<22>

73 13 0
                                    

Setelah Farhan mengatakan hal itu. Nabila langsung berdiri dan meninggalkan tempat tersebut. Nabila berlari sekencang mungkin untuk kembali ke Panti, tapi tentu saja yang ia lakukan hanyalah hal bodoh. Farhan menggunakan motor, dengan cepat ia mengejar Nabila.

Tak butuh waktu lama Farhan menghadang Nabila. Farhan turun dari motornya dan menghampiri Nabila.

"Kok kabur sih?" tanya Farhan. Perlahan mendekati Nabila.

"Lo gila ya. Kok langsung ngomong kayak gitu ke gue." Nabila menjauh dengan perlahan.

"Ya karena gue mau ngomong kayak gitu," jawabnya dengan datar.

"Hah??!" Nabila kaget dengan jawaban Farhan. Nabila mengira bahwa Farhan hanya ingin mempermainkannya.

"Ya ngak lah. Jawab dulu nih, mau atau gak?"

"Harus gitu gue jawab?" Nabila perlahan berbalik dan menjauhi Farhan.

"Jadi lo gak mau?" Farhan langsung menarik Nabila, hampir saja Nabila jatuh ke pelukan Farhan. Ia seketika salah tingkah.

"Ya..ya...bukan gitu juga sih maksud gue. Gimana ya... Mmm..." Nabila kebingungan ingin menjawab apa.

"Ya udah kalo gak mau. Gue cab-"

"GUE MAU!" tekannya Nabila.

"Santai aja kali. Gak usah teriak kayak gitu. Ya udah deh. Kalo gitu gue pulang ya. Bye..." Farhan seketika pergi dan meninggalkan Nabila. Nabila hanya melihat Farhan menghilang perlahan.

"Seriously Man? Lo nembak gue tiba-tiba dan buat jantung gue pen copot, terus lo ninggalin gue. Brengsek lo Han!!!" teriak Nabila. "Untung ganteng, kalo gak... Udah gue tolak mentah-mentah." Nabila melanjutkan langkahnya menuju Panti.

Sesampainya di Panti, ia bertemu dengan Devan di ruang tengah, ia tak niat untuk menghampirinya. Tetapi, saat ia ingin menaiki tangga untuk ke kamarnya, Devan memanggilnya. Nabila berbalik.

"Masih marah ama gue?" tanya Devan sambil mendekati Nabila.

"Marah kenapa? Gue gak marah kok. Gue capek, gue naik deluan ya." Nabila menaiki tangga, Devan mengikutinya.

"Bilang lah kalo marah. Jangan diam kayak gini," bujuk Devan.

"Gue gak marah Dev. Gue capek. Lo tau, gue abis jalan dari depan kompleks noh. Mana panas lagi. Gue pen istirahat." Nabila menjawab dengan nada yang sangat ramah. Agar Devan tak lagi salah paham.

Saat Nabila masuk kekamarnya, ia melihat Rara masih tidur lelap, ia pun mendekat dan ikut tidur di sebelahnya.

Di ruang tengah, Devan sedang memainkan handphone nya. Helena tiba-tiba lewat.
"Gak mau makan dulu?" tanya Helena dengan ramah.

"Eh... Makasih kak. Gak dulu deh," jawab Devan.

Helena dengan ragu mengakatan, "Oh ok deh. Mmm...tapi Dev, kamu boleh pindah ke kamar kamu gak, ato kemana gitu, asal jangan disini dulu."

"Kenapa?" tanya Devan dengan datar.

"Papaku mau datang." Seketika Devan kaget dan panik ia buru-buru pergi ke kamarnya. Helena hanya cekikin melihat Devan lari terbirit-birit. Saat Helena hendak berbalik, tiba-tiba Nahal ada dibelakangnya. Helena pun kaget, dan hilang keseimbangan, ia hampir saja jatuh, untung Nahal menangkapnya.

"Hati-hati dong," kata Nahal sambil membantu Helena kembali bangkit.

"Hehe..." Helena menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Itu Devan kenapa? Kok lari kayak dikejar anjing gitu." Nahal tadi tak sengaja melihat Devan lari.

"Oh itu, papaku mau datang. Kamu tau kan, Devan masih takut ama papaku." Helena tertawa kecil.

"Om Satya?" Helena mengangguk pelan. "Ada urusan?" Helena hanya mengangkat bahu. "Ya udah. Kalo Om Satya datang kasih tau aku ya. Aku mau ganti baju dulu, aku harus kembali ke rumah sakit lagi soalnya."

"Iya," singkat Helena.

Om Satya adalah ayah dari Helena. Om Satya adalah teman lama Bunda Sonita, mereka berdua sangatlah akrab.

Sampai pada suatu hari, entah dimana Bunda Sonita menemukan seorang bayi tergeletak didepan pintu Panti Asuhan, dan ada surat bahwa namanya adalah Helena. Di surat itu juga memberitahu bahwa Helena masih memiliki ayah, yang berarti ibunya lah yang membuang Helena.

Lebih dari 4 tahun Bunda Sonita mencari keberadaan ayah dari Helena, tapi ia tak menemukan apapun. Hingga saat Om Satya kembali dari Australia, dan mendengar bahwa istrinya telah melahirkan, ia panik setengah mati.

Om Satya tidak di beri kabar apapun, dan anaknya juga tidak ada di tangannya. Yang ia tau hanyalah nama anaknya adalah Helena. Ia menceritakan hal itu ke Bunda Sonita, dan beruntungnya Helena adalah anak Om Satya.

Hingga sekarang keberadaan Ibu dari Helena tidak pernah terdengar lagi. Kabarnya saat Om Satya pergi ke Australia, Om Satya sedang melarikan diri dari istrinya. Ibu Helena adalah seorang anak dari partner kerja ayah Om Satya, dan Om Satya dan ibu Helena menikah karena bisnis.

Om Satya tidak setuju dengan pernikahan itu, jadi setelah kurang lebih 1bulan pernikahan ia melarikan diri dari istrinya. Ia pun tak tau, bahwa istrinya sedang mengandung saat itu.

Dan kabarnya saat ibu Helena mengirimkan kabar bahwa Om Satya memiliki anak, ia juga mengirim surat penceraian. Maka dari itu Om Satya adalah single Father. Om Satya tidak memiliki istri lagi saat menemukan Helena.

Saat Helena di bawah oleh Om Satya, Helena sebenarnya agak keberatan, ia terlanjur nyaman dengan Bunda Sonita. Karena itu, Helena lebih sering tinggal di Panti. Dan juga karena Om Satya sering keluar negeri untuk urusan bisnis.











...TBC...
|
|
|
Hai guys. Aku tiba-tiba mo up aja sih. Hehe...😂

Eh.... Tapi kayaknya Classic bakalan selesai sebelum waktu yang udah q tentuin deh😆

Semoga aja ya.

Ya udah deh, see you✨

CLASSIC [Completed]Where stories live. Discover now