14. Bad Day

559 132 11
                                    

Entah sudah berapa jam Tera tertidur dengan nyenyaknya disamping sang Ibu, yang jelas matahari sudah tidak terlihat lagi, hanya ada awan hitam dengan suara petir yang bergemuruh.

Mengedarkan pandangannya, Tera berusaha mencari jam dinding diruang rawat tersebut, dan ternyata jam baru saja menunjuk pukul 3 lebih 10 menit sore hari, itu artinya ia sudah terlelap 2 jam lamanya. Langit begitu gelap membuat perasaan Tera tidak enak sendiri, entah kenapa ia merasa akan ada suatu hal yang tidak beres, hatinya mulai gamang.

Kemudian Tera mulai mendekat kearah jendela, dan sesuai tebakannya memang ada yang tidak beres saat ini. Diluar sana awan hitam sudah bergulung-gulung dan siap menurunkan cairannya kapan saja tapi seolah tak peduli semua orang malah lari keluar berkumpul menjadi satu, kemudian mereka dengan kompaknya mendongakkan kepala mereka keatas sembari berteriak histeris. Kerutan di alis Tera semakin kentara, hanya ada satu cara untuk menghilangkan rasa penasarannya, yaitu ikut keluar dan menyaksikan sendiri apa yang tengah terjadi.

Baru saja Tera keluar dari ruang rawat dan ia sudah menemukan banyak orang tengah tunggang langgang dengan berbagai ocehan yang samar-samar. Semakin penasaran Tera berusaha menghentikan salah seorang Ibu-ibu dan mulai menanyainya, "ada apa Bu? Kok pada lari semua?"

"ada yang mau bunuh diri" jawab sang Ibu-ibu tadi kemudian melanjutkan larinya.

Mendengar itu tanpa Tera sadari ia sudah berlari sekencangnya ikut berkumpul dihalaman rumah sakit yang luas. Dan benar saja, diatas sana sudah ada seorang pemuda mengenakan baju pasien yang sepertinya hendak mengakhiri hidupnya.

Tera tidak tahu apa masalahnya sampai pemuda itu bertindak bodoh hingga menimbulkan keributan disana sini, tapi yang jelas Tera tidak bisa diam saja, semua orang disini hanya berteriak histeris dan meminta untuk menghentikan pemuda itu tapi tidak ada yang bertindak satupun.

Mendekati salah seorang perawat, Tera bertanya "apa sudah menghubungi pihak berwajib?"

"sudah, mereka masih dalam perjalanan" jawab sang perawat cantik tersebut.

Lagi-lagi kaki Tera bergerak sendiri, berlari menelusuri seluk beluk rumah sakit hingga ia sampai dilantai atas, begitu Tera keluar dari lift ia sudah menemukan sekitar 5 orang laki-laki sudah berusaha mendobrak pintu yang menghubungkan pada atap rumah sakit ini.

"masih belum bisa dibuka?" tanya Tera

"belum, kayanya dia pake sesuatu buat menjagal handle pintunya" jawab seorang petugas keamanan dirumah sakit ini.

"rusakin handle nya!" ujarnya yang membuat kelima laki-laki dihadapannya geming.

Merasa tak mendapat respon Tera segera menendang handle pintu tersebut dengan teknik bela diri yang pernah Yuta ajarkan padanya. Sakit? Tentu saja. Tapi dibalik pintu ini masih ada seseorang yang perlu disadarkan.

Dan untuk tendangan ke-3 handle tersebut sukses rusak. Dengan sedikit dobrakan pintu tersebut berhasil terbuka.

Gerimis ternyata sudah mulai mengguyur, dan dihadapannya saat ini sudah ada seorang pemuda yang dengan percaya dirinya menaiki pembatas atap tersebut, perlahan Tera mendekat sepelan mungkin, rencananya ia ingin menarik pemuda tersebut secara mendadak agar tidak ada pemberontakan darinya. Tapi sayangnya sepertinya Tera gagal.

"jangan mendekat" ujar sang pemuda lirih, tapi masih bisa tertangkap oleh indra pendengaran Tera.

"kalau gitu kenapa gak loncat dari tadi? Kalau mau bunuh diri ya bunuh diri aja jangan bikin ribut sana sini" provokasi Tera.

"KAI!!!"

Menoleh kearah sumber suara, Tera menatap laki-laki tampan dibelakangnya dengan pandangan bertanya. Kai? Apa dia Kai yang Tera kenal?

[anti] CommitmentWhere stories live. Discover now