<26>

76 11 0
                                    

"So, what you get Gani?" tanya Devan terhadap orang yang ada di depannya, yang ternyata adalah Gani.

Gani adalah adik kelas Devan. Mereka baru-baru saja menjadi akrab. Kejadian sekitar seminggu yang lalu. Saat Devan tengah duduk di kantin bersama teman sekelasnya. Gani memberitahukan sesuatu yang mengejutkan kepadan Devan.

"Orang-orang yang bunuh ibu lo kembali ke kota ini." Setelah Gani mengatakannya saat itu Devan terkejut, karena nyatanya hanya anak panti yang tau kalau dia menjadi yatim piatu setelah ditinggal ayahnya dan ibunya dibunuh.

Ibu Devan dibunuh saat Devan berumur 8 tahun. Tepat di depan matanya. Dan kebodohan para penjahat yang membunuh ibu dari Devan adalah, mereka tidak memakai topeng, dan mengancam Devan dengan cara menyebutkan nama mereka satu persatu. Mungkin pada saat itu, penjahat itu berpikir Devan hanyalah anak polos yang tidak akan mengingat mereka sampai sekarang. Devan selalu menunggu waktu untuk membunuh satu persatu penjahat yang membunuh ibunya.

Setelah Gani mengatakan hal itu, dari situlah Gani dan Devan dekat. Devan selalu menyusun rencana bersama Gani. Dan Devan mendapatkan semua info tentang pembunuh ibunya dari Gani. Total yang membunuh ibu Devan ada 3 orang.

~•~

Kembali ke coffe shop dimana Gani dan Devan bertemu.

"Gue nemu satu orang yang dekat banget dari sekolah kita. Dia bukan pemimpinnya, tapi dia mengambil peran besar atas kejadian itu. Dia yang membuat ibu lo masuk ke tempat itu, dengan cara curang. Mungkin karena almarhum ibu lo adalah dokter," jelas Gani.

"Jadi dia pakai cara curang kek minta tolong kalau ada orang yang terluka gitu?" tanya Devan.

"Iya," desis Gani.

"Brengsek!" Devan memukul meja. Semua orang yang ada di tempat itu berbalik ke arahnya.

"Gue gak pen tahu. Apapun rencana lo, kasih tahu gue. Gue bakalan bunuh keparat elit itu." Devan meninggalkan Gani. Gani hanya tersenyum kecut saat Devan pergi.

"Orang pintar tuh emang bego ya. Kayak gini bakalan lebih mudah buat gue. Tangan gue gak bakalan kotor lagi deh." Gani menyeruput minuman yang ada di depannya dan menyeringai jahat menatap kepergian Devan.

Saat Devan kembali masuk ke bioskop, ia melihat Nabila yang tengah kebingungan. Devan menghampirinya. Saat Devan mendekati Nabila dan Nabila menengok, Nabila langsung memasang raut wajah seram.

"Wait, calm down. Gue abis ketemu teman bentar doang kok. Kita juga gak telat kan?" Devan mundur perlahan saat Nabila mendekatinya.

"Ndasmu. Anjir, ini kurang 1 menit lagi. Dari tadi gue nyariin lo. Sumpah, kalo aja lo tadi telat gue bakalan jadiin kepala lo pajangan kamar gue," ketus Nabila. "Ayo masuk, keburu mulai dah entar filmnya." Nabila menarik tangan Devan dan bergegas. Devan hanya menurut dan mengikuti Nabila.

~•~

Setelah filmnya selesai, Nabila ingin membeli buku dan keperluan kelas lainnya. Dan sepanjang hari, hanya Nabila lah yang berbelanja dan Devan hanya membawakan barang milik Nabila. Devan juga tak niat untuk beli sesuatu. Jadi, Devan hanya pasrah.

"Jomblo dari lahir ya lo? Gue ini lo jadiin apa sebenarnya? Babu lo atau doi lo? Biar orang liat gitu lo punya doi yang bucinnya akut," ejek Devan.

"Apaan sih, njir. Tiba-tiba nyeletuk gak guna. Dan juga ya, gimana caranya gue mau punya cowok kalo lo selalu ngelarang cowok deketin gue." Nabila sedang memilih-milih tumblr yang bagus untuknya.

"Serah lo deh ndut. Cepetan napa, berat ini. Gue laper. Abis ini makan ya?" Nabila hanya mengiyakan.

Setelah puas berbelanja, Nabila dan Devan makan di restoran cepat saji. Nabila dan Devan hanya memesan menu yang sama. Beberapa menit pertama hening karena Devan dan Nabila sibuk dengan handphone masing-masing.

"Woi!" Devan menatap Nabila yang memecah keheningan.

"Apaan?" jawabnya ketus.

"Teman yang mana tadi lo temuin? Kok gak gue liat?" tanya Nabila ingin tahu.

"Oh itu teman nongkrong gue deh. Gak penting juga lo buat tau." Devan kembali berkutat dengan handphonenya.

"Oh." Nabila tak ingin ambil pusing. Saat makanan tiba ia memakannya dengan lahap. Dan tak sadar menghabiskannya dengan cepat.

Setelah makan mereka pulang ke panti. Setibanya di panti, saat Nabila dan Devan baru saja sampai, ternyata mereka berbarengan dengan Nahal dan Helena.

"Abis dari mana kak?" tanya Nabila deluan.

"Abis ngantarin Helena ke kantor Om Satya. Kalian?" Mereka berjalan masuk ke ruang tamu.

"Abis nonton." Nabila duduk dan membuka sepatunya lalu memijat-mijat halus kakinya.

Nahal melihat belanjaan yang dibawa mereka sangat banyak. Nahal pun memutuskan untuk bertanya.

"Itu belanjaan kalian berdua?"

"Bukan! Belanjaan dia doang nih," timpal Devan sambil menyenggol Nabila.

"Apaan sih. Itu aku beli kebutuhan kelas, kan gue ketuanya bego." Nabila melemparkan sepatunya sebagai balas dendam.

"Gue kan juga ketua kelas nyet. Beli apaan sebanyak itu, mau pesta lo ama teman lo di kelas? Hah?" nyolot Devan. Nahal yang malas melerai memilih untuk pergi ke dapur, dan di susul oleh Helena. Di dapur tak ada masakan, Helana pun memasakkan sesuatu untuk Nahal.

"Eh, gue pen pergi. Tanya kak Nahal ya. Gue bakalan balik cepat kok," celetuk Devan.

"Mo kemana lo?" tanya Nabila tak peduli.

"Ketemu teman lah."

"Oh. Ya udah sana." Nabila tak ingin ambil pusing. Setelah melihat Devan pergi, ia langsung berteriak mengadu ke Nahal.

"Kak! Devan keluar noh. Pen ketemu temannya." Nahal yang mendengarnya hanya bisa menepuk jidat. Dia tak habis pikir, kenapa adiknya sebar-bar itu

Nabila sangat lelah. Ia memilih untuk naik ke kamarnya untuk istirahat dan merapikan barang belanjaannya.

~•~

Di sebuah gudang yang tidak terpakai, Devan, Gani, dan teman-teman dari Gani berkumpul. Dan terdapat seseorang yang sedang duduk di kursi sambil di ikat menjadi tontonan mereka.






TBC
|
|
|
Part selanjutnya yang terakhir tentang Devan. Jadi harap bersabar.
Percaya gak nih Nabila emang jomblo dari lahir?
Jangan lupa vote dan comment

So ya, see ya💛

CLASSIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang