17. A Gift

559 128 13
                                    

Sejak pagi Tera sudah izin kepada Yuta untuk sedikit terlambat berangkat ke bengkel karena harus kerumah sakit untuk memeriksakan wajahnya yang membengkak bersama Dokter Wendy.

Pukul 10 tepat akhirnya ia bisa pulang dan bekerja seperti biasa, kata dokter tadi wajah Tera tidak terlalu serius jadi ia hanya diresepkan beberapa obat yang mengandung antibiotik agar bakteri dari make up yang ia gunakan semalam tidak menyebabkan infeksi pada wajahnya.

Memasuki halaman depan bengkel Dokter Wendy pun menghentikan laju mobilnya kemudian keluar yang juga diikuti oleh Tera.

"gimana wajah lo?" tanya Yuta begitu melihat kehadiran Tera.

"nggak papa kok" jawab Tera dari balik masker motif hello kittynya.

"nggak papa apanya?!! Yut pokoknya jangan biarin dia megang yang kotor-kotor nanti kalau kena mukanya bisa bahaya" sahut Dokter Wendy.

"nyusahin lo! Ngapain sih pake dandan segala?! Biasanya juga muka lo cemong gara-gara oli sekarang mau sok sokan pake bedak" omel Yuta.

"Yuta... Namanya juga perempuan ya wajarlah pake bedak" sela sang Budhe yang entah sejak kapan datangnya.

"Ra, sementara gausah ke bengkel dulu, libur aja dulu nanti kalau muka kamu udah sembuh kamu bisa kerja lagi" imbuh sang Budhe kepada Tera.

"Mamah, nanti dia manja" protes Yuta.

"apanya yang manja? Udah kamu balik kerja sana lagi, Tera kamu pulang aja ya tadi ada kurir yang dateng kerumah kamu ngirim paket, Budhe udah taruh paketnya dimeja ruang tamu kamu" kata beliau sekali lagi.

"Tera gak pesen apa-apa lho padahal, salah alamat 'kah?" bingung Tera.

"udah sana pulang terus cek aja dulu" suruh si Budhe dan tentu saja Tera langsung berlari menuju rumahnya yang tidak terlalu jauh dari bengkel, dia sudah terlalu penasaran.

Sesampainya dirumah dengan nafas tersengal-sengal Tera segera memasuki rumahnya dan betul saja dimeja ruang tamunya sudah ada paket berukuran sedang teronggok disana, tak sabar Tera pun langsung membuka paket tersebut.

"apaan nih?" bingung Tera begitu menemukan berbagai alat make up didalamnya, dan yang semakin membingungkan adalah tidak ada tanda-tanda alamat sipengirim tersebut.

"beneran salah alamat 'kah?" tanya Tera entah pada siapa.

"apa gue bungkus lagi aja ya? Siapa tahu kurirnya balik lagi ngambil barangnya" gumam Tera dan benar-benar membungkus kembali alat-alat make up tersebut seperti semula.

....

Tepat pukul 12.00 siang Sehun menikmati makan siangnya didalam ruang kerjanya, sedari tadi pandangannya tak lepas dari benda pipih berwarna hitam yang tergeletak dimeja kerjanya, harusnya paket yang ia kirim sudah sampai tapi kenapa Tera tidak menghubunginya sama sekali?

"permisi Pak, Bapak memanggil saya?" kata Victoria yang baru saja muncul dari balik pintu kebesaran milik Sehun.

"iya. Apa paketnya sudah sampai?" tanya Sehun to the point.

"sudah Pak, mungkin sekitar 2 jam yang lalu, tadi saya sudah dapat konfirmasi dari pihak pengiriman barangnya" jawab Victoria sembari mengecek arlojinya.

"kenapa kamu baru bilang sekarang!!!" marah Sehun seketika.

"ma-maaf Pak" gagu Victoria.

"udah sana keluar!" usir Sehun yang masih murka.

Setelah Victoria keluar Sehun segera mengambil ponselnya dan mendial nomor kontak milik Tera. Harap-harap cemas Sehun benar-benar berharap agar Tera segera mengangkatnya.

[anti] CommitmentWhere stories live. Discover now