35. Mourning Rain

331 79 8
                                    

Panas begitu terik tapi hujan turun begitu deras. Tera baru saja sadar dari pingsannya dan menemukan Sehun serta Yuta yang sudah berada di depan matanya dengan pandangan khawatir.

Sadar akan apa yang membuatnya pingsan Tera langsung bangkit dari berbaringnya mengabaikan rasa pusing yang tiba-tiba menyerangnya akibat pergerakan yang mendadak. Tangisannya mulai terurai, ingatan sebelum ia pingsan membuatnya ingin tidak mempercayainya, tapi sayang seribu sayang, faktanya kini sang dokter tengah menjelaskan alasan kenapa Ibunya kini terbujur kaku dengan nafas yang tidak mau lagi berhembus.

Kakinya yang lemas membuatnya bersimpuh dilantai dingin rumah sakit, tangisan Tera pecah dengan begitu menyedihkan membuat semua orang ikut bersimbah air mata tak terkecuali sang suster yang dari tadi berdiri disamping dokter yang selama ini bertugas merawat Ibunya.

Pelukan dari Sehun kian meredam pekikan tangisannya yang nyaring, dari ujung matanya yang memburam akibat air mata Tera begitu benci dengan cuaca yang palsu itu, alam seolah-olah ikut sedih dengan hujan yang deras itu, tapi cuaca yang begitu terik membuat Tera sadar bahwa alam hanya mengejeknya karena nasibnya yang amat malang.

*50 menit yang lalu.

"Ibu kenapa nggak mau makan siang? Kalau Ibu nggak makan nanti pulangnya juga lama lho Bu" dengus Tera yang sedari tadi membujuk Ibunya untuk makan.

"perut Ibu sakit dari tadi pagi, nggak enak kalau dikasih makan" keluh sang Ibu.

"yaudah kalau gitu makan buah ya?" bujuk Tera lagi tapi akhirnya malah mendapat gelengan kuat dari Ibunya.

"kalau gitu Ibu mau makan apa? Bilang sama Tera biar Tera beliin"

"enggak, nggak usah, Ibu mau tidur dulu aja siapa tahu perut Ibu sembuh nanti" tolak sang Ibu dan mulai menidurkan diri, Tera yang tidak berhasil membujuk akhirnya hanya bisa menyerah dan keluar dari ruang rawat agar Ibunya bisa tidur dengan nyenyak.

"gimana? Ibu kamu mau makan?" tanya Budhe yang sedari tadi menunggu diluar.

"nggak mau, katanya perutnya sakit dari tadi pagi, sekarang katanya mau tidur sebentar siapa tahu sakit perutnya hilang" kata Tera.

"akhir-akhir ini Ibu kamu emang sering ngeluh katanya perutnya sakit, setiap Budhe mau panggil suster Ibu kamu selalu gak mau katanya cuma nyeri biasa" terang Budhe.

"kenapa Budhe nggak cerita sama Tera?"

"Ibu kamu nggak ngebolehin katanya dia mau cerita sendiri ke kamu. Oh iya kadang Ibu kamu juga kaya sesak nafas, kamu tahu sendiri kan semalam waktu kamu mau pulang tiba-tiba Ibu kamu kaya orang gak bisa nafas" terang Budhe.

"yaudah kalau gitu, mumpung Ibu masih tidur Tera coba cari dokternya buat periksa Ibu"

"iya, Budhe juga khawatir Ibu kamu kalau sakit gak pernah cerita soalnya" setuju Budhe.

"kamu belum makan siang 'kan Ra, Budhe beliin makanan dulu ya buat kamu, nanti kita makan bareng siapa tahu Ibu kamu juga mau ikutan makan" ucap Budhe.

"iya, makasih ya Budhe, kalau gitu Tera cari dokternya dulu Budhe hati-hati ya" kata Tera sebelum akhirnya mulai mencari sang dokter.

Berjalan menuju nurse station Tera mencoba bertanya tentang keberadaan dokter yang bertanggung jawab atas Ibunya, dan sang suster menjawab "Dokternya lagi ada operasi nanti kalau sudah selesai saya hubungi Mbak ya"

"kira-kira masih lama nggak Sus?" tanya Tera.

"operasinya sudah berjalan 3 jam yang lalu, kalau tidak ada kesalahan mungkin 20 menit lagi selesai" terang sang Suster.

[anti] CommitmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang