07. Bimbang

812 138 2
                                    

Sepuluh hari berlalu sejak perbincangannya dengan Chanyeol waktu itu, dan selama sepuluh hari terakhir ini juga Sehun merasa bimbang karena perkataan Chanyeol.

Jika perkataan Chanyeol memang benar bahwa ia tengah jatuh cinta dalam artian yang sebenarnya dengan Tera maka dengan tegas otak cerdas Sehun menentangnya dan menyuruhnya segera melupakan niatannya untuk mendekati Tera lebih lanjut lagi. Ego seorang Oh Sehun itu setinggi langit, maka dari itu ia tidak mau menjadi budak cinta seperti Ayahnya jika memang ia benar-benar menaruh rasa pada Tera.

Tapi, jika Sehun menuruti suara hati kecilnya, ia sangat ingin berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan Tera. Jujur saja, disudut ruang hati Sehun yang paling dalam, yang sudah lama kosong dan terasa hampa itu Sehun kembali merasakan kehidupan. Hatinya yang sudah lama beku itu kembali menghangat seiring dengan seringnya ia melihat senyuman ceria milik Tera, maka dari itu Sehun sangat tidak rela jika ia harus menyerah untuk sekarang.

Ah, entahlah. Sehun benar-benar bimbang sekarang, kepalanya bahkan hampir pecah rasanya saking kalutnya.

Jam menunjukkan pukul 12 siang, dan seperti biasa Sehun akan memarkir mobilnya dibawah pohon mangga hanya untuk mengawasi Tera dari kejauhan yang tengah menikmati makan siangnya bersama para rekannya dibengkel. Mungkin sampai kemarin Sehun masih ditemani sopirnya jadi ia hanya akan disana sekitar 10 menit saja, tapi karena sekarang gipsnya sudah dilepas sejak semalam jadi Sehun bisa lebih leluasa memerhatikan Tera dari sini tanpa perlu risih dengan kehadiran sopirnya.

Dari dalam sini Sehun mulai menajamkan matanya, berusaha mencari keberadaan Tera ditengah-tengah para lelaki dibengkel itu, tapi entah sudah berapa kali Sehun menghitung tetap saja ada yang kurang disana. Sehun sama sekali tidak bisa menemukan keberadaan Tera, biasanya gadis itu akan duduk disamping laki-laki keturunan Jepang bernama Yuta itu, tapi kali ini dikanan kiri Yuta hanyalah para laki-laki lusuh yang dengan lahap memakan makan siang mereka.

Ada kerutan yang cukup kentara dikening Sehun, berentet-rentet pertanyaan muncul dikepalanya, seperti dimana kah Tera berada sekarang? Kenapa gadis itu tidak dibengkel? Apa dia sakit? Yah, Sehun sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.

Tok.. Tok.. Tok..

Ditengah-tengah kekalutannya tiba-tiba Sehun mendengar suara jendela mobilnya diketuk, dan betapa kagetnya ia saat tahu kalau si pelaku adalah gadis yang ia khawatirkan sejak tadi.

"mas ngapain disini?" tanya Tera setelah Sehun menurunkan jendela mobilnya.

"gak ngapa-ngapain kok" jawab Sehun kikuk, dia tidak pernah berpikir kalau akan terpergok seperti ini.

"kalau mau mampir masuk aja nggak papa, kenapa malah diem disini" kata Tera yang semakin membuat Sehun gelagapan, entah kenapa ia takut kalau Yuta dan yang lainnya juga ikut tahu tentang keberadaannya sekarang ini.

"saya cuma mampir neduh aja kok" jawab Sehun asal dengan raut canggungnya.

"Ooohhh... Kalau gitu mas udah makan siang?"

Sehun hanya menjawab dengan gelengan.

"mau ikut makan juga, katanya Yuta hari ini Budenya bikin pecel lele" tawar Tera yang sudah pasti langsung Sehun tolak.

"nggak usah, saya makan siang dikantor aja"

"yah, padahal saya mau nraktir Masnya" sesal Tera dengan bibir memberengut lucu.

Sehun terkekeh melihatnya, bagaimana bisa dia menyebutnya 'traktir' kalau dia saja numpang makan disana, gadis aneh memang.

"kalau gitu traktir saya ditempat lain aja, gimana?" kini Sehun yang memberikan tawaran.

[anti] CommitmentWhere stories live. Discover now