22. Renggang

651 129 14
                                    

Seminggu memang sudah berlalu tapi Sehun masih belum bisa melupakan detik-detik dimana Tera menolaknya. Setiap kali Sehun mengingat kata-kata menohok yang dilontarkan Tera ia benar-benar merasa perih bahkan dada bagian kirinya serasa diremat-remat sampai hancur lebur.

Sehun adalah tipikal laki-laki yang sangat mencintai tubuhnya, selama 28 tahun ia hidup tidak pernah sekalipun ia menyentuh yang namanya minuman beralkohol, karena selain larangan dari sang Ayah menurut Sehun sendiri minuman-minuman itu hanya akan membuatnya tampak menyedihkan.

Tapi itu tidak berlaku untuk malam ini dan malam-malam sebelumnya. Setelah penolakan dari Tera, Sehun setiap malam rutin mengunjungi salah satu bar mewah yang hanya sekali teguk mampu menipiskan isi kantong, bahkan kelakuan nyelenehnya yang terlalu mendadak ini cukup membuat Chanyeol terkaget-kaget diawal. Dan memang benar apa yang dikatakan Sehun, alkohol hanya akan membuatnya terlihat menyedihkan.

"baru jam 8 malem lo udah mabuk-mabukan" keluh Chanyeol melihat sahabatnya yang sudah teler.

"Yo, bro!! Akhirnya lo dateng juga" cengir Sehun yang sudah hilang kendali itu.

Kesal dengan pemandangan di depannya, Chanyeol dengan segera merogoh saku jas milik Sehun dan mengambil dompet kulit berwarna coklat itu kemudian mengambil salah satu kartu kredit yang ada di dalamnya.

"bayar pake ini ya Mas" kata Chanyeol pada sang bartender.

"ayo pulang, besok lo harus kerja" bujuk Chanyeol pada Sehun.

"enggak!! Gue masih mau minum!" tolak Sehun dan kembali meraih gelasnya yang kosong.

"isi lagi!!! Gue mau minum!!" marah Sehun pada sang bartender. Bar yang semula tenang berselimutkan musik jazz itu tiba-tiba riuh karena rengekan dari Sehun.

"udah bego!!! Malu gue diliatin orang-orang" desis Chanyeol kesal dan segera menarik tangan kanan Sehun untuk ia rangkul kemudian ia bawa keluar secara paksa.

Setibanya diluar Bar, dengan kasarnya Chanyeol langsung melempar tubuh Sehun ke jok belakang mobil milik Sehun sendiri kemudian ia menyusul untuk duduk dikursi kemudi, dari balik kaca spion Chanyeol bisa melihat bagaimana mengenaskannya keadaan Sehun akhir-akhir ini.

"ini terakhir kalinya gue jemput lo. Berhenti mabuk-mabukan ini nggak lo banget" gumam Chanyeol 10 detik sebelum ia menjalankan mobil Sehun.

15 menit perjalanan berlalu dan kini Chanyeol tengah sibuk menggendong Sehun di punggungnya karena sudah tepar duluan selama di mobil. Nafas Chanyeol memburu menahan beban abot dipunggungnya, belum lagi lantai apartemen yang dihuni temannya ini lumayan tinggi membuat kakinya lemas karena terlalu lama berdiri didalam lift.

Badan Chanyeol sudah bermandikan peluh begitu ia melempar tubuh Sehun yang berbau alkohol itu ke atas sofa depan TV diruang keluarga, Chanyeol sudah tidak kuat kalau harus menggendong Sehun sampai ke kamarnya yang berada di lantai 2 lututnya mungkin sudah remuk.

"gue dimana?" seru Sehun dengan suara paraunya.

"gausah ngomong lo, mulut lo bau!" tukas Chanyeol yang masih berada dipuncak amarah.

"perut gue mual" lirih Sehun dan berlari dengan sempoyongan kearah kamar mandi.

Dari sini bahkan Chanyeol bisa mendengar bagaimana tersiksanya Sehun saat mengeluarkan isi perutnya. Salah dia sendiri sih bukan salah Chanyeol.

Bermenit-menit akhirnya berlalu, Chanyeol kini sudah tidak mendengar pekikan tersiksa dari Sehun lagi tapi yang aneh kawannya itu tak kunjung keluar dari kamar mandi dekat dapur, akhirnya Chanyeol pun berinisiatif untuk menghampirinya.

"ngapain lo?" tegus Chanyeol saat menemukan teman sejawatnya itu tengah melamun didalam kamar mandi.

"kenapa sih semua cewek harus minta nikah? Emang apa pentingnya secarik kertas pernikahan?" gumam Sehun dengan wajah kosongnya.

[anti] CommitmentWhere stories live. Discover now