10. Pelik

629 132 21
                                    

"Tera?" panggil seseorang dan begitu Tera menoleh ia mendapati Sehun berdiri didepannya dalam radius 4 meter.

"SEHUN!!"

Bukan, itu bukanlah suara Tera, gadis itu memang berniat menyapa balik laki-laki didepannya ini, tapi suara dari gadis yang berdiri tidak jauh dibelakangnya itu terlebih dulu menyelanya sehingga membuat Tera bungkam karena heran.

Dan dalam hitungan detik wanita itu tiba-tiba berlari menabrak Sehun dengan sebuah pelukan erat, yang tentu saja membuat Tera kaget dengan pemandangan itu sampai tanpa sadar ia memundurkan langkahnya sebanyak tiga langkah.

Tera tidak tahu harus bereaksi seperti apa, tapi yang jelas dada bagian kirinya tiba-tiba berdenyut ngilu membuat air matanya mendesak ingin keluar yang harus ia tahan sekuat mungkin. Apa Sehun mengenal wanita cantik itu? Pertanyaan bodoh, tentu saja mereka saling kenal, untuk apa mereka saling peluk jika mereka tidak mengenal satu sama lain.

"aku minta maaf, harusnya aku gak ninggalin kamu demi Kai"
-----------------

"harusnya aku gak ninggalin kamu demi Kai.... Kayanya mereka pernah pacaran" gumam Tera dibalik selimutnya.

Sudah tiga hari berlalu sejak pertemuan tak terduga waktu itu tapi Tera benar-benar tidak bisa melupakan bagaimana rincian kejadian yang mampu menghancur leburkan hatinya saat itu.

Memang dirinya dengan Sehun tidaklah dalam hubungan spesial yang membuatnya boleh sakit hati karena insiden pelukan itu, tapi bukankah Tera sudah pernah mendeklarasikan bahwa ia sudah jatuh cinta pada Sehun, harusnya itu sudah cukup untuk menjadi alasan.

"kayanya mereka terlibat cinta segitiga" gumam Tera lagi setelah menyingkap selimut yang sebelumnya menutupi seluruh tubuhnya.

"terus cewek itu nyesel karena ninggalin Sehun demi Mas Kai?" gunsn Tera menebak-nebak.

"yah, emang bener sih, siapa juga yang gak nyesel ninggalin orang seganteng Sehun" gumam Tera untuk kesekian kalinya menyuarakan spekulasi-spekulasinya.

"kayanya gue emang harus sadar diri" kata Tera dengan hembusan nafas lelahnya.

"udah gila lo ngomong sendirian?" kalimat yang mengudara dari mulut Yuta itu sangat mampu membuat Tera jengkel setengah mati.

"eh bego, udah gue bilang berapa kali, kalo mau namu dirumah orang itu lewat pintu bukan jendela kamar gue!!!" marah Tera murka.

"salah sendiri, udah gue ketuk sampe gue gedor-gedor lo gak keluar-keluar, kan gue takut kalo lo mati" balas Yuta dengan nada sengaknya.

"ngapain lo kesini?" tanya Tera kemudian yang masih tersisa rasa kesalnya.

"Mamah nyuruh nganter ini buat lo" kata Yuta kemudian meloncat dari atas jendela sehingga menimbulkan bunyi 'bug' yang luar biasa.

"apaan?" tanya Tera penasaran.

"soto ayam" jawab Yuta lalu menaruh soto ayam tersebut diatas meja lusuh Tera yang dulunya adalah meja belajarnya.

"bilangin makasih ya sama budhe" senang Tera.

"bilang aja sendiri, kaya besok gak bakalan ketemu aja" seperti biasa Yuta selalu sengak.

"lo kenapa ngoceh sendiri tadi?" kini Yuta yang bertanya.

"gak papa, gue cuma gila kok" jawab Tera asal.

"ngakuin juga lo" sindir Yuta

"resek lo, udah sana pulang!!" usir Tera geram.

"iya iya gue pulang" cetus Yuta dan bersiap untuk meloncat ke jendela lagi, tapi Tera malah kembali menghentikan niatan pulangnya.

[anti] CommitmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang