Epilog

417 57 6
                                    

Suara decapan malam hari itu semakin nyaring terdengar, sesapan demi sesapan juga semakin menggebu mereka lakukan. Pagutan yang begitu intim itu semakin menggairahkan, terlihat dari sorot mata keduanya yang mulai tertelan nafsu.

"ahhnnn...." adalah desahan pertama yang Tera keluarkan malam ini saat lidahnya mulai dikelit oleh Sehun.

Mendengar desahan seduktif itu libido Sehun semakin meningkat, membuatnya tak tahan dan segera mengangkat istrinya ke atas meja makan, kemudian mendorongnya sampai terlentang.

Sampai akhirnya bunyi 'prankk' yang cukup memekakan telinga terdengar di malam yang larut itu, mungkin karena sudah diliputi kabut gairah keduanya tak sadar bahwa tanpa sengaja mereka telah menyenggol sebuah vas bunga berisikan bunga bohongan yang terbuat dari plastik itu.

Tak lama suara tangisan bayi mulai terdengar menggema dirumah itu membuat keduanya segera lari tunggang langgang meninggalkan pecahan vas yang tercecer naas dibawah meja makan.

"ututututu.... Leon kebangun ya? Takut ya sendirian nggak ada Mamah?" oceh Tera sembari menggendong bayi 18 bulan itu.

"kayanya dia kebangun gara-gara vas pecah" kata Sehun yang juga ikut menepuk-nepuk punggung kecil juniornya itu guna menenangkannya dari tangis.

Leontin Kusuma Oh adalah buah hati pertama Sehun dan Tera, bayi laki-laki itu benar-benar mengcopy seluruh wajah Sehun tanpa memberikan kesempatan bagi wajah Tera untuk bergabung pada mukanya.

Mengetahui itu awalnya Tera sedikit iri dan jengkel, tapi setelah diperhatikan lama-lama Tera malah lebih jatuh cinta pada bayinya itu ketimbang Bapaknya, jadi sekarang Sehun yang lebih cemburu pada Leon karena mendapatkan seluruh perhatian dari Tera.

"terus kegiatan kita yang tadi apa harus ketunda lagi?" rengek Sehun begitu melihat istrinya itu mulai merebahkan dirinya diranjang sembari memeluk Leon.

"ya mau gimana lagi, sekarang udah hampir jam satu malem dan besok kita harus jemput Ayah aku. Besok 'kan Ayah bebas" timpal Tera sembari membuka kancing atas piyama merahnya itu.

"padahal mumpung nggak ada Ayah dirumah, tapi malah ketunda gara-gara Leon nangis" gumam Sehun menyesalkan aksinya yang terlalu brutal itu sampai tanpa sengaja menjatuhkan vas yang berakibat buruk bagi hormon testosteronnya yang tidak terpuaskan.

"ngalah sama Anak dong Papa ganteng" cetus Tera yang mulai mengeluarkan bongkahan kenyal bernama buah dada itu agar anaknya bisa menyusu dan berhenti dari tangis.

"kamu malah nambahin cobaan buat aku lagi, minta di remes emang dada kamu" gusar Sehun yang sukses mendapat timpukan sebuah bantal dari Tera.

"ngomong didepan anak itu yang baik, kalo sampe Leon niru omongan kotor kamu gimana? Sana beresin pecahan vas daripada disini ngoceh-ngoceh gak jelas" omel Tera yang membuat Sehun bungkam.

Walaupun sudah menikah tiga tahun dengan Tera, Sehun masih saja tidak biasa dengan sifat galak dan pemarahnya itu, apalagi sejak kelahiran Leon, Tera semakin galak padanya sampai-sampai Sehun merasa dianak tirikan.

Setelah membereskan kekacauannya Sehun kembali ke dalam kamar dan ikut bebaring disamping Leon yang sudah kembali terlelap. Ditatapnya lamat-lamat bayi yang tengah mendengkur halus itu lalu mulai mengelus pipinya perlahan sambil berbisik, "maafin Papah ya udah gangguin tidur kamu"

"jangan dipegang-pegang nanti bangun lagi" tegur Tera berbisik.

"enggak kok aku cuma mau cium" balas Sehun dan mencium bibir putranya itu kilat, membuat Tera segera melancarkan pukulannya pada bahu kekar Sehun.

"kalo bangun gimana?" omel Tera masih berbisik.

"gak bakal bangun kok, jadi ayo kita lanjutin lagi" timpal Sehun sembari menggerayangi buah dada Tera.

[anti] CommitmentDove le storie prendono vita. Scoprilo ora