36. Who Are You?

324 72 4
                                    

Pagi yang cerah pada pukul 10.00 pagi. Pemakaman telah usai, bahkan para pelayat dan beberapa tetangga yang ikut membantu prosesi pemakaman juga telah kembali ke rumah masing-masing, tapi Tera yang masih di selimuti duka enggan untuk meninggalkan gundukan tanah yang mengubur sang Ibu.

Wajah pucat dan air mata yang tak henti terurai membuatnya tampak semakin menyedihkan, bahkan Yuta yang notabenenya tumbuh besar bersama Tera tak pernah melihat sahabatnya itu semenyedihkan ini, kehilangan satu orang yang berarti memang sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan seseorang.

"kita pulang yuk, Budhe udah masakin yang enak buat kamu" bujuk sang Budhe yang akhirnya ikut bersimpuh di tanah kuburan itu.

Tak ada jawaban, Tera hanya bisa menatap kosong ke arah nisan sang Ibu.

"ayo pulang Ra, Ibu lo nggak bakalan seneng kalau lo sedih-sedihan kaya gini" Yuta ikut membujuk, dan lagi-lagi Tera tak mengindahkannya.

Sehun yang sedari tadi memeluk Tera dari belakang hanya mampu mengusap air matanya beberapa kali, melihat Tera terpuruk seperti ini mengingatkannya pada sosok dirinya saat ditinggal sang Mamah dulu.

"maaf kita telat" itu adalah suara Kai yang baru saja datang bersama Krystal disampingnya.

Mengambil posisi berjongkok, Kai mulai menaburkan bunga pada kuburan baru itu setelahnya Kai berucap "Tante isitirahat yang tenang ya dan doain semoga pernikahan Tera sama Sehun berjalan lancar, Tante gak usah khawatir Tera banyak yang jagain kok. Ada Sehun yang 24 jam siap jagain Tera, ada Kai sama Yuta juga yang bakalan suka rela jagain Tera"

"sekarang kita pulang ya?" bujuk Sehun untuk kesekian kalinya, dan akhirnya anggukan dari Tera membuat semuanya bisa bernafas lega.

Semuanya kini berdiri hendak meninggalkan area pemakaman, tapi entah kenapa pandangan Tera teralihkan podo sosok yang bersembunyi dibalik pohon besar yang letaknya tidak jauh dari makam Ibunya, merasa tidak asing Tera segera menghampiri orang tersebut.

Yang lain hanya mampu kebingungan dan mulai mengikuti Tera tanpa banyak bertanya, sampai akhirnya Tera bediri dihadapan orang yang sedari tadi mengintip prosesi pemakaman Ibunya.

"anda siapa?" tanya Tera begitu mereka berhadapan.

"Ayah ngapain disini?" sela Kai yang merasa keadaan mulai genting.

"apa anda Ayah saya?" tanya Tera lagi mengabaikan selaan Kai tadi.

"lo ngomong apa sih Ra, 'kan gue udah bilang dia Ayah gue" timpal Kai dengan nada gugupnya.

"kalau begitu apa hubungan anda dengan Ibu saya? Ini bukan kali pertama saya memergoki anda disekitar Ibu saya. Siapa anda sebenarnya? Ibu saya bukan orang yang dekat dengan laki-laki, kalau anda bukan Ayah saya, apa anda seorang penguntit?" cecar Tera.

"Ra, biar gue yang tanya ke Ayah apa hubungan beliau sama Ibu lo, sekarang lo pulang dulu ya nanti gue nyusul, Tal lo ikut mereka aja ya" kata Kai berusaha mengakhiri obrolan mendebarkan itu.

...

Setelah Tera dan yang lainnya pergi kini tinggal dua laki-laki berbeda generasi tersebut yang tengah memanjatkan doa di depan makam baru itu, mereka berdoa semoga Ibu dari Tera itu mendapatkan tempat terbaik di sisi sang pencipta dan bisa beristirahat dengan tenang tanpa harus mengkhawatirkan apa saja yang ia tinggal di dunia ini.

"Kai tahu Ayah pengen banget bilang ke Tera kalau Ayah adalah Ayahnya Tera..." ucap Kai setelah hening beberapa saat.

"tapi bisa Ayah sabar dulu? Bagaimanapun, Kai sama Mamah juga butuh waktu untuk mempersiapkan diri, dan juga--"

"kamu tenang aja, Ayah nggak akan bilang apapun" sela sang Ayah.

"Ayah kesini karena Ayah merasa bersalah dan ingin ikut mengantar Ibunya Tera ke peristirahatan terakhirnya" lanjutnya.

[anti] CommitmentWhere stories live. Discover now