44. D-1

267 59 2
                                    

Hanya tinggal sehari dan Tera akan melepaskan masa lajangnya, masa dimana ia bebas dan menikmati masa muda yang berapi-api. Perasaan tenang bercampur lega kini sudah memenuhi dadanya, pertanyaan tentang siapa Ayahnya yang telah menghantuinya selama ini juga sudah terjawabkan dan juga cita-citanya menikah dengan laki-laki yang mencintainya akan terlaksana besok.

Memandang nanar ke arah foto sang Ibu yang tersenyum lembut, air mata Tera mulai mengucur seperti pipa bocor. Bukan rasa sedih yang kini ia rasakan, hanya sedikit rasa rindu pada sang Ibu dan rasa haru biru yang meluapkan emosinya.

"besok Tera mau nikah Bu" ujarnya sembari mengelap tetesan air mata yang hinggap pada kaca pigura Ibunya.

"andai aja Ibu bisa dateng dan dampingin Tera besok, pasti pernikahan Tera bakalan seru" ucapnya disela isakannya yang pilu.

"besok Ayah juga nggak bisa dateng karena di penjara, Yuta juga nggak bisa dateng. Tapi Ibu tenang aja masih banyak kok yang bisa dateng dan temenin Tera besok.

"Buk..." panggil Tera sembar menatap lekat-lekat pada foto berbingkai tersebut.

"Tera kangen sama Ibu" ucapnya yang kemudian disusul suara tangisan yang menyedihkan untuk didengar.

"segitu kangennya lo sama tante sampe nangis kaya gitu?" suara seseorang yang menginterupsi acara menangis Tera.

"Yuta" panggil Tera yang kaget dengan kehadiran laki-laki keturunan Jepang itu.

"besok 'kan hari pernikahan lo kenapa malah nangis?" tanya Yuta yang ikut mendudukkan diri disamping Tera.

"karena lo nggak mau dateng ke pernikahan gue. Awas lo nanti kalo lo nikah gue nggak bakalan dateng" omel Tera dengan wajah sembabnya.

Terkekeh geli Yuta menjitak kepala Tera dan berkata, "terserah lo"

"lo tahu nggak Yut, ternyata didalem lemari Ibu banyak banget baju baru yang belum dipake... Awalnya gue juga bingung kenapa Ibu beli baju dan nggak dipake..." cerita Tera setelah tangisannya reda.

"terus ternyata kenapa?" penasaran Yuta.

"itu semua baju yang Ibu beliin buat gue tapi gue nggak pernah mau, gue inget banget dulu Ibu pernah bawa pulang baju warna soft pink dan nyuruh gue pake kalau mau keluar sama temen-temen..."

"tapi dengan kurang ajarnya gue ngomong ke Ibu kalau gue nggak suka model baju kaya gitu apalagi warna pastel kaya gitu, terus gue nyuruh Ibu buat ngembaliin baju itu lagi, gue pikir Ibu udah balikin baju itu, tapi ternyata masih Ibu simpen sampe sekarang" tangis Tera kembali pecah setelah bercerita pada Yuta.

"daripada nyesel mending mulai sekarang lo pake semua baju yang disimpen tante, seenggaknya cuma itu yang bisa lo lakuin sekarang" saran Yuta.

"iya, semalem udah gue masukin ke dalem koper semua" jawab Tera sembari mengangguk.

"jadi lo bakalan tinggal sama Ayahnya Sehun juga?" tanya Yuta.

"awalnya Sehun ngajak tinggal sendiri di apartemennya, tapi gue kasihan sama Ayahnya. Beliau udah tua pasti bakal kesepian kalo tinggal sendirian, makanya gue ngajak Sehun buat tinggal bareng sama Ayahnya juga" terang Tera.

"Ra.." panggil Yuta.

"kenapa?" sahut Tera.

"lo tahu 'kan kalo besok gue nggak bakalan dateng?"

"tahulah, terus kenapa?"

"gue kesini mau ngucapin selamat atas pernikahan lo.... sama mau ngasih ini" jeda Yuta dan mengeluarkan amplop dari saku jaketnya.

"apaan nih?" bingung Tera.

"itu isinya uang. Karena gue nggak bisa ngasih besok jadi gue kasih sekarang, yah walaupun isinya nggak banyak tapi paling nggak bisalah buat beli perlengkapan bayi buat anak lo nanti" kata Yuta dan berdiri dari duduknya.

[anti] CommitmentWhere stories live. Discover now