<23>

66 13 9
                                    

Setelah beberapa jam, Nabila terbangun dari tidurnya. Ia melihat Rara baru saja keluar dari kamar mandi. Nabila berniat memberitahu kan hubungannya dengan Farhan.

Rara masih sibuk dengan bajunya yang sedikit berantakan. Nabila tidak ingin langsung menceritakannya secara spontan. Tiba-tiba di benak Nabila terlintas untuk pura-pura memainkan Handphonenya dan membuka Instagram milik Farhan.

Rara yang berniat untuk duduk di sofa kamar Nabila mengurungkan niatnya. Di karenakan Rara melihat raut wajah Nabila yang kaget seperti melihat sesuatu yang sangat menakjubkan. Akhirnya  Rara memilih untuk mendekati Nabila yang duduk di pinggir kasur.

"Lo kenapa dah?" sambil menepuk pundak Nabila dengan pelan, Rara mengintip isi Handphone Nabila.

"Wah.... Ini serius Ra?" Nabila menunjukan Instagram milik Farhan.

"Mm... Iya lah. Awalnya gue juga gak percaya sih. Padahal dia tuh di sekolah dingin kek es batu gitu. Gak nyangka bat sih gue." Rara mengalihkan pandangan dan menyisir-nyisir halus rambutnya memakai jemari lentiknya.

"Ini 2 juta loh Ra, 2 juta Followers. Banyak banget. Sumpah sih, batin gue sebagai pemilik akun yang gak popular kek gini berteriak sejadi-jadinya." Nabila meletakkan Handphonenya dengan kasar dan membanting tubuhnya kebelakang.

Padahal Nabila hanya ingin membuat Rara bertanya kenapa Nabila membuka Instagram Farhan dan memancingnya. Malah, Nabila keluar jalur. Tiba-tiba Nabila mendapatkan Ide.

"Ra!" sahut Nabila. Rara hanya berdeham.

"Menurut lo Farhan punya pacar?" tanya Nabila.

"Mungkin sih. Cowok fenomenal kayak dia tuh kalo single, langka banget," jawab Rara tanpa berbalik ke arah Nabila.

"Hahaha...apaansih langka segala. Menurut lo tipenya dia tuh kek gimana sih?". Rara mulai merasa aneh dan hanya menjawab ngasal.

"Don't know." Rara tetap tidak menatap Nabila. Hingga pertanyaan selanjutnya membuat Rara hampir kehilangan ususnya.

"Menurut lo, gue cocok gak ama Farhan??," tanya Nabila dengan nada yang santai.

"What the hell Bil?? Lo dari tadi nanyain tentang Farhan, terus ngestalk Ig-nya dia. Lo suka ama dia Bil?" Rara berdiri dan menghadap Nabila.

Nabila kembali memperbaiki posisinya dan memilih duduk. "Suka ya? Gak tahu sih. Tapi mungkin itu akan terjadi, soalnya on pro ses," Nabila bahkan tidak tahu apa yang ia katakan.

"Maksud lo? Lo ama dia pacaran gitu?," tanya Rara dengan raut wajah sangat histeris. Anggukan Nabila menjawab pertanyaan Rara. Dan saat itu, Rara hanya berpikir tentang satu hal, kenapa Nabila meninggalkan Rara menjadi jomblo sendiri.

~•~

Di ruang tamu Om Satya duduk dan di temani oleh Helena sambil menyeruput kopinya. Om satya baru saja datang. Tetapi, beberapa jam yang lalu Nahal sudah kembali ke rumah sakit untuk menjaga Bunda Sonita. Dan Devan, tidak pernah keluar kamar setelah masuk sedari tadi.

Helena dan Om Satya hanya membahas kondisi Bunda Sonita yang mulai membaik. Dan akan pulang beberapa hari lagi. Sebenarnya, Om Satya ingin pergi ke rumah sakit, tapi ia menunggu Nabila untuk turun. Om Satya ingin Nabila menemaninya untuk ke rumah sakit menjenguk Bunda Sonita, dan sekalian menggatikan Nahal.

Besok adalah weekend Nabila libur, tetapi tidak dengan Nahal. Ia harus pergi ke suatu pertemuan penting. Jadi Nabila yang menggatikan Nahal, karena hanya dia yang tidak memiliki jadwal besok.

Saat Om Satya menunggu, Nabila dan Rara turun sambil bersenda gurau tentang hubungan Nabila tadi. Nabila menatap ke arah Om Satya dan Helena. Tanpa basa basi, Nabila mendekati mereka dan menyapa Om Satya.

"Hai Om," nada ceria khas Nabila selalu saja terpancarkan setelah menceritakan sesuatu yang membuat dunianya berubah. Namun, keceriaan itu berubah dalam sekejap saat seseorang mengetahui nada itu dan langsung bersaut memanggil Nabila. Helena dan Om Satya kaget, tetapi tidak dengan Nabila dan Rara yang hanya biasa saja.

"Bahagia amat Bil? Abis di tembak ya?," saut Devan mengejek. Nabila hanya salah tingkah mendengarnya.

Helena tampak kaget dan shock, tetapi yang menjadi masalah adalah Om Satya yang kaget dan berubah menjadi kemarahan yang sangat berbeda. Om Satya berbalik dan mendapati Devan dengan raut wajah riang berubah menjadi pasih pucat. Raut wajah yang pernah Om Satya lihat setahun yang lalu.

Di saat itu juga Devan menyesal turun hanya untuk melihat cemilan.






TBC
|
|
|
Q akan berusaha mulai sekarang update sekali seminggu. Jadi mohon, hargai kerja keras saya (apaansih), dengan vote dan follow saya. Dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya.

So yah, see you💛

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang