33

437 93 7
                                    

Hujan sudah reda, baik Sehun maupun Tera sudah berada di ruang rawat Ibu Tera, dengan suasana canggung akibat tatapan Yuta yang tajam bagaikan laser itu dua sejoli itu hanya mampu meneguk ludah mereka dengan kaku.

"kalian tumben diem-diem aja, biasanya rame kaya pasar" tegur Budhe Yuta.

"ada sesuatu Mah" bisik Yuta pada Budhe-nya yang selalu ia panggil Mamah itu.

"sesuatu apaan?" bingung perempuan yang hendak menyentuh usia 55 tahun itu.

"nggak kok Budhe, nggak ada apa-apa" sela Tera dengan raut paniknya sembari menghantam Yuta menggunakan gantungan kunci mobil milik Sehun.

Mengaduh kesakitan laki-laki keturunan Jepang itu bukannya kapok malah memberikan ejekan berupa juluran lidah kepada Tera.

"udah-udah, baru aja tadi kalian diem sekarang udah ribut lagi" lerai sang Budhe.

"Bu, Ibu cepetan sembuh dong biar bisa pulang, Tera di gangguin terus sama Yuta" adu Tera pada sang Ibu, tapi bukannya mendapat sahutan, sang Ibu malah terlihat melamun dengan pandangan kosong.

"Ibu... Ibu nggak papa" tegur Tera sembari melambaikan tangannya di depan wajah sang Ibu.

Tak kunjung mendapatkan reaksi akhirnya gadis itu memilih untuk mengguncang pelan bahu Ibunya, dan syukurlah ada reaksi dari beliau.

"kenapa?" tanyanya setelah keluar dari lamunan.

"Ibu kenapa? Ada yang sakit?" khawatir Tera yang sudah berkaca-kaca.

"ahh... Enggak kok, Ibu nggak kenapa-kenapa, maaf ya Ibu lagi mikirin sesuatu tadi" jawab sang Ibu menenangkan anak gadisnya.

"mikirin apa sih emangnya? Udah dua hari ini kamu selalu ngelamun kaya gitu" timpal Budhe Yuta dengan raut tak kalah khawatirnya.

"ada yang Ibu sembuyiin ya?" curiga Tera dengan mata memicing tajam.

"nggak ada kok, udah kalian pulang aja sana, udah larut ini. Sehun Tante titip Teranya Ya"

"iya tante, kalau gitu Sehun pamit dulu ya" balas Sehun dan menggiring Tera keluar dari ruang rawat tersebut.

Belum juga keluar dari pintu Tera kembali membalikkan badannya. "Ibu jangan mikirin yang aneh-aneh dulu, jangan suka ngelamun lagi. Ibu fokus aja sama kesembuhan Ibu, Tera udah 2 tahun terus-terusan khawatir sama Ibu jadi sekarang jangan bikin Tera khawatir lagi"

Mendengar itu sang Ibu kemudian hanya mampu mengucapkan kata maaf dengan tenggorokan tercekat, rasanya seolah-olah ia hidup hanya untuk membebani kehidupan putrinya saja, "Ibu minta maaf, mulai sekarang Ibu janji nggak bakalan bikin kamu khawatir lagi"

"yaudah kalau gitu Tera pulang dulu besok Tera kesini lagi nemenin Ibu" pamit Tera dan untuk terakhir kalinya ia memeluk erat Ibunya sebelum pulang ke kediamannya.

"Mbak juga kenapa nggak pulang? Yuta, ajak Mamah kamu pulang gih" katanya melirik pada perempuan yang lebih tua 5 tahun darinya.

"Yut beliin nasi goreng yang didepan kliniknya Wendy dong, Mamah tiba-tiba pengen makan nasi goreng" kata Budhe mengalihkan pembicaraannya.

"nggak sekalian beli waktu pulang aja daripada Yuta bolak-balik nantinya" ujar Yuta.

"kalau Mamah bilang beli sekarang ya sekarang" kata Budhe mutlak tidak bisa diganggu gugat.

"iya-iya Yuta beliin. Mamah nggak lagi ngidam 'kan? Yuta nggak mau punya adek baru lo" ledek Yuta.

"kamu ini disuruh beli nasi goreng aja banyak banget ngomongnya, udah sana berangkat!" omel sang Budhe sembari memukuli punggung Yuta.

[anti] CommitmentWhere stories live. Discover now