21. Mystery

704 128 18
                                    

Seminggu berlalu sejak malam itu, baik Tera maupun Sehun tidak ada usaha untuk saling bertemu sama sekali, mereka terlalu terlarut dalam kekecewaan masing-masing.

Seperti biasa malam ini Tera ke rumah sakit untuk sekedar memberi salam pada sang Ibu, dengan langkah gontainya yang menyedihkan ia mulai memasuki kamar rawat milik Ibunya itu.

Bukan ruangan kosong seperti biasanya yang Tera dapati setiap kali memasuki ruang rawat tersebut, di dalam sana Tera mendapati seorang pria paruh baya tengah menatap kearah Ibunya dengan sorot mata yang begitu memilukan.

"maaf, anda siapa?" tanya Tera sopan yang sukses membuat pria asing tersebut menoleh kearahnya.

"apa anda mengenal Ibu saya?" tanya Tera lagi.

Bukannya menjawab pria itu malah menatap Tera dengan pandangan terkejutnya, "dia Ibu kamu?"

Tera hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ibu kandung?" tanya pria asing itu sekali lagi yang semakin membuat Tera mengernyit bingung.

"tentu saja Ibu kandung dia yang melahirkan saya, apa anda mengenal Ibu saya?"

"tidak. Maaf saya salah kamar" jawab orang asing itu dan berlalu pergi dengan tergesa-gesa.

Tanda tanya besar mulai timbul dikepala Tera. Pandangannya kian menajam karena berpikir, dari gerak-gerik aneh pria tua tadi terlihat sekali kalau dia mengenal Ibunya tapi kenapa beliau mengelak dan berkata salah kamar? Kepala Tera sampai pusing sendiri memikirkannya.

Drtt~~drtt~drtt~~~

"halo" sapa Tera setelah menggeser tombol hijau pada ponselnya.

"lo dimana?" suara diseberang sana.

"di rumah sakit" jawab Tera seadanya.

"gue kesana ya, mau dibawain apa?"

"gak usah bawa apa-apa"

"ohh martabak telur, oke" kata si penelpon, kemudian sambungan diputus sepihak.

Kenapa banyak orang aneh hari ini?

....

"dari mana?" tanya sang Istri begitu melihat suaminya memasuki ruang tamu dengan raut gelisahnya.

Tak menghiraukan pertanyaan tersebut, pria itu kembali melanjutkan langkahnya mengabaikan keberadaan sang istri.

"dia sudah koma selama 2 tahun, gimana perasaan kamu melihat dia?" tanya sang Istri lagi dengan nada sinisnya.

"diam! Jangan jadi istri yang menjijikkan" balasnya tak kalah sinis.

"kalau kamu kesana di jam-jam ini harusnya kamu ketemu sama putrimu, gimana? Ketemu nggak?"

"AKU BILANG DIAM YA DIAM!!!!" teriak pria tua itu pada akhirnya, amarahnya tersulut begitu cepat.

"tenang aja, ada kemungkinan kalau dia bukan anak kamu" tukas sang Istri

"dia bukan perempuan murahan" desis laki-laki paruh baya itu menatap nyalang kearah istrinya.

"aku nggak pernah bilang kalau dia perempuan murahan, bisa saja 'kan setelah menggugurkan bayimu dia bertemu dengan laki-laki yang lebih bertanggung jawab, lalu mereka menikah dan dikaruniai anak. Jangan berpikiran buruk lagi darah tinggimu sudah parah suamiku" sindir sang istri

Terdiam. Air mukanya tiba-tiba menyendu, pikirannya kembali terlempar ke masa 26 tahun silam, dimana ia berselingkuh dibelakang istrinya sampai menghasilkan bayi.

"apa kamu menyesal? Sudah nggak ada waktu untuk menyesal, waktu itu aku sudah menyuruhmu untuk menceraikanku dan segera menikahi dia sebelum kandungannya membesar, tapi sayangnya karena rasa ego dan ambisimu yang tinggi kamu nyuruh dia untuk menggugurkan janinnya" sindir sang Istri lagi.

[anti] CommitmentWhere stories live. Discover now