<33>

62 13 0
                                    

Hanya suara sendok dan garpu yang terdengar di ruang makan saat ini. Semua anak panti sibuk dengan makanan mereka masing-masing. Siang ini cukup damai di meja makan, biasanya Nahal dan Nabila tengah berkelahi karena hal yang sepele di meja makan dan membuat Bunda Sonita berdeham berkali-kali untuk mengingatkan mereka untuk menjaga tata krama saat makan.

Tapi, kali ini sepertinya mereka membuat perjanjian batin agar tidak berkelahi dan membuat suasana lebih tenang untuk Bunda Sonita. Dan yang lebih menakjubkan adalah semua anak panti lengkap di meja makan besar itu, bahkan Helena juga ikut makan.

Biasanya di setiap kali mereka makan bersama, entah itu sarapan, makan siang ataupun malam, pasti ada yang absen dari kursi mereka. Dan yang paling sering adalah Witry, karena ia sudah semester 6, ia lebih sering menginap di asrama kampus.

~•~

Setelah makanan utama selesai disantap oleh semua orang, makanan penutup mereka datang. Kali ini sudah mulai bermunculan suara, karena disaat ini mereka bebas. Tetapi, saat Bunda Sonita meletakkan sendoknya, semua orang berhenti atas semua aktivitas mereka dan menatap Bunda Sonita seksama.

"Karena Bunda rasa kita sudah lama tidak pergi berlibur, bagaimana kalau besok kita ke pantai?" pertanyaan yang dilontarkan Bunda Sonita sontak membuat pasang matang membelalak sangat bahagia.

Mereka menatap satu sama lain. Jarang sekali mereka pergi bersama, dan ini yang kedua kalinya setelah Jon menjadi adik mereka.

"Bunda kan belum benar-benar sehat, kita bisa pergi di hari lain. Kenapa harus besok? Bunda harus menjaga kesehatan," timpal Nahal, dan diikuti anggukan para anak panti yang setuju-maupun tidak setuju, mereka hanya mengangguk terpaksa.

"Tidak apa-apa, Bunda sehat. Kalian tidak usah mengkhawatirkan Bunda, terlebih kamu Nahal. Kamu juga harus belajar menjaga adik-adik kamu lebih baik. Jangan sering bertengkar dengan Nabila, kalo makan-"

"Cukup!" potong Nabila. "Maaf Bun. Tetapi, kita semua akan tetap bersama. Kita besok akan pergi." Semua pasang menatap Nabila dengan heran, terkecuali Nahal yang tahu mengapa Nabila bersikap aneh.

Setelah Nabila memakan suapan terakhir ia meninggalkan meja makan dan pergi ke kamarnya. Bunda merasa sedikit bersalah, tetapi semua anak yang sudah cukup mengerti di meja makan setuju dengan perkataan Nabila.

Bunda Sonita sepertinya berpamitan untuk terakhir kalinya. Itu membuat mereka yang mengerti setuju, tetapi tidak bisa melawan seperti Nabila. Dalam relung hati mereka, mereka cukup sedih dan kesal atas perkataan Bunda Sonita.

"Nahal apakah Bunda Salah?" tanya Bunda yang suaranya mulai sedikit parau. Anak-anak lain kembali fokus ke makanan penutup mereka, kecuali Nahal dan Helena.

"Tidak Bun. Bunda tidak salah. Tapi, Bila ada benarnya, kita akan tetap bersama. Positife thingking Bun." Helena mengangguk mendengar perkataan Nahal.

Bunda Sonita juga ikut mengangguk. Dan karena Bunda Sonita sudah tidak bisa menahan air matanya, ia memilih meninggalkan meja makan. Agar, anak-anaknya tidak khawatir. Dan saat Bunda Sonita pergi tiba-tiba tanpa berbicara, anak-anak bingung, tetapi Nahal memperbaikinya.

"Kita besok akan pergi ke pantai," pernyataan Nahal membuat beberapa anak bersorak gembira. "Setelah makan, siapkan barang-barang kalian. Jangan sampai ada yang lupa, karena kita akan pergi jauh. Mengerti?!"

"Yes, sir!!" serentak mereka bersama, bahkan Helena juga. Nahal menatapnya cengingisan, dibalas Helena yang hanya nyengir.

Setelah mereka semua selesai makan siang, semuanya kembali ke kamar masing-masing.

~•~

Di kamar Nabila yang bernuansa pink pastel, Nabila sedang mengusap air matanya. Ia sejak naik ke kamarya setelah meninggalkan makan siang tiba-tiba terus menangis di kamarnya hingga jam 3 sore-ia tadi makan siang jam 1 siang. Bahkan mata cantik milik Nabila sudah sembab.

Nabila berusaha keras untuk menghapus air matanya, ia berdiri dari tempat tidurnya menuju tisu yang ia simpan di meja rias dekat pintu kamarnya. Tetapi, baru saja ia ingin berbalik setelah mengambil tisu, kamarnya diketuk dari luar.

"Siapa?" tanya Nabila. Ia tak ingin keluar dengan keadaanya saat ini.

"Ini Bunda. Boleh masuk?" suara khas Bunda Sonita menembus pintu kamar milik Nabila.

"Ada apa?" tanya Nabila sedikit ragu, ia tidak enak.

"Tidak apa-apa. Bunda rasa Bunda ada salah, jadi Bunda ingin meminta maaf." Hening sejenak. Batin Nabila sangat ingin membukakan pintu buat Bunda Sonita dan langsung memeluknya, tetapi ia lebih angkuh daripada itu.

Akhirnya ia membuka pintu miliknya dan tidak berbicara apa-apa.

Mereka berdua duduk di pinggir tempat tidur besar milik Nabila. Dingin cukup lama menyelimuti mereka berdua.

"Bun," sahut Nabila, Bunda menatapnya lekat. "Aku bisa ajak teman-teman gak besok?"

"Boleh. Lebih ramai lebih baik."






TBC
|
|
|

Yg salah siapa ya? Comment!

So ya, see ya✨

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang