, tak peduli kemeja sekolah yang akan kotor.

“Otak lo isinya kotor mulu. Orang lagi baca jurnal filsafat juga.” Senja mendengus akan tuduhan Raja. Ia menutup jurnal filsafat yang dibaca dari ponselnya.

“Tahu tuh. Perlu dibawa ke laundry otaknya,” timpal Alan.

“Lo pikir baju apa, cuci plus setrika,” balas Raja sinis. “Lagian siang-siang gini udah baca hal yang berat aja lo.”

“Justru itu, mau bacaan berat ataupun bukan, kita harus baca. Biar nambah pengetahuan. Yang bikin Indonesia dapat peringkat rendah mengenai literasi ya ini, pilih-pilih bacaan salah satunya. Kan nggak salah baca buku yang kata-katanya berat, yang penting isinya berbobot.” Lingga yang sejak tadi diam ikut menanggapi.

“Dengerin tuh khotbah ketua kita,” guman Alan. Pemuda itu sudah menutup matanya, tak peduli kalau ia sedang di lapangan basket maupun cuaca terik, yang penting rebahan.

Suasana antara mereka kembali hening, sibuk dengan pikiran masing-masing. Kalau Alan mungkin sudah di alam mimpi, mengingat pemuda itu gampang tidur. Lingga menatap langit biru muda yang bersih, pikirannya melayang kesana-kemari. “Setelah lulus nanti, kalian mau jadi apa?” tanya Lingga pada sahabatnya.

Belum ada tanda-tanda sahabatnya akan merespon pertanyaan Lingga beberapa detik yang lalu. Mereka masih memikirkan jawaban untuk pertanyaan tadi. Mau jadi apa? Kalimat itu sering mereka dengar, entah dari teman, orang tua, saudara, tetangga maupun orang asing sekalian. Mau jadi apa? Kalimatnya sederhana, tapi memikirkannya sampai terbawa kala mimpi bahkan berhari-hari.

Setiap individu memiliki impian yang berbeda-beda, di dalam setiap impian tentunya terdapat keinginan-keinginan positif, yang sifatnya memacu kita untuk meraih sesuatu hal yang indah yaitu cita-cita. Impian merupakan motivasi dalam meraih cita-cita, karena motivasi adalah suatu faktor pendorong yang sangat mempengaruhi tercapainya suatu cita-cita.

Diam-diam Alan menyimak pertanyaan Lingga, ternyata pemuda itu hanya memejamkan mata. “Gue bahkan belum tahu mau jadi apa setelah lulus nanti. Gue pengen kuliah di apa juga bingung, mana gue nggak tahu cita-cita gue apa.”

Kombinasi | New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang