<39>

57 11 0
                                    

Di foto kemaren tuh Lisa Brytani.
Happy reading
#######

"NYET!! BANGUN WOI!!" pekik Rara yang sedang membangunkan Nabila. Matahari telah tumbang, dan malam mulai datang, tapi Nabila masih tertidur. Karena Bunda khawatir, ia pun menyuruh Rara membangunkannya. Dan alhasil ini lah yang terjadi-yang selalu terjadi.

Plak

Sebuah tamparan telak menghantam pipi Rara. Tamparan itu cukup lembut, tapi tetap saja akan terasa perih. Nabila membuka matanya perlahan dan sadar bahwa Rara yang terkena tamparannya kali ini. Dan itu sudah kedua kalinya. Nabila hanya tertawa kecil tanpa bersuara.

"Sakit njir! Makan sana lo." Nabilapun berdiri dan turun ke dapur bersama Rara. Tetapi, sesampainya di dapur, Nabila tidak duduk di meja makan. Ia malah pergi ke depan kulkas dan membukanya.

"Kok gak ada es krim??" tanya Nabila bingung. Yap, satu lagi kebiasaan Nabila setelah menampar orang saat kesal, ia pasti mencari es krim. Tapi, sepertinya malam ini John telah menghabiskan persediaan terakhir.

"Ya udah yuk. Kita pergi beli es krim," ajak Rara. Nabila hanya mengangguk. Ia pun berjalan sempoyongan, ia terlihat menarik kakinya bukan melangkahkannya.

Mereka berdua mantap keluar untuk membeli es krim di malam yang dingin itu. Bahkan Rara harus memakai jaket tebal milik Nahal saat keluar. Lain dengan Nabila, karena metabolismenya yang terganggu akibat emosinya, ia tidak merasa dingin. Bahkan, ia hanya memakai baju yang tadi ia pakai saat membersihkan. Baju lengan pendek putih bertuliskan LA dan dipadukan dengan celana pendek jeansnya yang cukup pendek.

Untung saja saat mereka pergi Rara sudah siap sedia. Ia membawa ponsel dan dompetnya. Karena, Nabila tidak membawa apapun selain badannya dan baju yang menempel padanya. Sesampainya mereka di toko es krim, hanya Nabila yang memesan dengan porsi yang cukup besar. Bahkan, semua orang yang ada di sana melihat Nabila dengan tatapan mengintai.

Mereka pasti berpikir Nabila kehilangan akal, cewek tidak waras, sayangnya itu sangat benar. Mana ada cewek keluar malam-malam dicuaca dingin ke toko es krim dan hanya mengenakan baju tipis. Rara bahkan hanya geleng-geleng melihat sahabatnya itu.

Seperti yang seharusnya, ponsel Rara berbunyi. Nahal menelfonnya.

"Seperti yang kakak bilang," ucap Rara terlebih dahulu.

"Uangnya cukup kan?" tanya Nahal di seberang.

"Yaps. Nih anak udah gila kak. Sumpah dah." Rara terus menerus menatap Nabila tak percaya, yang sudab hampir mencapai setengah dari cup es krim itu.

"Dia gak ada masalah ama Farhan kan?"

"Mmm...donno! Emang aku emaknya tau semua," jawab Rara cuek. Walaupun sebenarnya mungkin itu benar.

"Ingat Ra. Terakhir kali Nabila kayak gini tuh karena Devan. Masalah kali ini pasti tidak sepele. Ia bahkan melakukan semua tradisinya saat kesal," ucap Nahal dengan nada yang cukup santai. Walaupun terdengar santai, tapi ada makna yang sangat serius di baliknya.

"Entahlah kak. Kalo memang ini tidak sepele, mungkin Nabila akan mengatakannya besok. Itulah tradisinya. Menceritakan semuanya dengan santai sehari setelah ia menggila."

"Ya sudah. Kalo udah pulang ya. Jangan kemaleman, jangan mampir ke mana-mana."

"Aye-aye captain!" balasnya dengan nada seperti seorang prajurit. Sedetik  setelah itu panggilan mereka putus. Dan Nabila hampir selesai memakan es krimnya.

"Ini akan menjadi malam yang panjang." Rara menempelkan wajahnya pada meja dan menatap Nabila yang sejak tadi hanya memasang wajah dingin.

~•~

Mereka pun kembali ke panti. Tetapi, karena besok sudah sekolah Rara tidak pergi ke panti. Ia langsung menuju rumahnya yang tepat di sebalah panti asuhan. Setelah mengantar Rara dalam hening, Nabila hendak membuka pagar besar dari rumah yang akan ia masuki itu. Tetapi, sebuah tangan tiba-tiba menariknya dan menutup mata Nabila. Lalu, mereka memasukkan Nabila ke dalam sebuah mobil sedan hitam yang sudah terparkir sejak tadi.

Nabila tak bertahan lama, ternyata ia dibius saat mulutnya dibekap. Nabila pingsan saat ia di bawa oleh mereka.

~•~

"Morning princess," ucap seorang gadis yang sangat familiar di mata Nabila, Lisa Brytani.

Nabila hanya meloto pada Lisa. Berteriak? Bagaimana bisa, mulut Nabila dibekap dengan kain. Tangan dan kakinya diikat di sebuah kursi. Nabila meringkih kedinginan, ia sadar bahwa ia berada di dalam sebuah gudang yang lembab. Tentu saja itu menambah kesan dingin yang menusuk tulang Nabila.

"Lo lemah ya sekarang. Kemarin-kemarin lo masih sering jambakin gue tuh. Sekarang mana Nabila yang dulu."

Plak

"Hah?! Mana dia?" Nabila yang mendapat tamparan telak hanya bisa mencengkram tangannya dengan yang satu untuk menahan rasa sakit.

"Gue cuman mau kasih lo peringatan. Lo gak usah kepedean karena di dekatin ama kak Gani. Kak Gani tuh milik gue!" pekik Lisa. Nabila yang tidak tahu apa-apa hanya bisa membatin.

"Gue gak sengaja dengar obrolan babunya si Gani, kalo kak Gani tuh ngincar lo. JADI kalo kak Gani deketin lo nanti jangan kegeeran, dia cuman mau jadiin lo jablay selanjutnya. NGERTI!!?" teriak Lisa di akhir kalimatnya. Ia menunjuk wajah Nabila dengan telunjuknya yang terlihat sangat emosi.

"Oh iya. Gue dengar lo phobia sama kegelapan, jadi malam ini lo akan ditemani sama mereka. Phobia lo. Bye." Lampu gudang itu seketika padam saat Lisa beranjak pergi.

Nabila langsung merasakan adrenalinnya memuncak dan ketakutan sedang menguasai dirinya. Ia hanya bisa menangis membisu. Hingga ia lelah ia tertidur dengan sendirinya.

TBC
|
|
|
Naik naik ke puncak gunung.
Tinggi tinggi sekali.

Lisa mau di apa in nih guys? Comment!!

Vote jangan lupa!!

So ya, see ya^^

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang