<58>

41 6 0
                                    

Hari ini sudah sedekah belum?
Kalo belum vote yuk sebelum baca biar gak lupa:) Sekalian sedekah.

Kalau ada typo atau kesalah komen ya:)

Happy Reading my lovely readers
~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~

"Kamu masih ada hubungan sama Nabila ya Han?" tanya Raya dengan senyuman tipis nan pasrah. Farhan tengah berdiri di dekat pintu masuk kamar saat Raya melayangkan pertanyaan itu.

"Gue suka kok sama lu," ungkap Farhan spontan.

Prang. Suara pecahan piring terdengar nyaring mengisi seisi ruangan.

"Eh...Bil lo gak papa?" tanya Rara dengan nada khawatir. Tanpa membalas pertanyaan Rara, Nabila lari meninggalkan semua orang dengan raut wajahnya yang tidak terbaca.

Beberapa saat yang lalu. Saat Farhan baru saja keluar dari toilet, Ia bilang ke Raya ingin mengambil udara segar di luar. Jadi dia keluar, namun baru 5 langkah dari pintu, ia melihat Devan dan Nabila yang bersikap romantis di depan matanya dari kejauhan. Ia juga melihat Rara yang berada di tengah mereka.

Farhan yang sudah cukup emosi dengan kelakuan Nabila di belakang rumah sakit tadi, memilih untuk melakukan sesuatu. Ia ingin membuktikan sesuatu.

Ia masuk dan mendapati Raya yang tengah duduk dengan cemberut di dipannya. Lalu, pertanyaan itu keluar dari mulut Raya. Farhan sudah memperhitungkan, ketika ia membalas pertanyaan Raya, Nabila akan masuk ke kamar.

Dan tepat, saat Farhan mengatakan bahwa ia suka pada Raya, Nabila masuk. Nabila tengah membawa sepiring nasi goreng untuk Raya dari kafetaria rumah sakit. Rara memaksa Nabila untuk membawakan Nasi Goreng itu karena katanya itu sangat terkenal di rumah sakit ini karena kelezatannya.

"Nabila kenapa Ra?" tanya Raya sedih. Devan menatap Raya dengan tatapan benci. Devan mengambil ancang-ancang untuk berbalik mengejar Nabila. Namun tangan mungil milik Rara lebih dulu menghadangnya. Rara menatap Devan dan menggelengkan kepala pelan.

Mereka bertiga-Farhan, Rara, dan juga Devan-memilih untuk duduk dan tidak membahas tentang Nabila dulu. Pecahan piring tadi dibersihkan oleh staff rumah sakit yang bertugas. Dan Rara menelpon kenalannya untuk membawakan Nasi Goreng lainnya untuk mereka berempat.

"Jadi lo berdua mau gimana?" tanya Devan tiba-tiba. Pertanyaan itu ia layangkan untuk Farhan dan Raya. Farhan yang terpanggil menatap Devan.

"Uhuk uhuk...." Rara tiba-tiba tersedak setelah mendengar Devan. Devan dengan spontan memberikan air minum ke Rara dengan pelan.

"Pelan-pelan nyet," ucap Devan. Rara melotot ke Devan dengan tajam.

"Anying dah lu," ucap Rara dengan nada kesal. Setelah selesai, Devan kembali fokus ke Farhan.

"Jadi gimana?" tanya Devan.

"Gue pacaran ama Raya," ucap Farhan  dengan ringan. Raya kaget dan hanya bisa melotot mendengar penuturan Farhan. Itu lah yang ia tunggu selama ini. Namun Raya masih merasa risih dengan Farhan, karena ia tahu, semua ini bukanlah kemauan Farhan karena ia menyukainya, tapi ada alasan lain, Nabila.

Lain dengan Raya yang tersedak dua kali, kali ini karena Farhan.

"A elah. Lu kenapa sih nyet," risih Devan sembari menyodorkan air minum. Rara meminumnya dengan cepat.

"Dah lah. Lo mah gak ikhlas ngebantuin," ucap Rara memanyunkan bibirnya.

"Dih...jijik." Devan melempar botol air yang ia genggam ke Rara. Dengan tangkas Rara menangkapnya dan menjulurkan lidah ke Devan.

"Mmm..." gumam Raya,membuat mereka semua berbalik menatap Raya.

"Kamu beneran Han?" tanya Raya malu. Farhan hanya mengiyakan. Dan itu mantap membuat Raya seperti kepiting rebus.

Sebenarnya, hanya Raya yang bahagia di ruangan itu. Farhan, Devan , dan Rara bahkan tidak merasa senang sama sekali.

~•~

"Whatsup guyssss!!!" teriak Nabila masuk ke kamar inap Raya.

"Anjir. Kaget gua," ucap Devan dengan memegang dada.

"Bangke lu. Orang mah masuk tuh beri salam. Dakjal lo," gerutu Rara.

"Hai Bil. Dari mana?" tanya Raya. Awalnya Nabila membuang muka. Tapi akhirnya tidak.

"Dari belakang, gue lupa naruh sesuatu tadi. Maaf," ungkap Nabila dengan gampang. Lalu ia berjalan mendakati Rara dan duduk di sampingnya.

"Ye...gak gitu juga kali Bil. Ampe mecahin piring. Gile lo," kata Rara seraya memukul Nabila pelan.

"Gue kan dah minta maaf ndut. Tuh barang juga penting, jadi gitu." Devan menatap Nabila dengan seksama. Membuat Nabila Risih, dan tanpa sadar melemlar bantal ke arah Devan.

Devan menerimanya dan membuangnya ke sembarang arah. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar. Sebelum itu, ia berkata, "Noob liar," ucapnya lalu meninggalkan kamar.

Nabila yang medengarnya hanya bisa menunduk dan menahan tangis. Devan benar, Nabila tidak pandai berbohong. Nabila selalu berkata jujur. Dan ini mungkin pertama kalinya ia berbohong di depan sahabatnya. Sangat jelas.

Setelah itu mereka pun pulang. Karena, asisten Raya sudah datang. Dan juga hari mulai gelap. Nabila juga sudah mengetahui bahwa sekarang Farhan dan Raya tengah berpacaran. Raya mengatakannya dengan sangat ceria ke Nabila. Nabila hanya bisa tersenyum simpul mendengar Raya berkata seperti itu.

~•~

"Morning kebo!!" teriak Rara memasuki kamar Nabila. Nabila yang tengah memakai parfum di depan meja rias, spontan menyemprot ke arah Rara yang baru saja memasuki kamarnya. Rara langsung terbatuk karena bau parfum yang mengenai tepat di wajahnya.

"Anying lu. Wleee...gak enak banget baunya, njir. Pen muntah gue. Masuk ke mulut ini, bangke lu Bil," ucap Rara. Dengan buru-buru ia masuk kamar mandi milik Nabila dan kumur-kumur. Nabila hanya tertawa di atas penderitaan sahabatnya itu.

Setelah Rara keluar, Nabila pun sudah selesai bersiap. Mereka berdua pergi ke sekolah bersama. Tidak ada yang spesial. Hanya saja saat Nabila dan Farhan bertemu mereka cuek satu sama lain, terlebih Farhan. Tatapannya ke Nabila sangat dingin. Nabila tidak berani berbicara dengan Farhan. Ia merasa bersalah.

TBC
|
|
|
Wdw. Ikutin terus ya guys Classic. Aku udah berusaha banget nih buat lanjutin nih cerita:) Please dukung aku.

Kalau baca jangan lupa Vote. Komen juga ya. Mau lebih baik? Share juga sekalian.

See u guys.

CLASSIC [Completed]Where stories live. Discover now