41. Gonna Be Fine

350 68 1
                                    

Menghela nafas berat, gadis 25 tahun itu tengah berpikir keras di pagi hari yang cerah ini. Memikirkan bagaimana terpukulnya Sehun tadi malam membuatnya gelisah semalaman. Jujur saja, Tera mendengar semua percakapan antara Sehun dan Budhe semalam, percakapan serius yang harusnya tidak boleh ia dengar. Yah, mau bagaimana lagi pendengaran Tera masih berfungsi dengan amat sangat baik, apalagi mereka mengobrol tepat diteras rumahnya dengan begitu menggebu, bagaimana mungkin ia tidak bisa mendengarnya.

Bohong bila Tera tidak marah, gadis itu bahkan sempat berpikir untuk membobol rumah Kakek Sehun dan mencekiknya sampai mati, tapi memikirkan Sehun yang juga terpukul dengan fakta ironis itu Tera memilih untuk diam dan berpura-pura tidak tahu saja.

Belum lagi fakta tentang siapa Ayah kandungnya yang sebenarnya juga amat sangat mencengangkan, jadi semalam Sehun memang tidak membohonginya tapi dengan teganya Tera malah membogem ulu hati Sehun dengan sekuat tenaga, Tera jadi merasa bersalah.

Suara ketukan pintu membuyarkan pikiran berkecamuk Tera dan memilih untuk segera membuka pintu reotnya itu.

"hai" sapa sang tamu dengan mata sembab seperti habis disengat tawon.

"berapa jam nangis semalam?" tanya Tera yang mulai melupakan sejenak kejadian semalam.

"kita nggak beneran putus 'kan?" balik tanya Sehun dengan wajah memelas.

"cari kerja sana dulu, aku nggak mau nikah sama pengangguran" jawab Tera yang kemudian disusul kekehan renyah mereka berdua.

"ayo masuk" ajak Tera dan mempersilkan kekasihnya itu untuk duduk disofa ruang tamunya.

"masih sakit?" tanya Tera yang teringat akan pukulan ganasnya semalam.

"udah nggak sakit kok, tenang aja pukulan kamu nggak kerasa apa-apa" jawab Sehun sembari memukuli perut bagian atasanya, menunjukkan bahwa ia pukulan Tera tidak bepengaruh padanya.

"kalau gitu mau aku pukul lagi?" tawar Tera yang mendapat gelengan otomatis dari Sehun.

"nggak kerasa apa-apa tapi sampe nyugsep ditanah" sindir Tera mengingat posisi menggelikan Sehun semalam.

"kamu udah makan?" tanya Sehun mengalihkan topik.

"udah, tadi makan nasi pecel sama Yuta" jawab Tera

"itu isinya apa? Tumben kesini bawa tas besar kaya gitu?" tanya Tera merujuk pada tas jinjing yang Sehun bawa.

"oh ini. Isinya baju aku" jawab Sehun enteng.

"kamu nggak lagi kabur dari rumah 'kan?" tanya Tera khawatir.

"enggak kok, Ayah sendiri yang nyuruh aku tinggal sama kamu" jawab Sehun lagi yang sontak membuat Tera berdiri dari duduknya.

"kenapa tinggal disini?" panik Tera.

"rumah aku lagi direnovasi" jawab Sehun dengan senyumannya.

"tapi kamu 'kan punya apartemen"

"apartemen aku udah terlanjur aku sewain" kata Sehun yang membuat Tera menghela nafas berat.

"terus Ayah kamu tinggal dimana sekarang?"

"nggak tahu, kayanya dihotel" timpal Sehun.

"kenapa kamu nggak nginep dihotel juga?" Tera memicingkan mata kearah kekasihnya itu.

"kamu tahu sendirikan kalo aku ini pengangguran? Demi menghemat biaya pernikahan kita aku nggak mau boros, terus juga Ayah nggak mungkin bayarin kamar aku--"

"kan bisa tinggal sekamar" sela Tera yang membuat Sehun menelan ludah gemetar.

"e-emm... Ayah gak mau katanya, lagian juga aku punya pacar yang rumahnya punya kamar tidur dua kenapa harus repot-repot ke hotel. Itung-itung latihan tinggal bareng sebelum jadi sah, katanya lagi ngetrend sekarang tinggal bareng sama pacar" terang Sehun gugup.

[anti] CommitmentWhere stories live. Discover now